23 Desember 2009

Menunggu Godot

Vladimir dan Estragon sepakat menunggu Godot. Mereka merasa tahu dengan Godot, tapi juga mengakui jika Godot datang mereka belum tentu bisa mengenalinya. Sambil menunggu, agar tidak bosan mereka makan, tidur, berbicara, berdebat, menyanyi, main kartu, memainkan topi, bahkan mencoba bunuh diri.

Kedua sahabat ini kerap bertengkar dan berdebat tak habis-habisnya. Vladimir misalnya, kadang-kadang kesal dengan kemampuan berfikir Estragon yang kurang, dan tanggapannya yang aneh-aneh dan 'ga nyambung'. Tapi walaupun begitu, perdebatan demi perdebatan mereka lakukan selama penantian mereka terhadap Godot. Vladimir dan Estragon selalu berdebat akan sesuatu yang tidak jelas.

Mereka berdebat tentang rencana tidur selama menunggu Godot. Karena Godot ini tidak jelas kapan datangnya, entah hari ini entah besok. Inipun tidak jadi mereka lakukan, karena takut mereka sedang tidur ketika Godot yang ditunggu datang. Estragon ingin meninggalkan tempat itu, keduanya juga berdebat dan tidak sepakat apakah mereka menunggu di tempat yang seharusnya, ataukah memang hari ini Godot datang, bahkan mereka tidak yakin ini hari apa. Yang mereka tahu bahwa mereka harus menunggu di dekat sebuah pohon, dan memang ada pohon di dekat situ.

Dan Godot pun tak kunjung datang.

Karena frustasi, mereka berencana akan menggantung diri. Rencana ini jadi batal setelah mereka berdebat siapa yang harus mati duluan, karena mereka tidak bisa menggantung diri bersama-sama. Begitu selalu, mereka sibuk berdebat tanpa berbuat sesuatu.

Di antara debat dan pertengkaran yang seolah tak ada habisnya itu, datanglah Pozzo dan Lucky. Pada mulanya mereka menyangka Pozzo adalah Godot, dan penantian mereka akan berakhir. Tapi ternyata adalah Pozzo seorang penguasa yang jahat, dan Lucky adalah budaknya, yang selalu disiksa dan diikat dengan tali. Vladimir dan Estragon hendak menolong Lucky, tapi kemudian sibuk bertengkar mengenai apa dan bagaimana cara menolong Lucky. Ketika Pozzo berlalu dan Lucky masih terikat oleh tali, dua sahabat itu masih terus berdebat.

Penantian mereka berakhir dengan tragedi. Ketika waktu terurs berlalu, wajah dua sahabat itu makin keriput dan rambutnya memutih, Godot yang ditunggu tak kunjung tiba. Lalu ketika datang seseorang, yang lagi-lagi mereka pikir adalah Godot, ternyata orang itu adalah malaikat kematian. Hingga kematian menjemput mereka, Godot tidak pernah datang. Menunggu Godot adalah penantian yang sia-sia. Yang ditunggu tidak akan pernah datang.

Menunggu Godot (Waiting For Godot) adalah drama dua babak karya Samuel Becket. Segala aspek dalam drama ini menyimpan pesan moral yang dalam. Adanya tokoh Godot yang tidak kunjung datang juga menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam. Apakah dia manusia, hewan, dewa, ratu adil, uang ataukah kemenangan. Yang jelas, drama jenius ini bisa menjadi alegori yang cocok dengan keadaan negara kita saat ini. Jika masalah datang, kita sibuk berdebat tanpa berbuat, dan sampai masalahnya berlalu, kita masih berdebat terus.

Debat kusir macam begini takkan ada habisnya, banyak orang merasa senang mendengar suaranya sendiri. Apakah suara yang dikeluarkannya itu membantu memecahkan masalah, itu soal nanti, yang penting bersuara dulu. Terlalu banyak komentar dari sana-sini, masing-masing dengan argumen yang juga harus diperdebatkan lagi. Juga terlalu banyak demo dengan suara-suara berteriak memekakkan telinga, sehingga kita tidak bisa mendengar apa yang seharusnya kita dengar. Mikropon dan megapon laku keras. Kalau mau invest di Indonesia, investasi yang bagus adalah di pabrik mikropon dan megapon.


Sementara itu, Godot tak pernah datang.

Baca selengkapnya www.ferdot.id

Tulisan terkait: Potong Rambut | Saodah | Hikayat Sebuah Mustika

18 Desember 2009

Sang Pemimpi

Sang Pemimpi adalah satu-satunya film Indonesia yang saya tonton tahun 2009 ini, setelah setahun sebelumnya menonton Laskar Pelangi. Sang Pemimpi merupakan bagian dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Untungnya masih diproduseri oleh Mira Lesmana dengan Miles Production nya, dan disutradari oleh Riri Reza. Duet Mira dan Riri adalah duet yang idealis, mereka sineas-sineas yang membumi dan sama sekali jauh berbeda dengan penjahat-penjahat seni bangsanya Raam Punjabi dan kawan-kawan.

Film ini bagus hampir di semua aspek, kecuali editing yang agak tersendat dan kurang pas. Di beberapa adegan, editing yang kurang pas ini terasa mengganggu. Cuma itu saja, hal lain seperti plot, tata artistik, akting pemainnya, semua patut diacungi jempol. Yang tak kalah bagus adalah penyutradaraan Riri Reza yang berhasil mengarahkan para pemain-pemain baru, hingga akting mereka sangat wajar dan seadanya, tanpa ekspresi-ekspresi aneh, mata mendelik-delik atau wajah dibingung-bingungkan dengan gaya over acting seperti yang sering ada di sinetron-sinetron. Gambar-gambarnya dishot dengan bagus, sehingga berhasil menampilkan keindahan, dan juga kemiskinan daerah Belitong dengan lugas.

Jalinan ceritanya memikat, unsur-unsur humor yang memancing tawa berhasil dipadukan dengan konflik moral sehingga membuat kita berfikir sesudah tertawa terbahak-bahak.

Juga ada kejutan kecil yang menyenangkan menjelang bagian akhir, yaitu kemunculan Ariel Peter Pan. Ariel juga bermain wajar dan tidak over acting, sekali lagi pujian setinggi-tingginya harus diberikan untuk sutradara. Film ini sangat inspiratif dan bagus ditonton oleh seluruh keluarga. Two thumbs up!!

Baca selengkapnya di www.ferdy.mirrorz.com

15 Desember 2009

Potong Rambut

Saya sangat jarang ke salon. Untuk urusan potong rambut, saya pergi ke barber, yang biasanya judulnya : Pangkas Rambut Suasana, Pangkas Rambut Surya, Pangkas Rambut RapiJali, Pangkas Rambut Atasbawah. Banyak alasan saya untuk tidak pergi ke salon, antara lain kesannya mahal, sering ada bencongnya, tidak ada pisau cukur, pelayanan lama, dan lain-lain. Lagipula, saya cuma mau potong rambut. Bukan mau cuci muka, keramas, hair masking, creambath atau apalah. Bagi saya, salon itu tempat wanita. Dan saya ini maunya serba cepat, begitu selesai potong rambut, bayar, terus pergi.

Kalau istri saya lagi mood, dia mau memotong rambut saya, sebelumnya memang kepala saya ini jadi lahan eksperimen dia untuk latihan motong rambut. Terakhir telinga saya jadi korban, luka kena gunting. Dia cuma bilang: "Abis mas item sih, jadi saya susah bedakan mana rambut, mana kuping."

Demikianlah, pada suatu sore saya mampir ke mall. Di luar hujan lebat, seperti rambut saya yang juga sedang lebat. Kebetulan saya lewat di sebuah salon, cukup mentereng juga salonnya. Karena hujan tadi saya belum bisa pulang sementara besok mungkin saya tidak punya waktu lagi untuk potong rambut, maka iseng-iseng sayapun mulai mendekati salon itu. Dari luar kelihatan yang jaga laki-laki semua, dan pelanggannya cuma dua atau tiga orang. Yang jaga counterpun laki-laki, dengan kumis garang dan brewok samar-samar. Maka sayapun membuka pintu, lalu masuk.

Begitu saya mendekati counter, si mas berkumis itu langsung ngomong:

"Selamat soree, mau diapain mas?"katanya dengan gaya kemayu. Anjir, bencong ternyata. Lalu kumis tebal itu buat apa?

Tadinya saya mau keluar saja, kabur. Tapi karena sudah terlanjur di dalam dan semua mata kelihatannya memandang saya, jadi kepalang basah, sayapun ngomong:

"Cuma mau potong rambut."


"Ouhhh, "timpal si kumis itu lagi. "Ngga sekalian cuci muka, dan creambath?"

"Nggak, cuma mau potong rambut."

"Sekalian cuci muka dong ya," kata si kumis, gayanya makin kenes.

"Nggak, potong rambut aja."

"Paketnya dengan cuci muka lo mas."

"Tapi saya cuma mau potong rambut."

"Oke dehhhh.." kata si kumis dengan mendesah genit. "Silakan ke mari." katanya sambil menunjuk kursi di ujung.

Cowok yang akan memotong rambut saya kelihatannya normal, karena gayanya agak kaku. Setelah saya duduk, dia berkata:

"Sekalian cuci muka mas?" suaranya sengau. Hayah, bencong lagi.

