Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

20 Maret 2023

BECAK IKLAN BIOSKOP


Ini adalah sebuah becak, yang sekitar pukul 4 sore berkeliling di jalan-jalan utama kota Tembilahan, sambil mengiklankan film bioskop yang akan tayang malam itu. Becak ini dilengkapi dengan toa, ada orang di dalam becak sambil cuap-cuap mengumumkan judul film, sinopsis, dan bintang-bintang utama dari film yang diiklankan. 

Di foto ini kebetulan becak tersebut sedang mengiklankan film klasik Arnold Schwarzenegger dan James Belushi, yang berjudul Red Heat sekitaran tahun 1989.

Iklan keliling seperti ini digunakan oleh Bioskop Indra, bioskop theater yang dulu ada di Jalan Jenderal Sudirman di Tembilahan. (Kira-kira letaknya di samping Plaza Gemilang, dulu hanya disebut "Pasar Bertingkat"). Ada satu lagi bioskop misbar di daerah Tembilahan Hulu yang dikelola oleh angkatan darat, namanya Bioskop Taman Hiburan Kartika. 

Bioskop Indra sendiri memiliki layar lebar yang mengesankan, dan sound systemnya juga lumayan. Ada 3 kelas tiket kalau tidak salah, yaitu kelas kambing (lantai bawah paling depan dengan kursi kayu), lalu kelas loge seat (dari bahasa Belanda, dibaca 'lose', dengan kursi  lumayan empuk) di arah belakang, lalu kelas paling mahal yaitu balkon, terletak di lantai dua.

Harga tiketnya pada zaman itu adalah berkisar antara Rp250,- hingga Rp700,- , tergantung kepopuleran film yang diputar. Jaman itu kebetulan memang jamannya film one man hero dengan aktor yang berotot, sehingga film-filmnya Arnold Schwarzenegger, Sylvester Stallone, Jean Claude Van Damme, Dolph Lundgrend, Barry Prima, George Rudy menjadi sangat populer dan tiketnya dijual semahal mungkin. Film-film genre silat semacam Jaka Sembung dan Si Buta Dari Goa Hantu juga sangat populer waktu itu. Juga film-filmnya Chen Lung, alias Jacky Chan yang berantemnya lucu kalo lagi mabok nenggak arak satu kendi. 

Di sekitaran bioksop ada tukang catut. Tukang catut ini kerjaannya memborong tiket banyak-banyak, lalu dijual dengan harga lebih mahal kepada orang-orang yang kebelet nonton, namun kehabisan tiket ataupun kehabisan seat yang diinginkan. Di sekitar bioskop juga marak pedagang asongan yang menjual kacang goreng, kacang asin, tisu cologne, dan permen pagoda pastilles. 

Meskipun pada masa itu rental kaset video dengan format Betamax sudah mulai marak, namun orang tetap datang ke bioskop. Karena gambar dan suaranya lebih bagus, dan film-film baru belum ada kaset videonya. Lagian mutu gambar dan suara di kaset-kaset Betamax tidak begitu bagus seperti DVD dan Bluray sekarang, gambarnya sekelas VGA dan dialognya sering tidak sinkron. Orangnya sudah mengatupkan mulut tapi dialognya masih terdengar.  Baru pada jaman munculnya laser disc dan kemudian diikuti oleh VCD, bioskop-bioskop tunggal mulai bangkrut dan tutup. Yang bertahan adalah franchisenya Studio 21.

Nah, jaman itu pada jam 4 sore di Kota Tembilahan, akan ada iklan bioskop keliling, dan juga akan ada seseorang membawa nampan di atas kepala, berkeliling kota sambil meneriakkan nama-nama kue seperti amparan tatak, paparik, kue lapis, dan lain-lain. Siapakah itu? Al Fatihah buat beliau.


15 September 2022

Orang Pendek

Jangan salah paham, yang dimaksud dengan Orang Pendek di sini bukanlah orang dengan tinggi di bawah rata-rata, tapi mengacu pada makhluk kriptid yang mendiami kawasan hutan-hutan di Kerinci, Jambi. Penampakan Orang Pendek ini banyak dilaporkan sejak lebih dari 1 abad terakhir oleh suku terasing yang tinggal di hutan, penduduk kampung di sekitar hutan, kolonis Belanda, juga oleh penjelajah dan ilmuwan Barat. Menurut para saksi, binatang ini merupakan primata bergerak yang hidup di tanah dan ditutupi oleh bulu pendek dan memiliki tinggi sekitar 80 cm, tidak lebih 1 meter.

Di sejumlah daerah di Indonesia banyak beredar informasi penampakan tentang orang pendek dengan nama lokal masing-masing. Pada daerah Kerinci, Provinsi Jambi, orang mengenalnya dengan sebutan uhang pandak, digambarkan setinggi 4-5 kaki namun bertubuh kokoh dengan bahu lebar serta lengan berotot panjang. Banyak laporan penampakan bahwa makhluk ini berjalan tegak seperti manusia. Tubuhnya ditutupi dengan rambut gelap ataupun bercorak madu, serta bisa jadi mempunyai rambut panjang. Di daerah Indragiri Hulu makhluk ini disebut Bandan, digambarkan jalannya terbalik dengan tumit di depan. Di Bengkulu makhluk ini disebut Sebaba, ada juga yang menyebutnya Sengguguh. 

Belum pernah ada dokumentasi yang jelas tentang Orang Pendek ini, sehingga sejak dulu makhluk ini belum berhasil difoto ataupun divideokan, disebutkan bahwa makhluk ini bersifat pemalu, dan bisa memanjat dan berjalan dengan sangat cepat, sehingga banyak saksi yang melihatnya hanya sekilas, tak lebih dari beberapa detik. Namun menurut penduduk asli Suku Anak Dalam, yang juga dikenal sebagai Orang Kubu, Orang Batin Sembilan, ataupun Orang Rimba, yang hidupnya nomaden di perbatasan dan sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat di Jambi, keberadaan Orang Pendek sudah diakui sejak berabad-abad dan menjadi bagian dari kehidupan mereka di hutan. 

Orang-orang Belanda yang mendiami wilayah tersebut di awal abad ke 20, memberikan informasi yang cukup detil mengenai keberadaan Orang Pendek tersebut. Salah satu laporan dari Mr. Van Heerwarden, mengatakan bahwa:

"Saya berjumpa dengan makhluk gelap dan berbulu di dahan sebuah pohon. Makhluk ini juga berbulu di bagian depan, dengan warna yang lebih muda dari bagian punggungnya. Rambut hitam di bagian kepalanya jatuh hingga ke bahu, bahkan hingga ke pinggang. Pada saat berdiri, panjang kedua lengannya berada sedikit di atas lutut, namun kakinya terlihat lebih pendek. Saya tidak sempat melihat kakinya secara jelas. Wajahnya tidak terlihat jelek, dan sama sekali tidak seperti kera."

Dr. W.G. Wheatcroft, ahli antropogi budaya secara khusus merangkum cerita orang pendek dalam artikel berjudul “Orang Pendek, The Little Bipedal Hominid of Sumatra [2018]” yang dimuat di portal bigfootencounters.com. Pada jurnal itu, Wheatcroft merinci catatan pencarian orang pendek sejak abad ke-20.

Salah satu kesaksian yang menguatkan Wheatcroft adalah Aripin, seorang penjaga hutan TNKS yang mengaku melihat orang pendek ketika berpatroli di wilayah Sungai Penuh, Gunung Kerinci pada 2001. Pengakuan Aripin, ia melihat orang pendek dari sisi belakang, warnanya cokelat tua, namun ketika makhluk itu sadar diperhatikan dia segera masuk semak belukar.

Wheatcroft juga mencatat kesaksian Debbie Martyr, konservasionis satwa liar yang banyak melakukan penelitian di TNKS. Debbie mengaku, pernah tiga kali bertemu orang pendek selama 18 tahun terakhir, bermula pada Juli 1989, di tahun itu melihat orang pendek dua kali. Selanjutnya pada 30 September 1994.

