31 Agustus 2008

Negara Para Banci

Sudah terlalu banyak bencong-bencong bergentayangan di stasiun TV. Show-show dengan rating tinggi selalu menampilkan tokoh yang kebanci-bancian, atau banci asli, atau bencong kaleng. Mungkin para produsernya menganggap acara tersebut tidak akan laku kalau tidak ada bencongnya. Makhluk jadi-jadian sejenis Ivan Gunawan dkk laris manis, tidak saja di reality show, juga di iklan-iklan. Sekarang seolah-olah banci atau bencong adalah idola yang mampu menarik minat penonton, dan menaikkan rating.

Bayangkan anak atau adik kita yang masih sehat dan jelas jenis kelaminnya, karena terlalu seringnya nonton reality show di Indosiar, tiba-tiba mengidolakan Ivan Gunawan, dan kalau sudah besar pengen jadi seperti Ivan Gunawan. Mau?

Kehadiran para banci, gay, dan para bencong kaleng di TV dapat berdampak buruk bagi anak-anak yang menontonnya. Seharusnya mereka didampingi orangtua pada saat menonton, dan orangtua memberikan penjelasan. Tapi selalu ada kemungkinan mereka nonton pada saat orangtua tidak di tempat. Sementara di stasiun-stasiun TV swasta kita begitu banyak para banci bertaburan. Saya heran, seharusnya Komisi Penyiaran Indonesia mengambil tindakan atas hal ini. Singkirkan para gay, banci, bencong, dan bencong kaleng dari layar TV.

Saya bukan jenis orang yang diskriminatif, saya juga punya teman gay, dan kenal juga dengan bencong, tapi kehadiran mereka di TV sudah melewati porsi yang wajar.

Mungkin memang inilah trend di negara kita. Masing ingat dengan Ambalat dan Sipadan-Ligitan? Dengan mudahnya Malaysia mencaplok pulau-pulau tersebut tanpa adanya hambatan berarti dari negara kita. Tidak ada perjuangan berarti dari pemerintah kita untuk mempertahankan kawasan yang penuh dengan minyak dan gas alam tersebut. Dan pada saat wasit karate Indonesia yang tidak bersalah dipukuli oleh pihak berwenang Malaysia, tidak ada respon yang berarti dari negara kita, padahal jelas-jelas itu penistaan, karena itu adalah tim kontingen yang membawa nama negara. Tidak ada pengusiran diplomat Malaysia dari Indonesia, tidak ada kasus
persona non grata seperti yang selayaknya terjadi dalam dunia diplomasi. Tidak ada kata maaf resmi dari pemerintah Malaysia. Dalam kasus lain, kita melihat, alangkah tunduknya pemerintahan kita terhadap kebijakan-kebijakan dan tekanan negara lain. Politik luar negeri Indonesia adalah politik banci.

Semoga negara kita tidak terperosok menjadi negara para banci.

Main site: www.ferdiansyah.com

16 Agustus 2008

Si Bangsat Haram Jadah

Di setiap lingkungan kerja, pasti ada satu orang yang ingin kita beri label si bangsat haram jadah. Inilah jenis orang yang kerjanya paling sedikit, tetapi dapat penghargaan paling banyak. Skillnya sedikit, tapi gajinya paling besar. Pada saat rekan-rekan lain mendapat makian, dia mendapat pujian. Dan entah kenapa, walaupun semua orang tau kerjanya nggak pernah beres, tapi karirnya selalu menanjak. Inilah orang yang berdiri dan menjulang dengan memijak kepala orang lain. Ciri-ciri lain, orang ini selalu menilai diri sendiri terlalu tinggi.

Selalu ada si bangsat haram jadah seperti ini dalam lingkungan kerja kita.

Juga ada jenis bangsat haram jadah yang lain. Jenis ini tidak selalu kelihatan, hanya bisa terdeteksi oleh orang-orang yang peka. Jenis ini biasanya banyak ngomongnya, dan mati-matian berusaha (kelihatan) ramah pada orang lain. Tegur sana, tegur sini, tapi coba perhatikan wajahnya, sama sekali tidak ada ketulusan di situ. Dia berbuat demikian hanya untuk memberikan kesan. Dan kadang-kadang, untuk membuat orang yakin betapa berkualitasnya dia,terlontarlah omongan-omongan klise seperti, :".. sejak kecil saya sudah diajarkan supaya seperti padi, makin berisi makin.....bla.. bla.. bla.." Maksudnya mau bilang bahwa dia sudah tinggi tingkatan keinsanan dan ilmunya (boro boro, baca laporan statistik aja ora mudeng). Lah, mana ada orang yang betul-betul punya ilmu padi ngaku-ngaku punya ilmu padi? Terus ungkapan klise lain, ".. sejak kecil kita sudah diajarkan untuk bersikap ramah, apalagi kita orang Indonesia...bla.. bla.. bla.." Pokoknya miriplah dengan ungkapan-ungkapan klise pemimpin Indonesia jadul, atau ungkapan-ungkapan klisenya Rhoma Irama yang hipokrit itu. Lah, kalau mau dicermati, mana ada orang ramah mengaku-ngaku ramah. Apalagi kalau ramahnya terkesan dibuat-buat. Membungkukkan kepala berlebih-lebih seperti mantan penjajah dari Jepun. Jadinya malah mirip ketoprak. Atau boneka kecil yang mengangguk-angguk yang suka ada di dashboard angkutan umum.

Karena seringnya muncul klise-klise seperti inilah, ditambah keramahtamahan yang dibuat-buat, plus banyak omong, rasanya peribahasa klasik tong kosong nyaring bunyinya sungguh terasa pas.