"Potong rambut aja mb... eh.. mas."kata saya.

Lalu proses pemotongan rambut sayapun dimulai. Benar, tidak ada pisau cukur seperti yang ada di barber. Tidak ada mesin cukur, yang ada gunting dan sisir. Setelah seselai, ternyata cukup rapi juga. Bolehlah.

"Silakan bayar di kasir, mas. Beneran ga mau cuci muka?" kata si sengau.

"Tidak, makasih." sayapun mendekati kasir. "Berapa mas?"

Si kumis mengutak-atik mesin cash register, lalu bilang:
"Lima puluh lima ribu mas."

"Lima puluh lima rib.....?!" berharap moga-moga si kumis salah ngomong.

"Iya, lima puluh lima ribu. Kan sudah saya bilang, paketnya dengan cuci muka atau cuci rambut. Mahal ya mas, memang segini harganya, yang murah itu salonpas." kata si kumis lagi dengan gaya kenesnya.

Ya sudahlah. Mulai besok saya tidak akan pernah potong rambut di salon lagi. Mending cari tukang pangkas di bawah pohon atau panggil bang Buyung kalau di kampung. Atau potong rambut sama istri saja, walaupun kuping saya jadi taruhan. Memang saya tidak bakat untuk jadi orang kaya.

Baca selengkapnya di www.ferdy.mirrorz.com

02 Desember 2009

Twilight Saga: New Moon


Seorang sahabat lama pernah meminta saya menulis review tentang film Twilight (2008). Saya menonton filmnya dan memutuskan untuk tidak menuliskan reviewnya, karena komen saya akan lebih banyak negatifnya daripada nilai plusnya. Twilight adalah salah satu film yang tidak saya rekomendasikan ke siapapun.

Sekuelnya, Twilight Saga: New Moon, ternyata sedikit lebih baik. Nilai plus bisa ditambahkan ke efek CGI dan tata artistik. Penyutradaraannya pun sedikit lebih baik, mungkin karena sutradara film pertama sudah diganti. Selain dari ketiga hal itu, film ini sama buruknya dengan prekuelnya. Akting pemeran utamanya, Kristen Stewart dan Robert Pattinson sangat pas-pasan. Sama sekali tidak ada chemistry di situ seperti yang orang-orang bilang. Karakter Bella Swan menghabiskan sebagian besar durasi film dengan merenung, melamun dan mengigau. Keduanya sangat jarang bertatapan mata. Akting Robert Pattinson sangat aneh, mirip dengan akting awalnya Hayden Christiansen dalam Star Wars Episode II: Attack of the Clone. Dari segi akting, keduanya tidak memperoleh kemajuan sejak film pertama. Padahal Kristen Stewart sudah berakting sejak kecil, ingat film Panic Room di mana dia bermain dengan Jodie Foster. Bahkan akting Taylor Lautner yang berperan sebagai Jacob (Jake) Black, lebih lumayan dari kedua pemeran utama.

Justru yang aktingnya memikat adalah Dakota Fanning, walaupun kehadirannya cuma sekian menit, tapi penampilannya meninggalkan kesan. Dakota Fanning lebih muda daripada yang lainnya, tapi memang dari segi pengalaman akting, dia lebih senior daripada Kristen Stewart dan Robert Pattinson.

Seperti yang saya bilang tadi, tidak ada chemistry antara Robert Pattinson dan Kristen Stewart. Bella Swan hampir tidak pernah memandang mata Edward Cullen. Passion antara keduanya juga tidak bisa ditangkap. Coba lihat Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet dalam Titanic, Richard Gere dan Julia Roberts dalam Pretty Woman, John Cussack dan Kate Beckinsale dalam Serendipity, Brad Pitt dan Angelina Jolie dalam Mr. & Mrs. Smith.

Membuat film romans dengan latarbelakang dunia vampir memang tidak gampang. Tapi contoh film vampir yang gemilang bisa dilihat pada Interview With The Vampire (1994). Di film ini, berkumpulah cowok-cowok ganteng Hollywood era 90-an, yaitu Tom Cruise, Brad Pitt, Antonio Banderas, dan Christian Slater. Walaupun aktor-aktor ganteng tersebut dikumpulkan dalam satu film, bukan berarti film ini hanya menjual tampang. Film yang diarahkan oleh Neil Jordan ini mendapat nominasi Oscar untuk tata artistik dan musik latar. Brad Pitt, Tom Cruise dan Neil Jordan mendapat nominasi Saturn Award. Dalam anugerah BAFTA Award, film ini juga memenangkan kategori di bidang sinematografi dan disain produksi.

Kemungkinan, award yang akan diraih film ini adalah semacam popcorn award yang biasanya diadakan oleh MTV. Fim Twilight sendiri memperoleh popcorn award untuk kategori best kiss.
New Moon juga memiliki banyak masalah lain. Plotnya banyak berlubang. Banyak plot yang ada di buku dibuang begitu saja, padahal banyak mengandung adegan penting. Memang tidak mudah menerjemahkan sebuah novel menjadi bahasa gambar, tapi paling tidak jangan sampai membuat dialog-dialog menjadi hambar dan aneh. Franchise Harry Potter berhasil menerjemahkan novel-novelnya ke dalam bahasa gambar tanpa kehilangan plot yang berarti. Film-film Harry Potter memang ditangani sutradara-sutradara yang lebih serius. Daniel Radcliffe dan kawan-kawan beruntung mendapat arahan sutradara-sutradara kelas atas seperti Chris Columbus, Alfonso Cuaron, dan Mike Newell.

Jadi apa yang membuat film ini masuk daftar box office? Padahal ratingnya saja tidak mencapai 5 bintang di situs IMDB. Saya menganalogikannya dengan fenomena boyband-boyband di tahun 90-an. Di era itu banyak band-band vocal bermunculan dengan kualitas musik sangat pas-pasan. Mereka tidak mengaransemen musik sendiri, boro-boro menciptakan lagu. Bahkan mereka tidak memainkan alat musik. Hanya mengangguk-anggukkan kepala dan lip sync. Berbeda dengan band-band jenius seperti Queen, The Beatles, Oasis, Nirvana, The Cranberries, U2 dan The Corrs. Lagu-lagu yang dibawakan kebanyakan hasil daur ulang lagu-lagu pop lama dari ABBA, Bee Gees, Diana Ross. Tapi kenapa boyband-boyband ini bisa meledak? Lihat Five, Backstreet Boys, Westlife, Boyzone, Caught in the Act, Blue? Karena kemasannya. Produser mengemas musik mereka dalam 1 paket berisi gerombolan cowok ganteng yang walaupun kualitas musiknya tidak seberapa, namun penampilan mereka bisa membuat cewek-cewek histeris.

Jeritan-jeritan histeris inilah yang saya dengar di gedung bioskop setiap kali Robert Pattinson muncul. Penampilannya memang dibuat menggetarkan jantung, kulit pucat, bibir merah delima, tatapan mata dingin dan misterius, wajah rupawan bagai patung dewa-dewa Romawi yang dipahat Michaelangelo. Demikianlah, siapa sih cewek, berapapun usianya, yang tidak kepengen lehernya digigit vampir semacam Edward Cullen?

Read more at http://ferdykicking.blogspot.com

18 November 2009

This Is It

Menonton This Is It, benar-benar menggugah ingatan akan sosok Michael sebenarnya. Film ini adalah dokumentasi atas persiapan konser yang sangat rapi dan integral dari seorang yang sangat jenius. Saya tumbuh di era Michael. Dimulai dari video clip Thriller yang ngetop pada saat saya masih SD, hingga jaman kulitnya yang tadinya hitam berubah putih. Menonton film ini, saya terkesima. Hampir tidak bisa percaya, sosok di film ini lah yang selama ini selalu diganggu oleh pers dan diperlakukan laksana setan. Dia tidak kelihatan aneh, sakit, maupun sebagai maniak phaedophil. Jikapun demikian, dia menutupinya dengan baik.

Film ini menunjukkan kepada kita apa yang kita lewatkan jika konsernya benar-benar terjadi. Konser di London yang tiketnya sudah sold-out jauh-jauh hari mestinya akan sangat luar biasa. Dia terlihat santai, bahagia dan bugar di atas panggung, seolah-olah panggung melebur bersamanya. Betapa jeniusnya Michael, seorang perfeksionis hingga ke detil-detil terkecil--film ini berhasil menangkap hal-hal tersebut dengan baik.

Yang membuat saya senang adalah film ini tidak terfokus pada soal kematian dan tragedi yang terjadi pada Michael, tapi melulu pada persiapan konsernya, musiknya, originalitasnya, dan merupakan semacam tribute bagi salah satu musisi terbesar yang dimiliki dunia di jaman kita ini.

Dunia memiliki banyak jenius di bidang masing-masing. Orang-orang yang tiada duanya, yang selalu meningalkan jejak sejarah. Suatu saat kita akan kehilangan Rowan Atkinson, si Mr. Bean, jenius di bidang komedi dan seni peran, Jacky Chan, jenius di bidang martial art, drama dan stunt. Dan masih banyak lagi. Ketika orang-orang seperti itu meninggal, dunia akan tersentak. Satu lagi aset dunia telah hilang.
Rest in peace, Michael.