“Ia berjalan lurus melintasi lembah yang jaraknya tiga puluh meter; sangat dekat dan sangat jelas!” kata Debbie dikutip oleh Wheatcroft. “Ia tampak primata yang sangat kekar, berjalan dari semak. ”Ketika melihat orang pendek itu, kata Debbie, ia sadar betul sedang melihat makhluk yang tidak pernah ia lihat di buku, begitu juga di film, atau di kebun binatang yang pernah ia kunjungi. “Saya lihat ia bergerak cepat secara bipedal dan berusaha untuk tidak terlihat, saya bersembunyi, melihat lembah yang dangkal. Sedang primata bipedal non-manusia itu berjalan di depan. Saya memegang kamera saat itu, namun jatuh karena sangat terkejut.”

Dua penjelajah dari Inggris, yaitu Adam Davies dan Andrew Sanderson pada 2001 melakukan perjalan ke Danau Gunung Tujuh dan Hutan Kerinci. Pada perjalanan itu, mereka mengabadikan sebuah telapak dengan cetakan gips. Telapak kaki itu diduga milik orang pendek karena tidak biasa. Telapak itu seolah-olah jempol kaki secara struktural muncul dari sisi kaki, sekitar tiga perempat dari jarak tumit ke jari depan. “Orang pendek ini sangat tertutup, mereka selalu saja bersembunyi. Kemungkinan juga secara biologis mereka pada waktunya akan diklasifisikan dalam genus homo, bersama dengan manusia yang hidup, homo sapiens,” tulis Wheatcroft. “Berdasarkan penelitian hominid [primate], saya berpendapat orang pendek adalah hominid yang cerdas, sensitif, cenderung sadar diri, berjalan tegak dan mereka bukan kera [pongidae].”

Dmitri Bayanov, ahli hominologi asal Rusia dalam artikelnya “Some Thoughts Regarding Dr. Wilson Wheatcroft’s Overview of Orang Pendek Evidence” mendukung pernyataan Wheatcroft bahwa orang pendek adalah hominid, bukan kera, karena ia bipedal. “Mungkin tampak kontroversial bagi pembaca mana pun,” tulis Bayanov. Sebagai ahli biologi evolusioner dan genetika, Dmitri Bayanov mengatakan referensi yang paling relevan ketika berdiskusi tentang orang pendek adalah karya “Historiae Naturalis et Medicae Indiae Orintalis” oleh Jacob De Bondt atau Jacobus Bontius [1592-1631], seorang dokter Belanda yang datang ke Batavia [Jakarta] pada 1826 hingga kematiannya.

Cetakan kaki yang diduga milik orang pendek yang ditemukan Dally Sandradiputra di hutan Kerinci, Sumatera. Foto: Dok. Dally Sandradiputra

Kesaksian lainnya dari Huzein Alrais: "Di tempat saya Tanggamus Lampung sering disebut gugu mempunyai tapak kaki terbalik.. beberapa kali nampak diantara hutan dan kebon kopi saat mendekati magrib .. adakalanya mau membongkar umbulan/gubuk yang dekat dengan hutan .. suaranya hanya bunyi U terdengar singkat dan jelas badan pendek sangat kekar mampu menggeser satu galung kayu hutan yang mau di potong."

Banyak lagi kesaksian lainnya dari para pekerja hutan, penebang pohon, driver bulldoser. Kawasan terlihatnya Orang Pendek ini di hutan mulai dari bagian selatan Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu hingga Lampung. Rata-rata menggambarkan posisi kaki terbalik, berjalan tegak, tinggi tak lebih dari 1 meter, menyukai ikan dan dapat kabur dengan cepat. Ada juga kesaksian yang mengatakan jika Orang Pendek kepergok, makhluk itu akan mengumpat dan marah-marah sebelum menghilang. 

Pada tahun 2017, beberapa pengendara motor trail sempat merekam makhluk aneh yang mereka temui di jalur setapak di hutan yang di duga di Aceh. Banyak yang menganggap mereka bertemu dengan Orang Pendek, namun banyak juga yang menganggap ini suku terasing yang berbeda. Berikut videonya:


Semoga suatu waktu Orang Pendek ini berhasil didokumentasikan dengan baik, menambah daftar species yang masuk entah dalam keluarga primata, ataupun keluarga homo. Yang jelas bukan Homo Sapiens. 

13 September 2022

Pembunuhan Seorang Waiter Hotel Hilton


Kejadiannya di malam tahun baru, pergantian tahun 2004 ke 2005. Sekitar pukul 4 pagi seorang waiter yang bernama Rudy Natong yang bekerja di Fluid Lounge di Hotel Hilton (sekarang Hotel Sultan) menagih bill pada seorang wanita bernama Novia Herdiana. Bersama Novia Herdiana yang juga dipanggil Tinul, ada seorang laki-laki. Ada masalah dengan kartu kredit milik Novia, sehingga waiter Rudy Natong mengusulkan agar pembayaran bill dilakukan cash. Selang beberapa saat, laki-laki yang bersama Novia mengeluarkan pistol revolver kaliber 22 mm, dan menembak Rudy Natong di bagian kepala. 

Laki-laki yang sama juga pernah menambak keponakan musisi rock Ahmad Albar dan Camelia Malik pada bulan Oktober 2004.

Siapa laki-laki tersebut, dan apa hubungannya dengan aktris Dian Sastro Wardoyo? Dan di mana laki-laki tersebut sekarang?

Dia adalah Adiguna Sutowo, anak dari Ibnu Sutowo, seorang jenderal korup yang dipercaya Soeharto untuk memimpin Pertamina. Memimpin Pertamina dari tahun 1957 hingga 1976, saat kesalahan manajemen yang korup telah memungkinkan Ibnu Sutowo mengumpulkan kekayaan keluarga yang sangat besar dan hampir membuat perusahaan bangkrut, meskipun terjadi ledakan minyak global pada tahun 1970-an.

Adiguna Sutowo sendiri merupakan anak paling bungsu. Pada Oktober 2004, Adiguna mengancam akan membunuh David Reynaldo Titawono (saat itu 22), keponakan musisi rock Achmad Albar dan penyanyi Camelia Malik. Insiden tersebut terjadi di Kemang, Jakarta Selatan, dilaporkan di properti pemilik waralaba KFC Indonesia Ricardo Gelael, yang merupakan suami dari mantan istri Achmad Albar, Rini S. Bono. Adiguna, yang ditemani oleh pengawalnya, menembak David melalui atau dekat telinganya. Setelah kejadian tersebut, polisi mencabut izin senjata api Adiguna dan menyita senjata api yang menembakkan peluru karet. Ricardo Gelael tidak melaporkan kejadian tersebut ke polisi, namun keluarga Achmad Albar yang melaporkannya. Adiguna dan Ricardo kemudian diperiksa di Polda Metro Jaya, namun kasus tersebut kemudian diselesaikan oleh kedua keluarga dan pihak keluarga Achmad Albar mencabut laporan polisi tersebut.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya dinihari tanggal 1 Januari 2005, setelah merayakan tahun baru, Adiguna bersama Novia Herdiana alias Tinul minum-minum di bar Fluid Lounge Hotel Hilton. Tinul memesan vodka tonik untuk Adiguna dan leci martini untuk dirinya sendiri. Dia bertanya kepada waiter yang bernama Rudy Natong apakah minuman itu bisa dibebankan ke kamarnya. Rudy mengatakan itu tidak mungkin, maka Tinul melunasi tab Rp150.000 dengan kartu Visa HSBC miliknya.

Adiguna kemudian memesan lagi dua minuman yang sama dan berusaha untuk membayar dengan kartu debit BCA . Rudy mengambil kartu tersebut dan bertanya kepada kasir Hari Suprasto apakah bisa digunakan. Hari menjawab mesin tidak tersedia. Rudy kemudian mengembalikan kartu tersebut kepada Tinul, yang kemudian diberikan kepada Adiguna. 

Rudy menjelaskan, kartu tersebut tidak dapat diterima karena bar tersebut tidak memiliki mesin yang dapat memprosesnya. Penolakan itu membuat Tinul kesal. “Apa kau tidak tahu siapa dia? Dia pemegang saham terbesar hotel ini! ” katanya, menunjuk ke arah Adiguna, yang duduk di sebelahnya.

Ponco Sutowo, saudara kandung Adiguna saat itu memang menguasai saham terbesar Hotel Hilton, di mana kawasan di situ memang dikelola oleh perusahaan milik keluarga Sutowo. 