Nah, jenis inilah, yang kepada siapa tadinya kita mungkin menaruh respek, sekarang derajat respeknya itu udah nyungsep ke titik nol. Zero Respect. Alangkah sayangnya.

Mau diapakan ke dua jenis bangsat haram jadah seperti ini? Jangan diapa-apakan, biarkan saja. Hidup ini tidak lengkap tanpa kehadiran orang-orang seperti itu. Lingkungan kerja jadi serasa dinamis dan menantang karenanya. Dalam hati kita menebak-nebak, dagelan apa lagi yang kita hadapi hari ini dari si bangsat itu. Anggaplah ini bagian dari acara menonton film. Dan kedua jenis bangsat haram jadah inilah tokoh utamanya. Kita penontonnya. Dengan demikian, jika biasanya kita keki, sekarang malah terhibur. Lumayan kan, hiburan gratis, di tengah naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok. Yang tadinya kita cemberut karena ulahnya, sekarang kita bisa tersenyum. Mudah-mudahan kitapun jadi awet muda.

Tidak semua hal harus dipandang negatif, karena hal yang jelek sekalipun tetap ada nilai positifnya, termasuklah para bangsat haram jadah tersebut.

Artikel Terkait: Ompong | Hypnerotomachia Poliphili | Jambul | Ada Apa Dengan Kentut?

Main site : www.ferdiansyah.com

07 Agustus 2008

Film-film TERKUTUK

The Exorcist dianggap sebagai film paling menakutkan sepanjang sejarah dunia perfilman. Paling tidak, begitulah pendapat majalah Entertainment Weekly, Maxim, dan beberapa kritikus film. The Exorcist juga merupakan salah satu film paling kontroversial karena beberapa adegan eksplisit, misalnya adegan Regan MacNeil (Linda Blair) bermasturbasi gila-gilaan dengan salib, apalagi umurnya saat itu baru 12 tahun. Juga ada 'penampakan-penampakan' sepanjang film, yang entah di sengaja entah tidak oleh pembuat filmnya. Untuk melihatnya harus jeli, karena hanya muncul sepersekian detik, dan bisa muncul di mana saja, misalnya di sudut kanan layar, di tengah, dekat pintu, di atas lemari. Memang, tidak semua orang bisa melihatnya, kecuali sewa atau beli DVDnya, dan nonton berulang-ulang. Tapi yang membuat film ini semakin kontroversial adalah adanya kecelakaan-kecelakaan misterius, terganggunya proses shooting dengan kejadian-kejadian aneh, dan juga meninggalnya 9 orang yang terkait dengan film yang diproduksi tahun 1973 tersebut. Banyak yang bilang film ini kena kutuk.

Film yang adegan awalnya dibuka dengan kalimat "Allahu Akbar" dari gema azan ini disutradarai oleh William Friedkin, berdasarkan novel yang ditulis oleh William H Blatty. Film dan novel tersebut didasarkan pada kasus nyata yang terjadi pada seorang anak bernama John Hoffman (14 tahun) di New England pada tahun 1949. Inilah film horor yang paling menguntungkan sepanjang sejarah, mencatat rekor box office, dan meraih 2 piala Oscar dari 10 kategori yang dinominasikan.

Respon penonton yang aneh dan mengejutkan juga terjadi pada saat pemutaran perdana filmnya. Bioskop penuh dengan penonton yang muntah-muntah, pingsan, berteriak histeris, gangguan saraf, bahkan banyak yang mengalami serangan jantung dan harus dilarikan ke rumah sakit. Pada saat premier di Metropolitan Theater di Italia, petir menyambar dan menghancurkan bagian depan bioskop tersebut. Film ini dibanned di beberapa negara, bahkan videonya tidak dirilis di Inggris hingga tahun 1999. Linda Blair sempat mengalami mental breakdown sepanjang pembuatan film, dua pemeran Jack McGowan dan Vasiliki Maliaros meninggal, juga adik aktor Max Von Sydow dan kakek Linda Blair, juga seorang satpam, seorang kru yang bertugas mendinginkan ruangan, dan seorang cameraman.

Film-film lain yang dianggap mengandung kutukan adalah The Omen versi pertama (1976) yang juga penuh dengan kecelakaan-kecelakaan aneh dan tewasnya 4 orang, juga film Rosemary's Baby (1969) yang disutradarai oleh Roman Polansky. Mirip The Omen, Rosemary's Baby mengisahkan pasangan yang memiliki 'anak setan', yang seharusnya tidak lahir ke dunia. Setahun kemudian, Sharon Tate, istri Roman Polansky tewas dibunuh pada saat hamil tua oleh Charles Manson dan para pengikutnya, dengan slogan Helter Skelter (salah satu judul lagu The Beatles). Bayi di dalam kandungan ikut tewas juga, mirip dengan apa yang seharusnya terjadi dalam film Rosemary's Baby.

Selain film-film di atas, tercatat film The Crow yang secara misterius menewaskan Brandon Lee juga dianggap sebagai film yang mengandung kutukan. Juga film Poltergeist (1982) yang diproduseri oleh Steven Spielberg, di mana empat pemerannya meninggal.

Kita sering mendengar tahyul dan mithos dalam kehidupan sehari-hari. Tahyul dan mithos semacam itu juga beredar dalam dunia film. Kisah-kisah tentang kutukan-kutukan dalam film ini sebaiknya dianggap sebagai bumbu saja dalam mengapresiasi film dimaksud, siapa tau menontonnya jadi lebih asik (atau jadi lebih takut?).

Artikel Terkait: Gara-Gara Film | The Year Of Living Dangerously

Main site: www.ferdiansyah.com