21 Oktober 2009

2012


Merujuk pada sistem kalender Maya yang rentang periodenya sangat panjang, maka kiamat global akan terjadi pada 21 Desember 2012. Dengan asumsi demikian, mestinya pemerintah negara-negara sudah harus mempersiapkan diri untuk menghadapi even yang akan terjadi 3 tahun yang akan datang tersebut. Pemerintah Amerika mendirikan lembaga yang bernama Institute for Human Continuity, yang akan membangun semacam kapal raksasa untuk menyelamatkan sebagian penduduk bumi, mirip dengan kisah Nabi Nuh. Tidak semua orang bisa diselamatkan, maka sebuah website diluncurkan untuk melaksanakan sistem undian, persis seperti lotere green card yang banyak terdapat di internet.

Salah satu dari penyebab bencananya adalah letusan kaldera supervolcano yang terdapat di Yellowstone. Hal ini pernah terjadi sekitar 70ribu tahun yang lalu, di mana letusan supervolcano yang dahsyat terjadi di lokasi danau Toba sekarang, menyebabkan semacam bencana global yang membinasakan sebagian besar umat manusia. Letusan supervolcano di Yellowstone menyebabkan tsunami yang menenggelamkan pegunungan Himalaya.

Inilah plot terbaru dari sutradara Rolland Emmerich, si master of disaster yang pernah menelurkan film-film kolosal seperti Independence Day, Godzilla, dan The Day After Tomorrow. Film ini akan dirilis secara global bulan depan, yakni pada tanggal 13 Nopember 2009. Jajaran pemainnya antara lain John Cussack, sebagai penulis buku fiksi ilmiah yang kerja sambilan sebagai supir limusin. Juga ada Danny Glover sebagai presiden, dan Woody Harrelson sebagai Charlie Frost, yang meramalkan akhir dunia dan dianggap gila oleh banyak orang.
Mirip dengan kampanye film The Dark Knight, Sony merilis website-website viral untuk memasarkan film ini, antara lain www.thisistheend.com , www.instituteforhumancontinuity.org , www.farewellatlantis.com , www.corruptiontheory.com dan www.newsdoneright.com .
Film ini diproduksi oleh kelompok Sony Pictures dan akan dirilis melalui Columbia Pictures, biaya produksinya berbujet 200 juta dolar. Dengan bujet raksasa begitu, bisa dibayangkan betapa akan kolosalnya adegan-adagen yang ada.

Tentu saja dengan adanya CGI (computer generated image), adegan apa sih yang tidak bisa dibuat? Mudah-mudahn film ini tidak hanya menyajikan spesial efek yang fantastis, tapi juga plot dan akting yang kuat. Jadi Rolland Emmerich tidak hanya akan dicap sebagai sutradara penjual bencana.

07 Agustus 2009

Willy

Aku ini milik Tuhan dan
Mengabdi kepada kehendak Tuhan
Segala yang lebih aku kembalikan kepada Tuhan
Melewati alam kehidupan
Aku setia kepada hati nuraniku
Aku setia kepada jalannya alam
Aku hidup dengan memandang
nilai-nilai kebudayaan
(Janji/prasetya di Bengkel Teater)


Beberapa waktu yang lalu, wartawan sekaligus pemusik Deded Er Moerad mengajak almarhum om Abdul Azis Abdus (ayah dari Abdulrahman dan Abdulrahim) untuk menemui Rusli Zainal yang waktu itu menjabat sebagai bupati Tembilahan. Tujuannya adalah untuk menyampaikan rencana mengundang Rendra ke Tembilahan. Meski awalnya ragu, Rusli Zainal memberi lampu hijau termasuk untuk membiayai transportasi dan uang saku selama si Burung Merak berada di Tembilahan.

Dikisahkan, waktu itu banyak yang skeptis dengan rencana tersebut. Apa mau sang Burung Merak yang biasa tinggal di 'langit' datang ke Tembilahan, sebuah kota di susut timur Sumatra yang bahkan namanya saja sering tidak muncul di peta.

Rendra pun datang. Beliau menginap di rumah makcik Ramlah, ibunda Deded R Moerad. Makcik Ramlah ini terkenal dengan masakannya yang enak, juga kue-kue atau wadai buatannya. Hal inilah, salah satu diantara banyak hal yang membuat Rendra betah di Tembilahan. Apalagi makcik Ramlah sering memasakkan udang galah, udang besar yang sering membuat udang-udang lain mengalah.

Pada kesempatan inilah saya sempat bertemu dengan beliau. Waktu itu saya sedang pulang kampung, serta merta saya diajak ayah saya yang juga seniman lokal untuk berhandai taulan dengan sang penyair besar ini. Saya senang. Sejak kecil saya membaca dan menonton Rendra. Ayah saya memiliki koleksi naskah Rendra di antara naskah-naskah seniman lain. Saya juga mengikuti ulasan mengenai pementasan Bengkel Teater yang waktu itu sering muncul di Tempo, Jakarta Jakarta dan Matra. Majalah Tempo pernah menulis feature dengan judul Rendra: Penyair 1 Milyar. Dulu saya baca Bengkel Teater sempat dicekal rejim Soeharto dan pernah mati suri. Ada film beliau yang saya tonton waktu kecil, judulnya Al Kautsar. Padahal diberitakan waktu film itu dibuat Rendra masih mualaf. Dia baru saja masuk Islam.

Jika tanpa prakarsa Deded R Moerad dan om Abdul Azis, belum tentu saya bisa ketemu om Willy, begitu panggilan akrabnya. Di Tembilahan, Rendra didaulat membaca puisi, berdiskusi dengan seniman setempat, berkunjung ke desa-desa, mengamati tanah gambut, melihat dengan mata kepalanya sendiri kehidupan petani dan nelayan Indragiri.

Tiga tahun yang lalu ketika saya pulang kampung, ayah saya memberikan buku berjudul Kepak Sayap Si Burung Merak. Buku itu merupakan biografi Rendra yang diterbitkan di Riau dan ditulis oleh Deded R. Moerad. Empat malam yang lalu karena tidak bisa tidur, saya membaca ulang buku itu dan sempat membayangkan kisah-kisah percintaan Rendra, suka duka Bengkel Teater, dan beberapa kisah-kisah lucu dan konyol yang terjadi sepanjang hidupnya. Sebelum sampai Bagian Lima yang mengisahkan tentang Percintaan Dengan Tuhan, saya jatuh tertidur.

Kemarin saya mendapat kabar bahwa sang Burung Merak telah mengepakkan sayapnya menuju bintang gemintang, ke suatu tempat yang lebih tinggi dari dunia fana.

Selamat jalan om Willy.

(Read more at www.ferdiansyah.com)

16 Juli 2009

Jambul

Rekan saya sedang tergila-gila dengan jambul. Ia mengklaim bahwa jambulnya menimbulkan rasa percaya diri yang besar. Jambulnya memang lumayan keren, tidak terlalu signifikan seperti jambul Jimmy Neutron, tidak lepek seperti jambul Superman yang selalu 'dikondisikan' berbentuk huruf S itu, tidak mirip dengan jambul Jusuf Kalla (memang beliau tidak punya jambul kok, atau mungkin pernah punya, tapi sudah dialokasikan untuk kumisnya yang tidak seberapa itu). Jambul rekan saya ini lebih mirip punya Elvis Presley, dan memang sangat cocok dengan bagian dahinya yang lebar.

Demikianlah, rekan saya itu menjadi sedikit narsis. Hari-harinya dimulai dengan menata jambulnya, dan beberapa jam perhari dihabiskan untuk mematut-matut jambulnya di depan cermin. Sering ia bergumam, 'siapa sih cowok keren di dalam cermin itu'? Para gadis mulai melirik padanya. Ia makin percaya diri di hadapan manusia lain. Dia pun bersyukur. Sebagai tanda syukurnya, ia mulai sholat lagi, selama ini sholatnya tambal sulam, kadang ingat kadang tidak, tapi lebih banyak lupa daripada ingat.

Masalah timbul. Ia malas memakai peci. Peci membuat jambulnya tertekan, dan jambulnya jadi kelihatan pendek dan tidak mencolok. Jadi ia sholat tanpa memakai peci. Sewaktu ruku, jambulnya jatuh lurus ke bawah dan mengganggu konsentrasi, maka iapun mengangkat tangannya dan menepis jambulnya ke samping. Hal ini terjadi berulang-ulang setiap ia ruku. Karena jambulnya jatuh melulu, banyak gerakan tubuh yang dilakukannya yang tidak terdapat dalam rukun sholat mazhab manapun. Gerakan-gerakan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan ibadah.

Sehari-hari, kita selalu dihadapkan dengan 'jambul'. Jambul itu bisa berbentuk siaran langsung sepakbola di tengah azan maghrib, bisa juga berupa kerjaan yang menumpuk yang membuat kita lupa beribadah. Facebook dan Yahoo! Messenger bisa menjadi jambul. Film Transformer 2 di cineplex yang waktu tayangnya jam 6 sore juga bisa bertransformasi menjadi jambul.Hal-hal duniawi yang menjauhkan kita dari Tuhan, itulah jambul itu. Sebenarnya yang salah bukan jambulnya, manusianya lah yang salah. Harus ada semacam manajemen jambul, hingga jambul bisa diatur agar jangan sampai menjauhkan diri kita dari ibadah.