Kemudian Adiguna ikut marah. "Dia bertanya kenapa..., kenapa. Gue tembak juga lu," katanya. Adiguna lalu mengeluarkan  pistol kaliber Smith & Wesson .22 dari pinggangnya, dan menempelkannya di jidat Rudy. Rudy, yang tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno, tersenyum kecut. Dia mengira si tamu bercanda. Lalu terdengar suara klik dua kali, dan dor,  Rudy terkapar. Kepalanya berlubang. Dua bartender, Daniel dan Cut Nina, yang berada di sampingnya berusaha menolong. Pemuda Flores ini akhirnya tewas di rumah sakit.

Adiguna kemudian menyeka gagang senjata, menyerahkan pistol kepada disc jockey Werner Saferna alias Wewen, yang berdiri sekitar satu meter jauhnya. Adiguna kemudian meninggalkan klub.

Polda Metro Jaya menetapkan Adiguna sebagai tersangka. Kamar hotelnya, Kamar 1564, berisi 19 peluru jenis yang sama yang telah membunuh Rudy. Peluru itu disembunyikan di toilet. Laporan media, mengutip temuan awal polisi, berdasarkan tes urine, mengatakan Adiguna telah mengkonsumsi metamfetamin dan alkohol pada saat pembunuhan itu.

Meskipun penembakan tersebut disaksikan banyak orang, di tengah suara musik yang keras dan hiruk pikuk, Adiguna membantah menembak Rudy. Dia mengatakan kepada polisi bahwa dia hanya melewati Fluid Club untuk mencari kerabatnya. Dia membantah duduk di bar. Dia membantah berbicara dengan Tinul. Dia membantah membawa pistol. Dia mengaku telah membantu menggendong Rudy, yang menyebabkan darah mengucur di bajunya. Namun, pengacaranya mengatakan darah di baju itu berasal dari Adiguna dan bukan dari Rudy.

DJ Wewen yang telah menerima senjata pembunuh dari Adiguna, menyimpan pistolnya di rumahnya selama lima hari sebelum menyerahkannya kepada polisi dan memberikan pernyataan. 

Pemeriksaan balistik polisi menemukan kecocokan antara pistol dengan peluru yang ditembakkan ke kepala Rudy. Kepala Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Suyitno Landung Sudjono pada Januari 2005 mengatakan sampel darah dan urin Adiguna positif mengandung obat-obatan terlarang: sabu dan fenmetrazin. Pengacaranya membantah Adiguna menggunakan narkotika. 

Pada awal Februari 2005, polisi mengatakan mereka masih mengumpulkan bukti dan menunggu hasil untuk menuntut Adiguna dengan pelanggaran narkotika, terpisah dari tuduhan pembunuhan dan senjata api. Polisi kemudian mengklaim bahwa tes berikutnya pada kuku dan sampel rambut Adiguna negatif, sehingga tuduhan narkoba ditarik. Kepala Detektif Polisi Suyitno Landung, yang kemudian dipenjara karena menerima suap dari keluarga Sutowo, menolak menjelaskan mengapa hasil tes darah dan urine berbeda.

Korban berusia 25 tahun, Rudy Natong, berasal dari keluarga berpenghasilan rendah di pulau Flores di provinsi Nusa Tenggara Timur dan telah bekerja paruh waktu di Hilton untuk mendukung studi hukumnya di Universitas Bung Karno Jakarta. Dia juga menghidupi kedua adiknya. Ia dijadwalkan lulus tahun 2005. Orangtuanya semula diberi tahu bahwa ia ditembak mati dalam protes terhadap kenaikan harga BBM di Jakarta.

Sebelum persidangan Adiguna dimulai, saudara laki-lakinya Pontjo Sutowo melakukan perjalanan ke Flores, di mana ia menghadiahi keluarga Rudy dengan isyarat belasungkawa tradisional berupa kepala sapi. Dia juga menyerahkan sejumlah uang yang dirahasiakan. Ayah Rudy menulis surat, kemudian dibawa ke pengadilan, meminta hakim memberikan hukuman yang ringan kepada Adiguna Sutowo.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, menjatuhkan vonis tujuh tahun penjara bagi Adiguna Sutowo. Maaf dari keluarga korban dianggap meringankan hukuman.Majelis hakim menyatakan, Adiguna terbukti membunuh Johannes Chaerudy Natong alias Rudy di Fluid Bar, Hotel Hilton, Jakarta pada 1 Januari 2005. Karena itu, Adiguna dinyatakan terbukti melanggar pasal 338 KUHP dan pasal 1 ayat 1 UU nomor 12 tahun 1951. Putusan majelis hakim yang dipimpin Lilik Mulyadi ini lebih ringan daripada tuntutan jaksa, yang meminta hakim menghukum terdakwa seumur hidup. Majelis menganggap, sikap keluarga korban yang sudah memaafkan terdakwa sebagai hal yang meringankan. Terdakwa juga diringankan karena "merupakan tokoh publik, sopan dalam persidangan, masih muda, dan merupakan kepala keluarga yang di kemudian hari bisa menjadi panutan keluarga, serta belum pernah dihukum.

Setelah ditangkap, Adiguna awalnya ditahan di Rutan Polda Metro Jaya. Dia kemudian dipindahkan ke penjara Salemba Jakarta, di mana dia tinggal di Blok K, yang disebut sebagai "sayap eksekutif". Narapidana terkenal lainnya di Blok K pada saat itu termasuk Gubernur Aceh Abdullah Puteh dan taipan Partai Golkar Nurdin Halid.

Pengacara Amir Karyatim mengatakan Adiguna bisa tertawa di dalam penjara Salemba dan bisa memesan kopi dari Starbucks dan nasi padang.

Adiguna kemudian dibebaskan dua tahun kemudian. Mirip bukan dengan Jaksa Pinangki, yang hanya dibui dua tahun padahal divonis 7 tahun penjara? Pesta diskon masa tahanan ini selalu ada di Indonesia, siapapun pemimpin negaranya. 

Adiguna memiliki seorang anak laki-laki bernama Maulana Indraguna Sutowo. Pada tahun 2010, Maulana menikah dengan aktris Dian Sastro Wardoyo. Adiguna Sutowo sendiri meninggal bulan April tahun lalu, di Jakarta. 

Tinul, alias Novia Herdiana, terakhir masih bekerja sebagai Senior Director of Sales di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta.


Baca juga: Orang PendekKasus Pembunuhan Munir | Perjalanan Ke Baduy Dalam | Ngopi Yuk 

21 Juni 2017

Kenapa di Indonesia Greece, Egypt dan Netherlands Disebut Yunani, Mesir dan Belanda?


Mengapa negara-negara tertentu disebut dengan nama yang jauh berbeda di Indonesia? Kenapa negara Greece disebut Yunani, Egypt disebut Mesir dan Netherlands disebut Belanda? Dari mana asal muasal penyebutan tersebut? Mari kita telaah satu persatu di bawah ini:

Greece alias Yunani
Di sebelah utara wilayah Yunani moderen saat ini, ada sebuah kawasan yang bernama Graecia. Orang-orangnya disebut Graekos. Sebagaimana kita ketahui, pada masa lalu, nama satu wilayah bisa disebut dari nama satu bagian wilayah tersebut. Sampai detik ini, masih ada orang Arab yang menyebut orang Indonesia sebagai Jawi, orang Jawa –walaupun orang itu bukan datang dari Jawa, tetapi dari Bugis, Ambon, atau Sumatera. Sama seperti orang menyebut kerajaan Nusantara jaman dulu sebagai Majapahit, padahal Majapahit itu nama pusat kerajaannya, sebuah kawasan kecil di sekitar Trowulan, Jawa Timur.

Orang-orang Yunani sendiri menyebut negara mereka sendiri Ελλάς, dibaca Ellada. Zaman dahulu, mereka menyebut negara mereka Ελλάς dibaca Ellás. Nama resmi negara mereka dalam bahasa mereka sendiri adalah Ελληνική Δημοκρατία, dibaca Ellinikí Dhimokratía.