Rekan saya sebenarnya bisa saja memanage jambulnya tersebut dengan cara tetap memakai peci. Mungkin kegantengannya berkurang sekian persen, tapi ibadahnya akan lebih sempurna. Dan dalam ibadah, bukanlah manusia yang dihadapi, bukan pula gadis-gadis, bukan si Ria, tapi Allah Sang Maha Pencipta.

(Read more at www.ferdiansyah.com) REPOSTED.

03 Juli 2009

Ompong

Setelah lama tidak bersua, tiba-tiba saya dapati bang Joni sudah ompong giginya. Tetangga saya yang selalu penuh semangat ini, yang sehari-hari bekerja sebagai penarik becak, baru ketahuan ompongnya setelah menyapa saya dengan senyum lebar. Ada dua celah gelap di situ, senyumnya yang biasanya sumringah ngah ngah tiba-tiba menjadi berubah jengah.

"Eh udah ompong ya Bang?.."

Langsung Bang Joni menutup mulutnya malu-malu. Ia menjelaskan bahwa giginya tanggal dua biji sejak seminggu yang lalu. Dia tidak menyalahkan siapapun, atau apapun, bang Joni menganggap tanggalnya gigi adalah proses alamiah yang akan dialami oleh siapapun seusia dirinya. Maklum, Bang Joni ini umurnya udah masuk 50-an. Walaupun begitu, Bang Joni masih giat mencari nafkah, menghidupi 4 orang anaknya yang masih sekolah dan istrinya yang semata wayang (soalnya Bang Joni bukan pejabat yang suka punya istri 2 mata wayang, atau 3 mata wayang, atau lebih lebih mata wayang).

Dua minggu kemudian, 2 gigi Bang Joni tanggal lagi, ompongnya pun semakin lebar. Tapi Bang Joni kelihatan lebih sehat, lebih gemukan. Sebulan kemudian wajahnya tidak saja semakin cerah, tapi juga kelihatan lebih muda. Nah lo, apa rahasianya?

Rupanya karena ompong, Bang Joni makan lebih hati-hati. Jika sebelumnya dia mengunyah lebih cepat, tentu saja sekarang dia mengunyah lebih lambat. Untuk satu sendok makanan, dia mengunyah pelan-pelan, menggunakan gigi-gigi yang masih tersisa, hingga makanan tersebut lumat. Mat! Makanan yang lumat sempurna tentu saja lebih gampang dicerna usus. Gizinya pun terserap lebih banyak. Bang Joni yang tadinya makan suka terburu-buru karena takut rejekinya kurang, sekarang udah belajar santai melakoni hidup. Wajahnya menjadi cerah dan senyumnya jadi sumringah plus megah walaupun ada celah. Dia juga ngaku kalau porsi makannya berkurang, yang tadinya makan kudu dua piring, sekarang 1 piring cukup. Kalau diakumulasi sebulan, penghematan 2 piring perhari ternyata cukup berasa. Jadi punya uang lebih untuk nambah-nambah tabungan.

Memang, segala sesuatu ada hikmahnya. Reposted.
(Read more at www.ferdiansyah.com)

24 Juni 2009

Mata Hari

Mata Hari tewas di hadapan regu tembak di Vincennes, Perancis, di pagi yang suram tanggal 15 Oktober 1917.

Reporter Inggris, Henry Wales, menulis kesaksiannya pada saat Mata Hari dieksekusi:

“...secara simultan suara tembakan berbunyi. Api dan asap kelabu keluar dari masing-masing senapan. Kemudian para prajurit menjatuhkan senjatanya. Mata Hari pun jatuh. Dia tidak mati seperti aktor atau bintang film yang memperagakan kematian pada saat ditembak. Dia tidak mengangkat tangannya dan juga tidak terjengkang ke depan atau ke belakang.
Dia hanya tumbang. Perlahan-lahan, dia berlutut, kepalanya selalu tegak, tanpa ada perubahan ekspresi pada wajahnya. Kemudian dia jatuh ke belakang, terlipat di pinggang, dengan kaki berada di bawah tubuhnya. Dia terbaring diam tak bergerak, dengan wajah menghadap langit...”


 Image result for mata hari

Mata Hari, si femme fatale, dihukum mati oleh pihak Perancis dengan tuduhan menjadi mata-mata dan agen ganda bagi pihak Jerman dan Inggris. Nama aslinya adalah Margaretha Geertuida Zelle, warga Belanda. Ia dikenal juga dengan nama sandi agen H-21. Dunia pada saat itu menyaksikan kedahsyatan Perang Dunia pertama. Setiap perang membutuhkan aksi intelijen, dan Mata Hari pun terlibat di dalamnya.

Nama Mata Hari dipakainya sejak ikut suaminya, perwira kolonial Hindia Belanda pemabuk yang bertugas di Jawa dan Sumatera antara tahun 1897 – 1900. Selama di Jawa, dia belajar bahasa dan budaya Jawa, termasuk tari-tariannya. Karena jatuh cinta dengan budaya Indonesia, diapun mengganti namanya dengan Mata Hari dan tidak mau lagi dipanggil Margaretha.

Sejak berpisah dari suaminya, Mata Hari pun kembali ke Eropa dan menghidupi dirinya dengan menjadi penari. Dia menjadi terkenal tidak saja karena tariannya unik, karena mengadopsi tarian Melayu, Jawa dan Timur Tengah, tapi juga karena Mata Hari tidak segan berpakaian minim, sesuatu yang langka di bagian tertentu Eropa pada waktu itu.

Pada saat Perang Dunia pertama, Belanda menjadi pihak yang netral. Karenanya, sebagai warga negara Belanda, Mata Hari leluasa bepergian ke sana ke mari dan menyeberang perbatasan negara-negara Eropa untuk menari. Untuk menghindari medan perang, dia bepergian antara Perancis dan Belanda lewat Spanyol dan Inggris. Selama periode inilah Mata Hari direkrut Jerman dan Inggris untuk menjadi mata-mata, espionage lady. Ada desas-desus bahwa Mata Hari juga bermain untuk pihak Perancis, dan si agen H-21 dihukum mati karena tahu terlalu banyak rahasia-rahasia negara. Akhir hidupnya yang tragis di hadapan regu tembak membuat namanya makin dikenal.

Mata Hari menjadi mata-mata bukanlah karena ia pintar. Ia direkrut semata-mata karena daya tarik sensualitasnya. Manusia sudah belajar banyak tentang wanita dan bagaimana pengaruh wanita terhadap seorang pria. Mata Hari adalah contoh femme fatale, istilah Perancis untuk deadly woman. Femme fatale ada di mana-mana dan di setiap jaman. Dia bisa menyebabkan perang dan juga mencegah perang. Ingatlah ketika hegemoni dan struktur kekuasaan Romawi menjadi simpang siur karena Caesar dan Marcus Anthonius jatuh cinta pada Cleopatra, sang ratu Mesir. Ingatlah tentang Perang Troya (Trojan Wars), ketika Paris melarikan Helen of Troy dan tindakannya menyebabkan perang dahsyat yang memilukan antara Sparta dan Troya. Ingatlah ketika Samson kehilangan kekuatan karena rayuan Delilah. Juga Salome, yang rayuan mautnya bisa memanipulasi Raja Herod untuk membunuh John the Baptist. Ingatlah tentang keruntuhan dinasti Louis di Perancis karena ketamakan Marie Antoinette, yang akhirnya tewas di pancung dengan guilotin.


 

Dan ingatlah pertumpahan darah yang terjadi di Singosari ketika Ken Arok jatuh cinta pada Ken Dedes dan ingin merebutnya dari Tunggul Ametung.

Femme fatale ada di setiap tempat dan di setiap jaman. Dan kisahnya akan selalu berakhir tragis, seperti yang dialami Mata Hari. 


Tulisan lainnya: TopengRadio 1 | Radio 2 | Saodah

17 Juni 2009

TOPENG

“Bukalah topengmu, anakku.” demikian kata Greedius pada Narcissus.
“Tapi Bapa, topeng ini begitu kucintai,” demikian tampik Narcissus.

Alkisah, tatkala Narcissus bertemu telaga yang jernih, ia melihat wajah seorang pemuda tampan nan rupawan di permukaan air telaga itu. Wajahnya begitu indah, sehingga Narcissus jatuh cinta pada wajah itu. Ketika ia ke kota dan untuk pertama kalinya bertemu dengan benda yang disebut cermin, lagi-lagi ia melihat wajah rupawan itu. Di cermin itu, wajahnya terlihat lebih rupawan lagi. Dan cintanya pun kian bertambah.

Tentu saja, tanpa disadarinya, Narcissus jatuh cinta pada diri sendiri, dan kadar cintanya begitu kuat dan tak terpatahkan, sehingga dewa pun mengirim Greedius untuk menyadarkannya. Greedius yang punya masa lalu sebagai makhluk yang serakah, memilih memakai muslihat untuk mematahkan keyakinan Narcissus.

Pada suatu malam kelam berhujan, Greedius menemukan Narcissus duduk termenung di telaga yang kelam.

“Oh , Bapa. Tak kulihat lagi wajah rupawan di permukaan telaga ini.”

“Bukankah itu wajahmu sendiri, Narcissus.” Kata Greedius.

“Bapa, tidak mungkin wajah serupawan itu milikku. Wajah itu begitu indah, begitu bersih, telaga ini menjadi bening karena kehadiran wajah itu.”