Ternyata nama Yunani yang digunakan dalam bahasa Indonesia ini didapat dari bangsa Arab. Sebagaimana kita ketahui, Yunani memiliki wilayah yang dekat dengan Asia. Salah satu kawasan perbatasan dengan wilayah Asia Barat pada masa lalu adalah Ionia. Sekarang kawasan itu dan pulau-pulau terdekatnya menjadi wilayah Turki moderen. 2000 tahun yang lalu, Ionia dihuni oleh orang-orang Yunani, khususnya dari Attica. Karena nama kawasan kecil itulah bangsa Turki dan Arab menyebut seluruh Yunani dengan sebutan Yunanistan, sedangkan orang-orangnya disebut Yunan. Ini kemudian diikuti oleh bangsa Indonesia yang mengintergrasikan nama Yunani ke dalam bahasa Melayu lama, dan kini bahasa Indonesia.

Egypt alias Mesir
Jauh sejak zaman dahulu, Orang Indonesia sudah familiar dengan nama Mesir. Di dalam Quran, kata Mashr (Mesir) disebutkan sebanyak lebih dari 35 kali, di mana lima kali di antaranya disebutkan secara jelas (menggunakan kata Mashr), sementara sisanya menggunakan kata lain yang maknanya merujuk ke Mesir. Adapun lima ayat yang menyebutkan kata Mashr secara jelas dimaksud adalah dalam Surah Yunus ayat 87, Surah Yusuf ayat 21 dan 99, Surah Al Baqarah ayat 61, dan Surah Al Zukhruf ayat 51. 

Sebagaimana kita ketahui, orang Indonesia sudah membaca Quran jauh sebelum bertemu dengan orang-orang bule Eropa macam Cornelis de Houtman dan kawan-kawannya itu. Maka, tidak usah heran jika nama Mesir lebih familiar bagi bangsa Indonesia.

Lagipula, Mesir, negara yang terletak di delta Sungai Nil ini, memiliki nama internasional Arab Republic of Egypt. Tapi nama aslinya adalah ini: جمهوريّة مصر العربيّة dibaca: Jumhūriyyat Miṣr al-’Arabiyya.

Selain itu, ada kedekatan kultural antara bangsa Indonesia dan bangsa Mesir. Ini menjadi sebab lain mengapa nama Mesir lebih familiar daripada Egypt. Kedekatan kultural antara Indonesia dan Mesir ini bahkan sudah terjadi sejak zaman Fir’aun masih hidup. Ini dikonfirmasi oleh penemuan bahan-bahan pembalsem Fir’aun seperti kapur, cendana, dan gaharu yang didapat dari Indonesia. Fakta ini bahkan dikonfirmasi pula oleh ayat Quran:

 إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُورًا 

"Dan orang-orang yang taat akan minum, dari gelas, sejenis minuman yang campurannya adalah KAPUR(Surah Al Insaan ayat 5)."

Kapur yang diceritakan sebagai campuran minuman dalam ayat itu, pada zamannya Fir’aun, diketahui hanya diproduksi di Barus, Sumatera.

Kata Egypt yang dipakai oleh orang Barat berasal dari bahasa Latin Aegyptus, ini berasal dari bahasa Yunani kuno Αἴγυπτος,baca: Aigyptos. Kata Aigyptos ini terdapat dalam catatan-catatan kuno Yunani sebagai adaptasi dari nama Mesir kuno di zamannya para Fir’aun, yakni Hikuptah, dalam aksara hierogliph terbaca Hwt-ka-Ptah.

Sebagian sejarawan mengatakan, tanah itu disebut Mashr (Mesir), karena mengacu kepada tradisi lisan Arab yang meyakini bahwa orang pertama yang menghuni daerah itu yang bernama Mashr atau Mashr-yem bin Markabil bin Duwabil bin Uryab bin Adam as. Pendapat kedua mengatakan, nama Mashr ini diambil dari Mashram bin Ya’rawusy al-Jabbar bin Mashr-yem bin Markabil bin Duwabil bin Uryab bin Adam as. Pendapat ketiga mengatakan, nama ini diambil dari nama Mashr bin Binshir bin Ham bin Nuh as. Terlepas dari perbedaan pendapat itu, ketiganya menyepakati bahwa nama Mashr itu diambil dari orang yang pertama kali menemukan Negara ini, dalam tradisi Arab.

Netherlands alias Belanda
Ada beberapa teori mengenai hal ini. Seperti kita ketahui, bahasa Indonesia memiliki banyak kata-kata serapan dari berbagai bahasa dunia, Dan beberapa kata atau istilah dari bahasa asing ini di Indonesia disederhanakan pengucapannya. Ini beberapa teori kenapa Netherlands disebut Belanda:

Pertama, ada yang meyakini bahwa kita mengambil kata blonde(pirang) dari bahasa Inggris. Sementara seperti kita ketahui banyak orang Belanda yang menjajah Indonesia berambut pirang. Ini kemudian diadaptasi oleh orang Jawa menjadi kata londo. Sebagaimana kita ketahui, orang Jawa pada masa lalu memiliki kebiasaan menyesuaikan lafal dengan kemampuan maksimalnya. Dari situlah kita menyebut Netherland menjadi Belanda. 

Sebagai perbandingan, suku-suku Aborigin Australia, hingga detik ini menyebut orang kulit putih Eropa dengan kata Balanda, diyakini karena pengaruh pelaut-pelaut Indonesia yang sudah kontak dengan mereka jauh sebelum James Cook mengklaim menemukan benua itu pada Abad ke-17.

Kedua, ada yang berpendapat kata Belanda didapat karena nama Belanda dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan sebutan Holland. Holland sebenarnya adalah nama salah satu provinsi di Belanda, tapi namanya menjadi dominan karena orang-orang dari Holland relatif lebih maju daripada orang-orang Belanda dari provinsi lainnya. Orang-orangnya disebut Hollander. Dalam lafal orang Indonesia, istilah inilah yang kemudian diyakini berubah menjadi Belanda.

Ketiga, ada juga yang meyakini bahwa kata Belanda dalam bahasa Indonesia berasal dari nama Belanda dalam bahasa Portugis dan Spanyol, yaitu Holanda. Sebagaimana kita ketahui, orang-orang Portugis sudah datang ke Indonesia jauh sebelum rombongan Belanda pertama di bawah pimpinan Cornelis de Houtman datang kemari. Dari istilah Holanda dalam bahasa Portugis itu, beberapa suku di Indonesia menyebut Wolanda. Sementara dalam adaptasi lidah orang Sunda, nama itu disebut Walanda (hingga detik ini dalam bahasa Sunda moderen). Akhirnya, muncullah lafal yang fix sampai sekarang: Belanda dalam bahasa Indonesia yang baku.


Sebagai tambahan, kenapa negara The Great Britain atau United Kingdom disebut Inggris? 

Pada umumnya, penerjemah Indonesia menerjemahkan English sebagai Inggris, United Kingdom menjadi Inggris juga, lalu Great Britain diterjemahkan Inggris pula, yang sebenarnya agak rancu.

Nama negara tersebut secara lengkap sebenarnya adalah United Kingdom of The Great Britain and North Ireland, yang terdiri atas North Ireland, Wales, Scotland dan tentu saja England. Penamaan United Kingdom of the Great Britain and North Ireland itu kemudian disingkat menjadi United Kingdom saja atau The Great Britain saja.

Inggris adalah direct translation dari English, bentuk adjective/person dari nama England, atau orang yang berasal dari England. Dan England sebenarnya hanyalah satu dari empat negara bagian dalam United Kingdom of The Great Britain and North Ireland.

Sebelum pendudukan Jepang pada 1941, bangsa Indonesia masih menyebut Britain sebagai Britanija. Dalam beberapa kesempatan, saya melihat tulisan Inglandia sebagai terjemahan dari nama England di masa lalu. Hipotesisnya, adalah Jepang yang pertama kali memperkenalkan Inggris kepada orang Indonesia. Pada mulanya, mereka melafalkan kata English menjadi Ing-gu-ris. Sebagaimana kita ketahui, fonem /l/ cenderung dilafalkan /r/ oleh orang Jepang.

Naskah-naskah sebelum tahun enampuluhan memiliki istilah yang lebih tepat mengenai hal ini:
1. United Kingdom of The Great Britain and North Ireland = Keradjaan Persatoean Britanija Raja dan Irlandia Oetara 
2. Great Britain = Britanija Raja 
3. England = Inggris 
4. Wales = Wales 
5. Scotland = Skotlandija 
6. North Ireland = Irlandia Oetara

Dari berbagai sumber.

31 Mei 2017

Ancaman ISIS di Indonesia Semakin Nyata.


ISIS lakukan serangan skala besar di kota Marawi Filipina. Dan tak berapa lama, Kota Marawi jatuh ke tangan ISIS.

Akses menuju kota Marawi diblokir dengan truk, militan menguasai kota berpenduduk 200 ribu. Setelah membebaskan ratusan napi, militan membakar penjara tersebut. Militer Filipina sudah mulai meluncurkan serangan balik merebut kota Marawi, Presiden Duterte menetapkan status Darurat Militer diseluruh Pulau Mindanao yang berbatasan dengan Indonesia, Sulawesi Utara.

Kemampuan ISIS yg mengagumkan adalah punya sel-sel tidur yg terpelihara saat mau meluncurkan serangan ke kota tersebut mereka tinggal diaktifkan. Bahkan saat ISIS akhirnya kehilangan sebuah kota, mereka masih meninggalkan sleeper cell di kota tersebut.

Kota Marawi jatuh mustahil tanpa keterlibatan sel-sel tidur ini, mereka menguasai seluk beluk kota dan objek-objek vital yang harus dilumpuhkan. Disamping itu, seringkali musuh-musuh ISIS moral tempurnya jatuh ketika menghadapi serangan kilat semacam ini. 

Diperkirakan ada 500-an militan ISIS yang menyerbu kota Marawi. Satu tahun yg lalu saat heboh isu keberadaan ISIS di negerinya, aparat Filipina malah membantah. “Kalian selalu menyangkal, hingga akhirnya baru menyadari saat mereka mengetuk rumah kalian”.

Dan ancaman serupa sedang mengancam Indonesia dengan sangat dekat, dan dimulai sejak tiga tahun yang lalu. 

Melalui kegiatan pengajian di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah pada medio 2014, sel kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah mulai hadir di Indonesia. Kala itu, mereka fokus mempersiapkan diri untuk bergabung dengan kekhalifahan bentukan Abu Bakar al-Baghdadi di Suriah.

Alhasil, ratusan orang lalu diberangkatkan Salim Mubarok Attamimi alias Abu Jandal, salah satu pimpinan sayap Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) asal Malang, Jawa Timur, ke Suriah selama tahun 2014. Pada tahun itu, Abu Jandal bersama Bahrumsyah juga membentuk Forum Aktivis Syariat Indonesia (Faksi) yang menjadi cikal bakal sel kelompok ISIS di Indonesia. Sementara itu, tokoh ISIS asal Indonesia lainnya, yaitu Bahrun Naim, kerap melakukan komunikasi dengan terpidana terorisme Aman Abdurrahman yang menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan. Komunikasi ini membuahkan perencanaan aksi teror dengan afiliasi ISIS pertama di Indonesia, yakni rencana aksi teror pada perayaan 17 Agustus 2015 di Solo, Jawa Tengah. Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap empat orang yang merencanakan aksi teror itu. 

Namun, seiring kondisi ISIS pusat di Suriah dan Irak yang semakin terdesak operasi militer Amerika Serikat dan sekutu, ”perjuangan” ISIS pun berpindah haluan. Tidak lagi harus ke Suriah atau Irak, tetapi aksi teror juga wajib dilakukan di negara masing-masing. Menurut Deputi Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Brigadir Jenderal (Pol) Hamidin , instruksi itu mulai digemakan ISIS pada akhir 2015 sehingga sel-sel ISIS di Indonesia pun menanti perintah itu. Gerakan teror ISIS di luar negeri, seperti di Filipina, jelas menjadi inspirasi sel-sel yang berada di belahan dunia lain. 

Setelah peristiwa bom Thamrin, Januari 2016, ancaman sel ISIS di Indonesia semakin nyata. Hal itu, menurut Hamidin, tidak lepas dari pengaruh berbagai aksi teror di dunia sehingga sel ISIS di Indonesia ingin menunjukkan eksistensinya. Maraknya rencana aksi teror ISIS di Indonesia tidak lepas dari instruksi sejumlah pimpinan sayap ISIS asal Indonesia yang berada di Suriah. Selain itu, perintah yang dikeluarkan Aman dari balik penjara dan ratusan warga Indonesia yang telah kembali dari Suriah juga memperbesar ancaman di Tanah Air. Kelompok teroris akan terus terus muncul meskipun telah dicegah dengan penangkapan. Karena itu, jalur pemberian instruksi itu harus diputus.

Terkait hal ini, perlu ada penguatan dasar hukum melalui revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Melalui aturan hukum baru itu, Polri ingin agar berbagai upaya persiapan awal aksi teror, seperti pelatihan, bisa diproses hukum. Penegakan hukum juga diperlukan kepada sejumlah warga Indonesia yang pulang atau dideportasi dari luar negeri karena hendak bergabung dengan kelompok teroris. Polri harus siap memperkuat sinergi dengan Tentara Nasional Indonesia. Peran TNI diperlukan dalam situasi tertentu, misalnya peristiwa di Poso, Sulawesi Tengah, atau dalam peristiwa pembajakan di udara dan laut. Andai RUU Antiterorisme telah disahkan, Polri bersedia menyesuaikan Tim Densus 88 Antiteror dengan berbagai prosedur operasional standar baru di lapangan. Terkait perkembangan RUU Antiterorisme di DPR, Pansus DPR masih membahas sejumlah poin di RUU itu, salah satunya terkait pelibatan TNI. Pembahasan RUU itu sebaiknya akan selesai pada Juli.

Berbagai peristiwa di belahan dunia lain bisa menjadi pelajaran bahwa kelompok teroris, seperti ISIS, tidak akan sesuai bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Michael Weiss dan Hassan Hassan dalam buku ISIS: The Inside Story (2015) mengungkapkan bagaimana ISIS mengubah kota Al-Bab di Suriah yang merupakan kota pertama yang berhasil mereka kuasai pada akhir 2014. Weiss dan Hassan menggambarkan, pertama-tama ISIS melayani administratif sipil dengan ramah untuk menggantikan peran pemerintahan resmi Suriah, bahkan memperbaiki jalan dan gedung sekolah hingga menanam bunga di alun-alun kota. Namun, seiring berjalannya waktu, ISIS memberlakukan hukum ”syariah”. Melalui aturan itu, perempuan dilarang beraktivitas di luar rumah, anak-anak dilarang ke sekolah umum, perempuan harus menggunakan pakaian khusus, bahkan ISIS melarang warga kota menikmati waktu bersantai di kafe untuk sekadar mengisap shisha. ”Bagi yang melanggar aturan, hukumannya potong tangan hingga penyembelihan kepala di tempat umum,” tulis keduanya. 

Gambaran serupa juga ditulis James Verini dalam artikel berjudul ”Surviving the Fall of ISIS” di majalah National Geographic edisi April 2017. ISIS tidak segan membuat mural tentang eksekusi warga kota Mosul, Irak, yang melanggar hukum mereka. Hingga kini sekitar 29 negara telah menjadi sasaran aksi teror ISIS, termasuk Indonesia, dan menewaskan nyaris 3.000 orang. Oleh karena itu, pilihan ada di tangan bangsa Indonesia. Apakah ingin bersatu menutup ruang gerak terorisme atau menafikan ancaman terorisme sehingga kedamaian di bumi ibu pertiwi ini diambil? Terorisme yang menghalalkan pembunuhan tidak akan memenangkan apa pun, kecuali memberi penderitaan panjang.

Karena itu hargailah usaha dan upaya Polri menangkapi orang-orang yang terduga bagian dari ISIS, karena mencegah selalu lebih baik sebelum segalanya menjadi terlambat. Seharusnya kita bersatupadu dan saling bahu membahu memberantas terorisme, bukan ribut dan saling fitnah sesama anak bangsa. Dan jangan anggap remeh bom panci. Bom yang dibuat menggunakan pressure cooker ini telah terbukti banyak merenggut nyawa, karena bahan-bahannya bisa diakses dengan mudah dan tutorialnya sempat beredar di Youtube. Bom racikan sederhana namun mematikan ini mulai banyak diminati teroris, dimulai dari peristiwa Boston Marathon tahun 2013 sehingga bom yang menewaskan 5 orang di Kampung Melayu baru-baru ini.