“Sesungguhnya, Narcissus, kau mengenakan topeng. Yang terlihat di permukaan telaga itu adalah topengmu. Tidak ada wajah manusia yang begitu indah, melainkan topeng.”

Greedius pun mengeluarkan cermin yang sudah disiapkannya, dan memberikannya pada Narcissus.

“Lihatlah, Narcissus. Ini cermin, dan tugasnya memantulkan kembali citra di depannya. Jika kau melihat ke dalam cermin ini, yang kau lihat adalah dirimu yang sedang memakai topeng.”

Tatkala Narcissus melihat ke dalam cermin itu, maka berlinanglah air matanya karena terharu bisa melihat kembali wajah rupawan itu. Narcissuspun berkata:

“Oh, Bapa. Lihatlah wajah ini, kesedihan apakah yang menghantuinya sehingga dia menangis?”

“Itu topeng, anakku. Kerjanya hanya bisa menangis, dan dia menangis untuk segala hal. Untuk kesedihan, untuk keindahan, untuk kebahagiaan. Bukalah topeng itu.”

“Tapi Bapa, kalaulah ini gambaranku, dan aku sedang memakai topeng yang begitu kucintai ini, bagaimana bisa aku melepaskannya.”

Greediuspun mengeluarkan cermin kedua. Ia memiliki muslihat untuk mencelakakan Narcissus. Sesungguhnya ia benci melihat orang terlalu mencintai diri sendiri, sehingga tidak dapat mencintai orang lain. Ia berkata pada Narcissus: “Inilah caranya, Narcissus. Kau pukulkan cermin ajaib ini ke wajahmu keras-keras, dan topeng itu akan terlepas, sehingga kau bisa melihat wajah aslimu, yang sebenarnya jauh lebih indah dan rupawan daripada topeng itu.”

Dan Narcissuspun menurut. Ia melakukan seperti yang disuruh Greedius. Dihantamkannya cermin itu ke wajahnya sendiri. Tapi kehendak Greedius tidak bisa menaklukkan kehendak dewa. Greedius ingin wajah Narcissus hancur dan terluka, tapi di saat itu, di tengah malam kelam di tepi telaga hitam itu, tiba-tiba petir menyambar cermin yang dipegang Narcissus, dan cermin itu hancur berkeping-keping.

Narcissus memang mencintai wajahnya, tapi dia tidak sadar bahwa dirinya lah yang dicintai, Narcissus selalu menganggap itu wajah makhluk lain. Dan para dewa di gunung Olimpuspun menyadarinya. Greedius dipanggil pulang, dihukum untuk menjadi makhluk serakah (greedy) sepanjang hidupnya, yang selalu menginginkan segala hal.

Narsisme tidak sama dengan egoisme. Narsisme adalah bentuk salah kaprah dalam mencintai diri sendiri. Keindahan-keindahan dalam narsisme yang terbataslah yang menghidupkan seni di dunia ini. Juga lukisan-lukisan jaman Renaissance, dunia mode dan fashion pada jaman kini, dengan segala aktifitas selebritinya yang hidup dan menghidupkan. Sementara egoisme adalah kesadaran bahwa “aku” adalah orang paling penting di lingkungan”ku”, dan karenanya “aku” harus selalu mendapatkan yang terbaik, dengan mengorbankan orang-orang di sekitar”ku”. Tidak peduli orang lain, yang penting hanyalah tiga hal : “aku”, “aku”, dan “aku”.

Dan kemudian, ketika Greedius meninggalkan Narcissus seorang diri di tepi telaga, langitpun berubah terang, kelam menjadi benderang, dan telaga hitam menjadi jernih cemerlang. Sekali lagi, Narcissus melihat ke dalam telaga, dan melihat sosok makhluk rupawan itu. Kali ini Narcissus tak ingin terpisah lagi dengan keindahan yang dilihatnya. Maka iapun terjun ke dalam telaga, dan mengejar bayangannya sendiri hingga ke dasar telaga. Narcissuspun mati.

Ia mati demi mengejar keindahan.

09 Juni 2009

Terminator Salvation

Pada awalnya saya skeptis dengan franchise keempat dari film Terminator ini. Bagaimana mungkin membuat film Terminator tanpa keterlibatan Arnold Schwarzenegger. Schwarzenegger berperan sebagai T-800 dalam film Terminator (1984), Terminator 2: The Judgement Day (1991), dan Terminator 3: Rice of the Machines (2003). Ini ibarat membuat film Mr. Bean tanpa kehadiran Rowan Atkinson.

Ternyata saya salah. Dalam credit list, nama gubernur California ini memang tidak tercatat, tapi Arnold Schwarzenegger memang muncul, walaupun dalam bentuk CGI. Menjelang akhir film, John Connor (Christian Bale) dibantu cyborg Marcus Wright (Sam Worthington) berhadapan dengan T-800 yang profilnya sama dengan Arnold Schwarzenegger dalam film Terminator pertama. Walaupun durasi kemunculan Schwarzenegger begitu singkat, tetap saja ini menjadi kejutan yang menyenangkan.

Kejutan lain adalah atmosfir masa depan yang dulu diciptakan James Cameron (sutradara dan creator film Terminator dan Terminator 2) masih sama terasa, bahkan lebih baik. Jalan ceritanya pun sangat 'nyambung' dengan film-film Terminator sebelumnya. Tokoh-tokoh kuncinya pun tetap sama, ada Kyle Reese, Kate Brewster Connor, John Connor, T-800, Skynet, Cyberdine, bahkan nama Sarah Connor yang dulu diperankan oleh Linda Hamilton pun masih disebut-sebut, dan tentu saja ada cyborg jenis baru yang canggih yang diperankan oleh Sam Worthington.

Jika anda sebelumnya pernah menonton satu saja salah satu film Terminator, film ini bisa jadi cukup untuk melengkapi franchise yang dibuat sejak tahun 1984 ini. Tentu saja jika anda memang termasuk orang yang suka menonton film dengan genre
science fiction.

04 Juni 2009

The Year of Living Dangerously

Reposted
Film ini nyaris sempurna dari segala aspek. Penyutradaan, skenario, setting lokasi, seting suasana, akting, gambar, editing, semuanya. Berkisah tentang seorang wartawan Australia yang bertugas di Jakarta pada masa kritis sekitar percobaan kudeta tahun 1965. Dilarang beredar di Indonesia sejak 1983 hingga tahun 2000, rasa penasaran kita akan film ini terobati dengan beredarnya vcd/dvd originalnya di pasaran beberapa tahun yang lalu.


Adalah Guy Hamilton (Mel Gibson), seorang wartawan yang mendapat tugas untuk meliput peristiwa-peristiwa di Jakarta pada tahun 1965. Guy mengalami hal-hal yang sulit, selain harus bersaing dengan wartawan asing lain, pada masa itu sedang gencar-gencarnya propaganda anti-imperialis (baca : anti Barat) dan Indonesia sedang dekat ke poros komunis (baca : Peking, Cina). Barat sangat tidak disukai, di mana-mana slogan anti Barat diteriakkan. Untuk mewawancarai Presiden Sukarno misalnya, Guy harus kucing-kucingan dengan wartawan lain. Alih-alih, sahabatnya Billy Kwan, fotograper cebol turunan Australia-Cina (diperankan degan brilian oleh aktris Linda Hunt) membuka kesempatan bagi Guy untuk mewawancarai Aidit, pemimpin PKI pada masa itu.Billy Kwan adalah fotografer humanis yang hobbynya mengumpulkan foto-foto dan data-data orang-orang di sekitarnya. Billy memotret kehidupan rakyat jelata di Jakarta waktu itu. Foto-fotonya berbicara banyak, menggambarkan sulitnya kehidupan rakyat jelata Indonesia, kekumuhan daerah pinggiran, tukang-tukang becak, pelacur, beras yang dijatah dengan kupon, seorang ibu yang tak mampu ke dokter untuk mengobati anaknya yang sakit. Billy menyukai wayang kulit dan memahami betul akan falsafah Jawa, dengan fasih dia mengutip dialog antara Krisna dan Arjuna, dan dengan cara yang bagus menerangkan kepada Guy bahwa wayang ditonton di balik layar, bahwa orang yang memainkan wayang disebut dalang, dan iapun mengasosiasikan Sukarno sebagai dalang, yang menggerakkan dan mengontrol dua belah pihak, kejahatan dan kebaikan, komunis dan nasionalis. Billy adalah pengagum berat Sukarno, mengumpulkan potret-potretnya dan bahkan suka bergaya sebagai Sukarno.Tapi ia berbalik menghujat ketika menyadari kontrasnya kehidupan antara pejabat negara dan rakyat jelata, dipicu oleh meninggalnya seorang anak kecil dan dirampoknya truk beras oleh rakyat, Billy menggelar poster besar bertuliskan : "Sukarno, feed your people" dari jendela sebuah kamar hotel, dan ia tewas karenanya.Di tengah gejolak politik Indonesia yang tidak menentu, Guy jatuh cinta dengan Jill Bryant (Sigourney Weaver), seorang diplomat Inggris. Suatu saat, Jill mendapat kabar rahasia bahwa akan ada pengiriman senjata besar-besaran untuk PKI. Naluri jurnalistik Guy bangkit dan ia bertekad untuk mencari tahu kebenaran kabar tersebut. Di sini Guy terbentur pada dua kepentingan, kabar itu sagat rahasia, dan jika Guy akan menerbitkan berita itu, komunitas asing di Jakarta akan tahu sumber berita nya dari Jill Bryant dan keselamatan mereka akan terancam.Guy mempunyai asisten bernama Kumar dan Lily. Belakangan diketahui bahwa Kumar adalah aktivis PKI dan ikut bagian di dalam rencana kup 1 Oktober. Di akhir cerita, Guy berhasil mendapatkan berita yang diinginkannya, dan berhasil keluar dari Jakarta setelah dengan susah payah menembus blokade tentara di jalan-jalan dan airport.
Setting lokasi dalam film ini sangat bagus. Sutradara mampu menciptakan suasana khas Indonesia yang begitu kental, termasuk hal-hal kecil seperti umpatan karyawan hotel, gertakan tentara, lagu Soleram yang disenandungkan seorang pedagang dan lain-lain.
Mel Gibson (Mad Max, Lethal Weapon 1-4, Braveheart, Payback, The Patriot, We Were Soldiers, The Signs) bermain bagus. Sigourney Weaver (Alien 1-4, Copycat, Ghostbusters) tampil menawan. Yang luarbiasa adalah penampilan Linda Hunt, dengan brilian berhasil memerankan karkter seorang wartawan foto (pria) yang idealis namun misterius. Ia mendapat Oscar sebagai aktris pembantu terbaik untuk film ini di tahun 1983. 