Ketika teror sudah menyebar, korbannya bisa siapa saja, tak peduli apapun agamanya. Siapkah kita perang saudara dan menjadi seperti Suriah kedua?

Dari berbagai sumber.

23 Desember 2016

Tielman Brothers - Band Rock n Roll Internasional Dari Indonesia


Tidak banyak yang tahu, bahwa ada group band rock n roll yang mendunia dan berasal dari Indonesia. Namanya The Tielman Brothers. Nama The Tielman Brothers lebih dikenal di Eropa, terutama Belanda. Di Indonesia sendiri nama The Tielman Brothers masih menjadi nama yang asing, meski dikenal hanya oleh para kolektor musik, sebuah kenyataan yang sangat disayangkan.

Aksi panggung mereka dikenal selalu atraktif dan menghibur. Mereka tampil sambil melompat-lompat, berguling-guling, serta menampilkan permainan gitar, bass, dan drum yang menawan. Andy Tielman, sang frontman, bahkan dipercaya telah memopulerkan atraksi bermain gitar dengan gigi, di belakang kepala atau di belakang badan jauh sebelum Jimi Hendrix, Jimmy Page atau Ritchie Blackmore.

Coba deh simak aksi panggung mereka di sini:



Andy Tielman dan seluruh keluarga asalnya dari Timor. Waktu mereka masih kecil nama band mereka The Timor Tielman Brothers. Perjalanan musik The Tielman Brothers dimulai di Surabaya pada tahun 1945, di mana empat kakak beradik laki-laki dan seorang adik perempuannya, Jane, sering tampil membawakan lagu-lagu dan tarian daerah. Mereka adalah anak dari Herman Tielman asal Kupang dan Flora Lorine Hess. Musik mereka beraliran rock and roll, namun orang-orang di Belanda biasa menyebut musik mereka Indorock, sebuah perpaduan antara musik Indonesia dan Barat, dan memiliki akar pada musik keroncong. 

The Tielman Brothers merupakan band Belanda-Indonesia pertama yang berhasil masuk internasional pada 1950-an. Mereka adalah salah satu perintis rock and roll di Belanda. Band ini cukup terkenal di Eropa, jauh sebelum The Beatles dan The Rolling Stones. Berawal dari ketertarikan Ponthon untuk memainkan contrabass yang diikuti saudara-saudaranya yang lain. Reggy mempelajari banjo, Loulou mempelajari drum, dan Andy mempelajari gitar. Penampilan pertama mereka pada acara pesta di rumahnya membuat teman-teman ayahnya kagum dengan membawakan lagu-lagu sulit seperti Tiger Rag dan 12th Street Rag. Sejak saat itu mereka sering tampil di acara-acara pribadi di Surabaya. Tawaran tampil pun berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia. Sampai pada akhirnya pada tahun 1957 mereka sekeluarga memutuskan untuk hijrah ke Belanda.

The Tielman Brothers pernah tampil di Istana Negara Jakarta dihadapan Presiden Soekarno. Karier rekaman mereka dimulai ketika keluarga Tielman pada tahun 1957 hijrah dan menetap di Breda, Belanda.

Berikut susunan personilnya:
  • Andy Tielman - vokal, gitar
  • Reggy Tielman - gitar, banjo, vokal
  • Ponthon Tielman - contrabass, gitar, vokal
  • Loulou (Herman Lawrence) Tielman - drum, vokal
  • Jane (Janette Loraine) Tielman - vokal
  • Fauzi (Firdaus Fauzi) Tielman - organ


31 Maret 2016

Asal Usul Nama Indonesia


Kapan nama Indonesia pertamakali dipergunakan? Siapa sang penemunya? Dan bagaimana nama tersebut diadopsi menjadi nama sebuah nation dan negara? Mungkin diantara kita masih ada yang belum mengetahuinya. 

Nama “Indonesia” pertamakali muncul di tahun 1850, di sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di Singapura. Penemunya adalah dua orang Inggris: James Richardson Logan dan George Samuel Windsor Earl. Saat itu, nama Hindia—nama wilayah kita saat itu—sering tertukar dengan nama tempat lain. Karena itu, keduanya berpikir, daerah jajahan Belanda ini perlu diberi nama tersendiri. Earl mengusulkan dua nama: Indunesia atau Malayunesia. Earl sendiri memilih Malayunesia. Sedangkan Logan yang memilih nama Indunesia. Belakangan, Logan mengganti huruf “u” dari nama tersebut menjadi “o”. Jadilah: INDONESIA.

Nama Indonesia kemudian dipopulerkan oleh seorang etnolog Jerman, Adolf Bastian. Dia mempopulerkan nama Indonesia melalui bukunya, Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipelsdan Die Volkev des Ostl Asien. Bastian sendiri mengunjungi Indonesia empat kali. Di bukunya, Bastian menggunakan kata Indonesia untuk merujuk pulau besar—Jawa, Sumatera, Borneo (Kalimantan), Celebes (Sulawesi), Molukken (Maluku), Timor, hingga Flores—dan gugusan pulau-pulau yang mengitari pulau tersebut.

Penjajah Eropa, baik Belanda maupun Portugis, menamai negeri kita ini: India. Namun, agar tidak sama dengan nama India, maka ditambahi huruf ‘H’ di depannya menjadi: Hindia. Di bawah penjajahan Belanda, negeri kita disebut Nederlandsch-Indie, yang berarti ‘Hindia kepunyaan Belanda’. Di bawah penjajahan Portugis, namanya ‘Hindia kepunyaan Portugis’. (Pramoedya Ananta Toer, Angkatan Muda Sekarang, 1999).

Tahun 1913, Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara mendirikan Kantor Berita untuk bumiputera di Den Haag, belanda. Namanya: Indonesische Persbureau, disingkat IP. Saat itu Ki Hajar sedang menjalani pembuangan di negeri Belanda akibat aktivitas politiknya di tanah air.Sebelumnya, di tahun 1912, Ki Hajar bersama dua kawannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangkukusumo, mendirikan partai politik bernama Indische Partij (IP). IP merupakan organisasi politik pertama yang terang-terangan memperjuangkan kemerdekaan Hindia—terpisah dari kolonialisme Belanda. Saat itu, IP mengusulkan agar nama negeri kita ini adalah Hindia. Slogan IP yang terkenal: Hindia untuk Hindia! Sayang, usulan IP ini kurang berterima luas di kalangan kaum pergerakan.

Pada bulan Februari 1922, para pelajar Indonesia di negeri Belanda sepakat mengadopsi nama Indonesia. Mereka mengubah nama organisasinya dari Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging. Kemudian, di tahun 1924, koran organisasi ini, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Setahun kemudian, giliran nama Indonesische Vereeniging resmi diubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Di tanah air, organisasi politik yang pertama sekali menggunakan nama Indonesia adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Itu terjadi pada tahun 1924. PKI sendiri berdiri tanggal 23 Mei 1920, dengan nama Perserikatan Komunis Hindia. Baru pada bulan Juni l924, melalui sebuah Kongres di Weltevreden, Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia.

Pada tahun 1927, Soekarno bersama Tjipto Mangunkusumo serta kawan-kawannya di Algemene Studieclub mendirikan gerakan politik nasionalis bernama Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Setahun kemudian, Perserikatan Nasional Indonesia berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Soekarno dan PNI punya kontribusi besar dalam mempopulerkan nama Indonesia di kalangan rakyat jelata: petani, buruh, dan kaum melarat lainnya.

Pada tahun 1928, Kongres Pemuda Indonesia ke-2 mengikrarkan ‘satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa: INDONESIA”. Sejak itulah Indonesia sebagai nama dari sebuah negeri yang diperjuangkan makin berterima luas di kalangan kaum pergerakan dan rakyat banyak. Dua tahun sebelumnya, Wage Rudolf Supratman menciptakan lagu berjudul “Indonees, Indonees”, yang kemudian di tahun 1944 diubah menjadi “Indonesia Raya”. Lagu itu diperdengarkan tanpa lirik oleh WR Soepratman di Kongres Pemuda Indonesia ke-2 di gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106, Jakarta, tahun 1928. Sejak itulah cita-cita “Indonesia Raya” bergema di hampir semua pulau-pulau sepanjang Semenanjung Malaya hingga Papua. Tahun 1937, di Malaya (sekarang Malaysia), berdiri organisasi nasional bernama Kesatuan Melayu Muda (KMM). Dalam programnya, KMM menyatakan ingin mempersatukan Malaya ke dalam satu ikatan dengan ‘Indonesia Raya’.

Tetapi Pramoedya Ananta Toer kurang setuju dengan nama Indonesia. Menurutnya, penggunaan nama itu kurang politis dan ahistoris. Kata Pram, Indonesia berarti kepulauan India; belum keluar dari cara kolonialis menamai negeri kita. Pram sendiri mengusulkan dua nama yang dilahirkan oleh sejarah bangsa ini, yaitu Nusantara dan Dipantara. Nusantara muncul semasa dengan Majapahit, yang berarti: kepulauan Antara (dua benua). Sedangkan Dipantara muncul di era Singasari, yang berarti: Benteng Antara (dua benua).

Disarikan dari Berdikari Online.

04 November 2015

Madihin

Madihin (berasal dari kata madah dalam bahasa Arab yang berarti "nasihat", tapi bisa juga berarti "pujian") adalah sebuah genre puisi dari suku Banjar. Madihin ini cuma ada di kalangan etnis Banjar saja. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan dengan perspektif dan khasanah di luar kultur Banjar. Tajuddin Noor Ganie (2006) mendefinisikan Madihin dengan rumusan sebagai berikut: puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan penampilan fisik dan mental tertentu sesuai dengan konsep yang berlaku secara khusus dalam khasanah budaya Banjar.

Bentuk fisik Madihin merupakan pengembangan lebih lanjut dari pantun berkait. Setiap barisnya dibentuk dengan jumlah kata minimal 4 buah. Jumlah baris dalam satu baitnya minimal 4 baris. Pola sajaknya merujuk kepada pola sajak akhir vertikal :
a/a/
a/a 
a/a/b/b 
a/b/a/b. 

Contoh:
Laki bagawi iringi dua rastu 
supaya bagawi kada taganggu 
bulik ka rumah kira-kira pukul satu 
jaga di pintu wan bari sanyum dahulu 

(Suami bekerja, iringi doa restu
supaya bekerja tidak terganggu
pulang ke rumah kira-kira jam satu
jaga di pintu dan beri senyum dahulu)

Amun balajar jangan angin-anginan 
bahanu rancak, bahanu kada mangaruwan 
Buku mambuku pina bahilangan 
bahimad balajar bila handak ulangan 
pikiran kalut awak gagaringan 
bulik ka rumah disariki kuitan 

(kalau belajar jangan angin-anginan
kadang sering, kadang tidak karuan
buku-buku sering kehilangan
rajin belajar jika mau ulangan
pikiran kalut, badan sakit-sakitan
pulang ke rumah, di marahi orang tua)

Semua baris dalam setiap baitnya berstatus isi (tidak ada yang berstatus sampiran sebagaimana halnya dalam pantun Melayu) dan semua baitnya saling berkaitan secara tematis. Madihin dituturkan di depan publik dengan cara dihapalkan (tidak boleh membaca teks) oleh 1 orang, 2 orang, atau 4 orang seniman Madihin. 

Tradisi penuturan Madihin (bahasa Banjar: Bamadihinan) sudah ada sejak masuknya agama Islam ke wilayah Kerajaan Banjar pada tahun 1526. Madihin dituturkan sebagai hiburan rakyat untuk memeriahkan malam hiburan rakyat yang digelar dalam
rangka memperintai hari-hari besar kenegaraan, kedaerahan, keagamaan, kampanye partai politik, khitanan, menghibur tamu agung, menyambut kelahiran anak, pasar malam, penyuluhan, perkawinan, pesta adat, pesta panen, upacara tolak bala, dan upacara adat membayar hajat (kaul, atau nazar). 

Orang yang menekuni profesi sebagai seniman penutur Madihin disebut Pamadihinan, seniman penghibur rakyat yang bekerja mencari nafkah secara mandiri, baik secara perorangan maupun secara berkelompok. Setidak-tidaknya ada 6 kriteria profesional yang harus dipenuhi oleh seorang Pamadihinan, yakni: 

  1. keahlian mengolah kata sesuai dengan tuntutan struktur bentuk fisik Madihin yang sudah dibakukan secara stereotype 
  2. keahlian mengolah tema dan amanat Madihin yang dituturkannya 
  3. keahlian olah vokal ketika menuturkan Madihin secara hapalan (tanpa teks) di depan publik 
  4. keahlian mengolah lagu dan irama ketika menuturkan Madihin 
  5. keahlian mengolah musik penggiring penuturan Madihin (menabuh gendang Madihin), 
  6. keahlian mengatur keserasian penampilan ketika menuturkan Madihin di depan publik. 
Tidak hanya di tempat asalnya, Kalimantan Selatan, Madihin juga menjadi sarana hiburan alternatif yang banyak diminati orang, terutama sekali di pusat-pusat pemukiman etnis Banjar di luar daerah seperti di Tembilahan, Indragiri Hilir, di Kuala Tungkal, Jambi, atau bahkan di luar negeri seperti di Malaysia dan Singapura. Namanya juga tetap Madihin. 

Rupa-rupanya, orang Banjar yang pergi merantau ke luar daerah atau ke luar negeri tidak hanya membawa serta keterampilannya dalam bercocok tanam, bertukang, berniaga, berdakwah, bersilat lidah (berdiplomasi), kuntaw (seni bela diri), tetapi juga membawa serta keterampilannya bamadihinan. Pada zaman dahulu kala, ketika etnis Banjar masih belum begitu akrab dengan sistem pembayaran menggunakan uang, imbalan jasa bagi seorang Pamadihinan diberikan dalam bentuk Pinduduk. Pinduduk terdiri dari sebatang jarum dan segumpal benang, selain itu juga berupa barang-barang hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. 

Madihin tidak hanya disukai oleh para peminat domestik di daerah bersuku Banjar saja, tetapi juga oleh para peminat yang tinggal di berbagai kota besar di tanah air kita. Salah seorang di antaranya adalah Pak Harto, Presiden RI di era Orde Baru ini pernah begitu terkesan dengan pertunjukan Madihin yang penuh humor yang dituturkan oleh pasangan Pamadihinan dari kota
Banjarmasin Jon Tralala dan Hendra. Saking terkesannya, beliau ketika itu berkenan memberikan hadiah berupa ongkos naik haji plus (ONH Plus) kepada Jon Tralala.

Pada zaman dahulu kala, Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena para pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan bantuan kekuatan supranatural yang disebut Pulung. Pulung ini konon diberikan oleh seorang tokoh gaib yang tidak kasat mata yang mereka sapa dengan sebutan hormat Datuk Madihin. Pulung difungsikan sebagai kekuatan supranatural yang dapat memperkuat atau mempertajam kemampuan kreatif seorang Pamadihinan. Berkat tunjangan Pulung inilah seorang Pamadihinan akan dapat mengembangkan bakat alam dan kemampuan intelektualitas kesenimanannya hingga ke tingkat yang paling kreatif. Faktor Pulung inilah yang membuat tidak semua orang Banjar dapat menekuni profesi sebagai Pamadihinan, karena Pulung hanya diberikan oleh Datu Madihin kepada para Pamadihinan yang secara genetika masih mempunyai hubungan darah dengannya. Datuk Madihin yang menjadi sumber asal-usul Pulung diyakini sebagai seorang tokoh mistis yang bersemayam di Alam Banjuran Purwa Sari, yang tidak kasat mata, tempat tinggal para dewa kesenian rakyat dalam konsep tradisonal etnis Banjar purba. Datuk Madihin diyakini sebagai orang pertama yang menjadi cikal bakal keberadaan Madihin di kalangan etnis Banjar. 