Istilah The Year of Living Dangerously sendiri diambil dari pidato Presiden Soekarno pada tahun 1964 dalam memperingati HUT RI ke 19, yang diberi judul Tahun Vivere Pericoloso. Ini menunjukkan adanya indikasi negara dalam perpecahan yang dilatarbelakangi oleh nafsu haus kekuasaan. Tahun tahun penuh bahaya di mana kawan bisa menjadi lawan, begitu pula sebaliknya, di mana orang-orang bersedia membunuh dan menteror atas nama apapun. Di mana rakyat adalah pion yang dimanipulasi oleh dua belah pihak yang bertikai demi kepentingan kekuasaan kelompok tertentu.

Semoga hal ini tidak terjadi lagi di negara kita yang sedang gencar-gencarnya membangun dan mengejar ketinggalan dari negara lain.

Jika tidak, artinya kita tidak belajar dari sejarah, dan alangkah bodohnya kita. 

Artikel terkait : Casablanca | Doea Tanda Mata | Membunuh Itu Gampang

01 Juni 2009

Orang Indon

Kisah Manohara (jika benar) hanyalah merupakan puncak gunung es, di bawahnya masih banyak banyak bangsa Indonesia yang diperlakukan tidak semestinya di negara jiran tersebut. Tingkah laku keluarga sultan-sultan di sana memang banyak yang macam setan dan arogan, heran, padahal tiap sholat Jumat keluarga sultan-sultan di sana selalu didoakan, (makanya jumatan di sana bisa sampai 2 jam lebih).

Rakyatnya di sana juga banyak yang menganggap remeh bangsa Indonesia. Mereka menganggap bangsa kita adalah bangsa kuli. Saya ingat pengalaman sewaktu dulu masih kerja di biro wisata di Johor Bahru. Sewaktu makan siang bersama kawan-kawan di food court dekat kantor, ada yang mendekati, menanyakan letak salah satu kantor properti. Sewaktu saya jawab, dia langsung menaikkan alis, dan berkata:

"Awak orang Indon ye?" nadanya lebih berupa tuduhan daripada pertanyaan.
"Bukan, saya orang Indonesia." saya jawab.
"Ah sama sajalah. Orang Indon lah."
"Saya tidak tahu di dunia ini ada bangsa Indon. Saya orang Indonesia."
"O macam tu ye. Awak kerja kat estate mana?"
"Saya tidak bekerja di estate."
"Orang Indon mestilah kerja di estate."
"Dasar warik. Saya kerja di pejabat."
(Sukurlah dia tidak tahu arti warik).
"Awak ni member kat sini ke?"
"Betul. Anda mau ke mana tadi ? Arahnya di sana ya."
....

Selain mereka seenaknya menyingkat nama bangsa kita, mereka juga menyangka bahwa Indonesia sebagai bangsa kuli tentunya hanya bisa mengirim pekerja perkebunan dan buruh. Ini tak bisa disalahkan karena mayoritas orang kita di sana ya sebagai TKI. Mungkin karena itu mereka menganggap sepele, sehingga dengan seenaknya mencaplok pulau-pulau, memukuli kontingen olahraga, mengklaim seni budaya, dan menjadikan perempuan-perempuan kita sebagai istri ke dua, ke tiga, ke tiga setengah, dan seterusnya. Di mata mereka, Indonesia tidak punya wibawa.

Jadi presiden ke depan harus lebih tegas. Kalau ada kapal Malaysia yang memprovokasi dengan memasuki wilayah kedaulatan, kasih peringatan dan tembak di tempat. Kalau ada wasit Indonesia dipukuli dengan semena-mena, usir dubes malaysia untuk indonesia dan beri cap persona non grata. tarik semua TKI (walaupun sulit dan hampir mustahil). Negara itu akan lumpuh jika para TKI dikeluarkan dari sana. Jangan mau dianggap sepele lagi, bangsa kita adalah bangsa yang besar, yang secara tradisional merupakan keturunan dari bangsa penakluk di jaman Majapahit dan Sriwijaya, yang terbiasa menjelajah hingga ke Siam, Campa, Cina, hingga Madagaskar. Bangsa Malaysia tidak punya jejak sejarah yang besar selain Laksamana Hang Tuah yang notabene berasal dari Kepulauan Riau, Indonesia. Makamnya saja yang kebetulan di Malaka. Itupun masih bisa diperdebatkan.

O ya, jangan lupa. Sebelum itu ganti dulu Dubes Indonesia untuk Malaysia yang tidak becus itu
.

30 Mei 2009

GANGAN BAKARUH

Resep hidangan khas Banjar ini berasal dari kak Diana Kesumawaty, yang telah berbaik hati mau menanyakan kepada ibundanya. Saya share di sini karena banyak juga rekan lain yang mau. Sebelumnya saya sempat googling resep ini tapi tak pernah berhasil.

Bahan :
1 Ikat Keladi
1 Ikat Kangkung
5 Ekor Ikan sepat segar ( Boleh Gurami )
1 Buah Jantung Pisang

Bumbu :
3 Buah Bawang Merah
2 Buah Bawang Putih
2 Butir Kemiri
2 Btg Cabe Merah
Jahe
Serai
Lengkuas
Terasi
Sedikit Kunyit
Asam jawa

Yang dihaluskan :
Bawang merah, bawang putih, cabe merah, kemiri, jahe, terasi, kunyit

Yang dimemarkan :
Serai dan lengkuas

Caranya :
Rebus keladi sampai empuk, buang airnya.
Ganti air baru secukupnya, masukkan ikan dan bumbu semuanya, Setelah mendidih masukkan kangkung tambahkan asam jawa secukupnya untuk menghindari gatal ( Ikan boleh diganti dgn ikan teri).

Resep: Diana Kesumawaty

17 Mei 2009

The Dumbest Manager on Earth

Dalam sejarah panjang yang memilukan dan memalukan tentang kisah orang-orang bodoh, mungkin kisah berikut ini bisa masuk daftar sepuluh besar.

Salah satu rekan yang bekerja dalam industri jasa mengeluh karena permintaannya akan penambahan tenaga SDM jadi batal gara-gara kebodohan managernya sendiri. Awalnya, sang rekan memang sudah segan ngomong ke sang manager bahwa betapa krusial dan mendesaknya penambahan tenaga di departemen yang bersangkutan. Segan, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa si manager ini selain tidak kompeten dalam bidangnya, juga fungsinya hanya sebagai dinding squash. Itu lho, olahraga mirip tenis yang pemainnya memukul bola ke dinding, terus bola nya mantul lagi ke pemain. Maksudnya, setiap ada keluhan, saran atau permintaan apapun dari bawahan yang disampaikan ke sang manager, semuanya dikembalikan lagi ke si penanya. Jadi selama ini rekan saya tadi merasa setiap mengajukan aspirasi ke managernya, aspirasi itu didengarkan, tapi dipantulkan lagi ke rekan saya itu. Artinya, mau ngomong apapun bakalan sia-sia, ibarat berteriak dalam gua yang luas, yang kita dengar hanyalah gema suara kita sendiri.

Ceritanya, owner akan datang sebentar lagi. Biasanya kalau sang owner datang, akan diadakanlah semacam meeting antara pihak management dengan pihak owner. Di meeting inilah, keluhan, saran, protes, tudingan, dan permohonan disampaikan. Jadi, menurut rekan saya yang posisinya sebagai supervisor tadi, saat ini adalah saat yang tepat untuk menyampaikan kepada owner bahwa SDM di departemennya harus ditambah karena sudah sangat mendesak situasinya. Berhubung supervisor tidak (diundang) ikut meeting dengan owner, jadi rekan saya tersebut dengan berat hati minta tolong managernya agar menyampaikan permohonan tersebut ke dalam forum meeting.

Nah, pada saat meeting, ketika tiba giliran si manager untuk menyampaikan aspirasinya, entah gara-gara angin puting beliung darimana, tiba-tiba sang manager merasa perlu menggunakan istilah bahasa Inggris untuk menyampaikan permintaan dari rekan saya tadi. Untuk pengajuan penambahan karyawan, digunakannya istilah replacement. Menanggapi hal itu, sang owner langsung mengiyakan dan menyarankan agar untuk replacement tersebut, mengambil SDM dari departemen lain dan ditukar dengan SDM dari departemen yang bersangkutan. Intinya tidak ada penambahan, hanya transfer karyawan, jadi jumlah karyawan di departemen tersebut tidak akan bertambah, juga tidak berkurang.

Rekan saya tersebut, demi mendengar aspirasinya disampaikan oleh manager jenius tadi dengan salah kaprah, tidak bisa bilang apa-apa selain pasrah. Tapi kesedihan dan kekesalannya tak bisa disembunyikan. Penambahan SDM di departemennya memang sangat mendesak. Jika salah satu dari mereka ada yang sakit dan tidak bisa masuk kerja, akan berantakanlah kinerja mereka. Mestinya bulan ini mereka sudah bisa mendapat tenaga SDM baru, tapi tertunda entah untuk berapa lama gara-gara kejeniusan sang manager yang salah menggunakan istilah. Kalau saja sang manager tidak sok gaya memakai istilah yang tidak dimengertinya sendiri, tapi tetap menggunakan kata sederhana, yaitu : penambahan karyawan, tentu saja aspirasi rekan saya dapat disampaikan dengan baik.

Memang sudah jadi rahasia umum bahwa sang manager ini dungunya minta ampun. Tapi kebodohannya itu kadang-kadang tertutupi dengan gaya bicaranya yang diplomatis dan terkesan intelek, penampilannya juga oke, dan punya bakat untuk membuat orang percaya. Dengan nilai-nilai tersebut, sebenarnya sang manager punya kualitas untuk menjadi seorang politikus: dungu, tapi pandai bicara. Yang terjadi di sini adalah keadaan the wrong man on the (extremely) wrong place.

Betapa seringnya kita melihat hal-hal ini, the wrong man on the wrong place. Coba lihat caleg-caleg yang berhasil duduk itu. Sebagian dari mereka saya kenal sebagai orang yang keji, yang kerjanya memalaki dan memeras tauke-tauke Cina dan buruh rendahan. Ada juga anggota legislatif yang tadinya bandar judi, yang pada saat kampanye terang-terangan menyuap dan memaksa orang dengan ancaman. Rasanya tak rela kita melihat dewan legislatif diisi dengan kualitas orang-orang seperti itu. Bagaimana kita bisa mempercayakan aspirasi kita di tangan orang-orang yang tidak kompeten seperti mereka? Akibatnya seperti yang dirasakan rekan saya dengan managernya itu. Aspirasi itu takkan sampai dengan benar.

Sang manager pun, mungkin sampai saat ini tidak tahu bahwa sudah setahun terakhir ini dia mendapat predikat di kalangan terbatas sebagai the dumbest manager on earth.

Originally posted on : www.ferdiansyah.com

30 April 2009

Ada Apa Dengan Kentut

Marilah kita bahas mengenai kentut. Kenapa tidak? Toh kentut merupakan realitas kehidupan sehari-hari, dilakukan oleh siapapun. Tidak ada orang hidup di dunia ini yang tidak kentut, secantik atau seganteng apapun. Tom Cruise pasti kentut, Sandra Dewi pun kentut, SBY pasti kentut, George Bush kentut, apalagi Tukul Arawana. Kentut itu merupakan fenomena manusia sehari-hari. Di film-film pun adegan kentut, bunyi kentut, atau adegan yang mengisyaratkan adanya kentut tidak tabu ditayangkan. Cobalah nonton film plesetan yang dibintangi Charlie Sheen, yang berjudul Hot Shot: Part Deux, di situ ada adegan presiden Amerika yang kentut di dalam air sehingga tentara Saddam Hussein di atasnya pun berjatuhan dengan sukses dari kapal.

Sebenarnya banyak hal yang ingin kita ketahui tentang kentut, seperti: darimana asalnya, mengapa bau, adakah perbedaan jumlah kentut pria dengan wanita, rata-rata sehari orang (hidup) mengeluarkan kentut berapa banyak, secara kimia apa saja komponen dalam gas kentut tersebut, adakah korelasi antara makanan yang kita makan dengan kentut yang dikeluarkan? Ada berapa banyak jenis kentut? Apa akibatnya kalau kentut ditahan, dan sebagainya.

Kentut berasal dari gas di dalam usus, yang tadinya berasal dari udara yang kita telan, atau dari gas yang menerobos ke usus dari darah, atau gas yang dikeluarkan oleh bakteri dalam perut. Komposisi kentut bervariasi, tergantung dari banyaknya udara yang kita telan, jenis bakteri tadi, dan gas yang menerobos dari darah. Secara umum, gas kentut bisa mengandung nitrogen, (oksigen yang kita hirup langsung terserap oleh tubuh), karbondioksida, metana, hidrogen sulfida, dan sulfur!! Jadi kentut juga ternyata mengandung belerang. Senyawa hidrogen sulfida dan merkaptan dalam kentut mengandung sulfur, yang menyebabkan kentut tidak pernah harum baunya. Makin banyak kandungan sulfur dalam makanan, makin banyak sulfida dan merkaptan yang diproduksi bakteri perut, makin busuklah bau kentut. Telur dan daging juga punya peran besar dalam memproduksi bau busuknya kentut. Sementara kacang-kacangan punya andil dalam memperbesar jumlahnya. Kacang-kacangan mengandung zat gula yang tidak bisa dicerna oleh tubuh, yaitu raffinose, stachiose, verbascose, yang jika mencapai usus akan membuat bakteri-bekateri di dalam usus berpesta pora sehingga menimbulkan banyak gas.

Selain udara yang kita telan, penyebab kentut yang lain adalah makan terburu-buru, makan tanpa dikunyah, minum soft drink, naik pesawat udara (karena tekanan udara lebih rendah, sehingga gas di dalam usus mengalami ekspansi & muncul sebagai kentut). Lalu, saat kentut diproduksi, daerah sekitar lubang anus bervibrasi, sehingga kentut menimbulkan bunyi. Kecepatan gas yang lewat di anus berpengaruh pada kerasnya bunyi kentut. Jadi, bunyi kentut memang susah diatur, apalagi diprediksi. Makanya harap jangan ada yang bermimpi menciptakan bunyi kentut yang merdu bagai buluh perindu. Lucianno Pavarotti sekalipun takkan sanggup.

Rata-rata setiap harinya manusia memproduksi setengah liter kentut. Jumlah ini secara rata-rata juga didistribusikan dalam 14 kali kentut. Gas kentut selalu dari usus melalui anus, jadi tidak pernah ke atas, karena gerak peristaltik usus yang selalu mendorong ke bawah. Jumlah kentut juga tidak ada kaitannya dengan gender. Laki-laki dan perempuan sama banyak kentutnya. Kemungkinan perempuan lebih sering menahan kentut, deposit kentut yang tertahan ini toh akan keluar juga di lain waktu dan kesempatan, karena gas tersebut tidak akan hilang karena ditahan, tidak diserap oleh tubuh, bukan hilang karena bocor, jadi kentut tersebut hanya mengalami penundaan. Bisakah kentut terbakar? Bisa, karena mengandung metana dan hidrogen. Tapi kita tidak bisa menyalakan korek api dengan kentut. Kalau mau mengada-ada, silakan kentuti korek api.

Ada beberapa jenis kentut, yaitu Morning Thunder (dahsyat namanya), yaitu kentut pagi hari waktu kita pergi ke toilet; dan ada juga jenis Silent But Deadly, yaitu pada saat kita kentut tanpa suara, tapi baunya mematikan. Inilah jenis kentut yang kurang ajar, sering terjadi di bus kota atau angkutan umum lain. Eksekutif muda yang lagi stress bisa memproduksi Silent But Deadly pada saat rapat dengan bosnya, atau pada saat seru-serunya nonton film The Dark Knight di cinepleks, kalau ada penonton yang protes ada bau kentut, mungkin kita bisa menuding Joker dengan cueknya. Kelebihan lain kentut jenis ini adalah bisa memprovokasi sejumlah orang untuk saling tuduh dan curiga.

Apakah kentut berwarna? Tidak dong, kalau berwarna jadi belang-belontenglah cd kita. Secara kimia, kentut itu termasuk acid, basa ataukah netral? Tentu saja acid, karena mengandung karbondioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S).

Sebagai penutup, kalau mau bebas kentut sepuasnya sebaiknya terbang ke planet Venus saja. Lapisan atmosfir Venus banyak mengandung sulfur. Jadi kentut di sana nyaris tidak begitu berpengaruh pada lingkungan.

(Reposted)
Main site: www.ferdiansyah.com

24 April 2009

Balada Si Jalil Dan Si Uhan

Bang Jalil memiliki suara yang cukup powerful. Orangnya belum muncul di ujung gang, tapi suaranya sudah membahana, membawa berita bagus bagi penduduk Tembilahan yang butuh cemilan sore-sore. Tak perlu pakai megaphone TOA yang ada di surau-surau, suaranya yang cempreng dengan lantang meneriakkan nama-nama wadai (kue) tradisional, semacam papari, hamparan tatak, papudak (sejenis lemper), kalalapon (klepon), kue lapis, juga wadai dua kali sakit alias dadar gulung.

Bang Jalil menjajakan kue-kue tradisional dengan menjunjung talam, yaitu sejenis nampan yang berlapis enamel. Ada anekdot soal ini, semacam teki-teki yang menanyakan siapa yang sewaktu kecil di atas talam, besar di bawah talam. Jawabannya ya si Jalil ini. Karirnya cukup bertahan lama, mulai dari pertengahan tahun 70-an hingga awal 90-an.

Sebetulnya masa itu banyak juga yang berprofesi menjadi penjaja kue keliling, tapi yang terkenal dan lengket di benak penduduk cuma Jalil. Yang dilakukan Jalil ini, sebagaimana juga yang dilakukan bartender keliling alias penjual jamu gendong, adalah strategi pemasaran jemput bola. Produsen mendatangi konsumen secara langsung. Cara yang dilakukan Jalil terbukti efektif, branding image nya juga berhasil dicapai, karena nama Jalil selalu diasosiasikan dengan kue-kue tradisional yang variatif.

Lain pula dengan si Uhan. Uhan ini sosok sangar dengan penampilan bak pendekar mata satu. Orang bule yang nyasar di Tembilahan pada masa itu bisa salah sangka bahwa Uhan ini sejenis sinterklas lokal. Karena ke mana-mana si Uhan selalu memanggul karung. Karung itu dibawa ke mana-mana untuk memenuhi panggilan profesinya, yaitu sebagai kolektor beras! Ya, Uhan ini sejenis peminta-minta, dengan spesialisasi: beras. Jadi dia tidak meminta uang atau yang lain, hanya beras, beras, dan beras. Isi karung beras si Uhan bisa membuat iri penjaga gudang beras Bulog, karena beras Uhan lebih bervariasi. Di dalam karungnya mungkin ada beras Solok, beras Cianjur, beras jatah pegawai negeri, juga beras afkiran yang banyak mengandung batu kerikil itu.

Bahkan dulu sempat ada lagu tentang Uhan. Lagunya merupakan plesetan dari lagu Rhoma Irama, penyanyi dangdut hipokrit yang kalau ngomong seperti orang terengah-engah itu. Kira-kira penggalan liriknya begini :

..." Katakan, mata Uhan satuuuuuuu..."

Saya dulu sempat curiga bahwa Uhan ini termasuk orang yang romantis, karena disinyalir istrinya lebih dari satu. Dibilang romantis karena kok bisa ada lebih satu wanita bertekuk lutut dan mau menjadi istrinya. Nah, siapa yang mau dengan pengemis? Kecuali kalau pengemisnya semacam King of Beggars seperti dalam film-film konyolnya Stephen Chow. Tambahan dulu sempat beredar gosip bahwa si Uhan ada affair dengan si Masnah. Masnah ini perempuan melankolis gila yang dulu selalu duduk mengangkang di depan markas polisi. Sebelumnya ada desas-desus yang menyatakan bahwa Masnah tadinya semacam primadona yang dikhianati oleh anggota polisi sehingga menjadi gila. Benar atau tidaknya, yang jelas dulu banyak saksi mata (atau yang merasa menjadi saksi) yang melihat adegan Uhan mendekati Masnah sambil memetik bunga tahi ayam. Romantis bukan?

Yang pasti, kehidupan si Uhan penuh suka duka. Pernah saya saksikan orang menaruh tempurung kelapa ke dalam karungnya. Pernah juga batu sebesar tinju yang disusupkan ke situ, atau tahi kucing yang dibungkus daun pisang (nggak ada kerjaan banget). Pernah juga dia diusir. Tapi untunglah dia itu orangnya cuek, pagi di usir, sore kembali ke tempat yang sama. Kegigihannya bisa menjadi sumber inspirasi bagi koruptor-koruptor beras, termasuk koruptor yang jatuh dua kali di lobang yang sama.

Nama-nama seperti Jalil, Uhan dan Masnah mewarnai kehidupan sehari-hari penduduk kampung saya di era 70-an hingga akhir 80-an. Setiap kota memiliki kisah uniknya sendiri, ada yang lucu, ada yang tragis, ada yang tak terlupakan dan kemudian menjadi kenangan. Yang pasti, suatu saat saya akan kembali ke sana dan akan dengan lahapnya memakan kue-kue yang dulu dijajakan si Jalil, sambil berbincang tentang Uhan dan minum air hujan.

(Ferdot)

16 April 2009

CSI dan Serial TV Jadul

Dari sekian banyak film serial TV yang ada pada dekade ini, hanya CSI-lah yang masih saya tonton dengan rutin dan saya bela-belain menunggu waktu tayangnya setiap Rabu malam. CSI sendiri sekarang sudah memiliki 2 spin-off, yakni CSI: Miami dan CSI:New York. CSI original yang bersetting di Las Vegas sendiri sekarang sudah memasuki season 9, sejak pertama kali ditayangkan CBS pada tahun 2000. Lumayan panjang kan, apalagi dengan 2 spin-offnya, sepertinya belum ada yang bosan menonton serial ini.

Yang membuat CSI (Crime Scene Investigation) menarik adalah selain filmnya menampilkan kejelian ilmuwan forensik yang berkutat memecahkan misteri pembunuhan, kematian-kematian yang tak wajar, dan kejahatan-kejahatan lainnya, CSI memiliki unsur drama yang mendalam, kisah yang bervariasi (bayangkan, CSI sudah running selama hampir 9 tahun, tentu tak gampang mencari ide baru untuk setiap episodenya), dan plot yang selalu terjaga untuk mempertahankan rasa penasaran penontonnya.


Malam tadi, yang membuat saya sedikit shock adalah, pernyataan Gil Grissom (tokoh utama yang diperankan oleh William Petersen ), bahwa dia mengundurkan diri dari CSI. Untuk selanjutnya dia akan digantikan oleh Dr. Raymond Langston (Laurence Fishburne ), dokter medis yang berubah haluan menjadi criminalist. Kepergian karakter Grissom dari serial CSI sungguh mengecewakan, karena dia dan CSI ibarat Fox Mulder dengan The X-Files. Tak kan mungkin rasanya menonton The X-Files tanpa ada tokoh Fox Mulder di dalamnya. Atau menonton serial The A Team tanpa ada tokoh B.A yang diperankan oleh Mr. T.

Bagi saya, saat ini memang sulit mencari serial TV bermutu yang membuat kita bergairah dan antusias menontonnya. Untuk dekade ini (bagi saya lagi) mungkin cuma CSI, walaupun beberapa waktu yang lalu saya sempat suka dan selalu menantikan Alias. Dekade 90-an masih lumayan, karena ada Ally McBeal, LA Law, The Practice, dan tentu saja The X Files.


Saya jadi ingat masa kecil di Tembilahan. Dulu, penduduk Tembilahan sangat beruntung karena setiap sore dan malam bisa mendapatkan tontonan serial TV bermutu dari SBC (Singapore Broadcasting Company, sekarang MediaCorp). Selain RTM1, RTM2, TV3, kita dulu bisa mendapatkan 3 channel dari SBC, yakni Channel 5, Channel 8 (Di pa po tao), dan Channel 12 yang menayangkan acara seni, budaya dan pendidikan. Dari saluran -saluran inilah, kita bisa menonton keseksian Lynda Carter yang menjadi Wonder Woman, kehebatan cyborg Steve Austin dan Jaime Sommers dalam The Six Million Dollar Man dan Bionic Woman, penampilan awal Bruce Lee dalam serial The Green Hornet, The Incredible Hulk, Charlie's Angels, CHiPs, Buck Rogers and 25th Century, Battlestar Galactica, Tales of the Golden Monkey, Dallas, Matt Houston, Magnum P.I, Miami Vice, TJ Hooker, BJ and the Bear, The Voyagers!, Quantum Leap, Knight Rider, Airwolf, Streethawk, Manimal, Automan, Mission: Impossible, The Greatest of American Hero, The A Team, Hawaii Five-O. Selain itu ada Remington Steele yang membuat Pierce Brosnan menjadi James Bond, dan Moonlighting yang membuat nama Bruce Willis dikenal dunia.

Juga ada serial komedi seperti Happy Days dan The Love Boat. Dan serial TV dari Inggris yaitu The Saint, yang melambungkan nama Roger Moore, dan The Avengers.


Beberapa dari film-film seri TV tersebut sudah dibuat versi layar lebarnya, seperti Charlie's Angels, Starsky & Hutch, Miami Vice, Mission: Impossible, The Incredible Hulk, The Saint dan The Avengers. Sebagian dari film-film tersebut mengecewakan, sebagian lagi lumayan. Tetapi tetap saja tidak bisa membuat kita antusias seperti di masa kecil dulu.
Kalaulah ada saluran TV swasta kita yang mau melakukan rerun untuk serial-serial TV jadul di atas, alangkah bagusnya. Tentu akan kita bela-belain menunggu jam tayangnya. Keinginan kita untuk merasakan gairah dan antusiasme masa kecil dari jaman the good old days mudah-mudahan bisa terpenuhi.


Artikel lain : Gara Gara Film | Ada Apa Dengan Kentut | The Last Supper | Jambul | Negara Para Banci | Dracula | Hypnerotomachia Poliphili