Konon, Pulung harus diperbarui setiap tahun sekali, jika tidak, tuah magisnya akan hilang tak berbekas. Proses pembaruan Pulung dilakukan dalam sebuah ritus adat yang disebut Aruh Madihin. Aruh Madihin dilakukan pada setiap bulan Rabiul Awal atau Zulhijah. Dalam ritual tersebut konon Datuk Madihin diundang dengan cara membakar dupa dan memberinya sajen berupa nasi ketan, gula kelapa, 3 biji telur ayam kampung, dan minyak likat baboreh. Jika Datu Madihin berkenan memenuhi undangan, maka Pamadihinan yang mengundangnya akan kesurupan selama beberapa saat. Pada saat kesurupan, Pamadihinan yang bersangkutan akan menuturkan syair-syair Madihin yang diajarkan secara gaib oleh Datuk Madihin yang merasukinya ketika itu. Sebaliknya, jika Pamadihinan yang bersangkutan tidak kunjung kesurupan sampai dupa yang dibakarnya habis semua, maka hal itu merupakan pertanda mandatnya sebagai Pamadihinan telah dicabut oleh Datuk Madihin. Tidak ada pilihan bagi Pamadihinan yang bersangkutan, kecuali mundur teratur secara sukarela dari panggung pertunjukan Madihin.

Kesenian tradisional seni bertutur Madihin di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, terancam punah karena tidak adanya regenerasi baru seni tersebut. Pemain Madihin di Indragiri Hilir, Ahmad Alatas pernah menyatakan kebimbangannya bahwa seni tradisional tersebut bakal punah karena langkanya penutur. Menurut dia, Madihin merupakan seni yang telah menjadi ikon Kabupaten Indragiri Hilir yang dibawa masyarakat Banjar. "Seni Madihin ini juga tidak mendapat perhatian dari pemerintah daerah untuk melestarikannya," ungkap Ahmad.

Ia mengatakan, tidak adanya perhatian dan bantuan dari pemerintah ini membuat mereka kesulitan melakukan pembinaan bagi generasi muda yang tertarik menekuni dan belajar Madihin. "Perhatian pemerintah daerah Inhil terhadap seni Madihin ini tidak ada sama sekali, bahkan kami pernah meminta bantuan pakaian seragam dan gendang tidak dibantu. Padahal kalau sanggar tari, Pemda Inhil sanggup memberangkatkannya sampai ke Perancis," ungkapnya.

Para pemain Madihin yang tersebar di Kecamatan Tembilahan, Tembilahan Hulu, Batang Tuaka dan Kempas selama ini hanya mengandalkan orderan dari peminat seni ini, yang biasanya digelar saat ada hajatan perkawinan, terutama di kalangan masyarakat suku Banjar. Kadang-kadang juga menerima tawaran pementasan saat ada acara pengukuhan paguyuban.

"Selama ini kami menerima tawaran manggung dari masyarakat yang tertarik dengan seni Madihin, seperti pada hajatan perkawinan. Kami pernah manggung sampai ke Batam, Kepulauan Riau, Jambi, Palu (Sulut), bahkan sampai ke Malaysia dan Singapura," sebutnya.

Biasanya ia mempertunjukkan seni Madihin ini bersama rekan wanitanya, Masniah dan juga rekannya Abdurrahman.

Bayaran atas pementasan Madihin, dihitung berdasarkan jauh atau dekatnya tempat pementasan. Kalau masih dalam kota biasanya mereka dibayar Rp 300 sampai 400 ribu untuk sekitar 2-3 jam pementasan. Sedangkan jika keluar kota biaya carterannya Rp2,5 sampai Rp3 juta.

"Biaya yang kita tawarkan tergantung jauh dekatnya tempat manggung, kalau masih didalam kota biasanya Rp300 ribu masih kita terima. Kalau jauh, seperti Kuala Enok, Kecamatan Tanah Merah Rp2 juta, Kuala Tungkal, Jambi Rp3 juta, Tanjung Pinang, Kepri Rp4 juta, ini diluar ongkos keberangkatan dan akomodasi kita," imbuh Ahmad Alatas.

Saat ini kesenian bertutur yang positif ini makin tenggelam di tengah maraknya kultur digital dan ketertarikan generasi muda pada budaya Korea, Jepang dan Barat.


10 Juni 2014

Melacak Jejak Peninggalan Tentara Jepang di Batam

Mengapa kawasan bisnis di Batam disebut Nagoya, tentu menimbulkan rasa penasaran di benak kita. Dari mana nama tersebut berasal? Kenapa namanya sama persis dengan nama sebuah kota besar di negeri Sakura? Siapakah yang memberi nama, karena nama atau istilah nagoya tidak ada sama sekali dalam kosa kata bahasa Melayu.

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Batam bersama pulau Rempang dan Galang merupakan salah satu basis pertahanan pasukan Jepang di Kepulauan Riau dan Singapura. Mereka mendirikan markas darurat dan barak di beberapa kawasan, seperti di Nongsa, Pulau Moi Moi, Tanjung Piayu Laut, Pulau Sambu, Pulau Belakang Padang, termasuk juga di kawasan pulau-pulau di selatan, seperti Pulau Rempang, Pulau Galang, Pulau Galang Baru, dan beberapa pulau kecil di sekitarnya.

Pada masa-masa itu, konon sebagian dari mereka menyusuri daerah perbukitan Batam di tempat yang sekarang menjadi pusat bisnis. Dan salah satu komandan pasukan Jepang itu menamakan daerah perbukitan tersebut Nagoya, sesuai dengan nama daerah asal sang komandan. Siapa persisnya nama komandan tentara Jepang yang memberi nama Nagoya tersebut, hingga sekarang masih belum diketahui. Namun kondisi Nagoya dulu dan sekarang telah banyak mengalami perubahan, beberapa bukit telah dipangkas dan berubah menjadi kompleks pertokoan, dan sebagian lagi menjadi mall.

Minggu lalu saya bersama Okta dan Ojie melakukan perjalanan touring ke sebuah kampung pesisir di Pulau Galang, yang menurut sejarah, merupakan salah satu basis pertahanan Jepang yang kuat. Tujuan kami adalah Kampung Pasir Merah, yang terletak di Sembulang, berjarak sekitar 35 kilometer dari Pulau Batam. Lokasi nya adalah setelah Jembatan ke IV dan sebelum Jembatan ke V.

Di Kampung Pasir Merah inilah kami menemukan apa yang disebut penduduk setempat sebagai Misesebo, yang letaknya tidak jauh dari jalan, dinaungi oleh rimbunnya pohon-pohon mangga. Misesebo adalah sebuah tugu peringatan yang didirikan oleh Rempang Friendship Association, yaitu sebuah organisasi sosial yang dibentuk oleh eks tentara Jepang yang dulunya bertugas di barak-barak darurat di Pulau Galang dan sekitarnya. Menurut plakat yang terdapat pada Tugu Jepang tersebut, tugu itu didirikan pada 23 Agustus 1981. Lebih lanjut, plakat tersebut menjelaskan bahwa sebanyak 112,708 tentara Jepang yang bermarkas di Pulau Rempang dan Galang dipulangkan ke negaranya antara tahun 1945 - 1946. Sebanyak 128 lagi meninggal. "Monumen ini dibangun oleh para kontributor yang namanya tercantum di sini, dengan harapan baik akan persahabatan antara Indonesia dan Jepang dan perdamaian dunia." , demikian lebih lanjut tertulis di plakat.




Pada plakat kedua, di bagian bawah, terdapat 21 foto para kontributor yang dulu setiap tahun mengunjungi Kampung Pasir Merah, sekedar untuk bernostalgia, mengenang masa-masa suram ketika Jepang kalah dalam Perang Dunia ke 2, dan mereka yang tinggal di barak-barak dengan fasilitas dan sanitasi seadanya, menunggu proses pemulangan ke negera mereka.

Tak jauh dari Misesebo, kami menemukan sebuah warung, dan sambil membeli minuman, kami pun bertanya-tanya kepada pemilik warung, seorang mantan guru bernama Bu Rosni. Menurut Bu Rosni, hampir setiap tahun Kampung Pasir Merah didatangi oleh orang-orang Jepang. Mereka datang bersama kerabat-kerabatnya, dan biasanya langsung berkunjung ke rumah Pak Amin Bujur. Rumah Pak Amin Bujur, yang oleh penduduk setempat biasa dipanggil Pak Long ini memang terletak bersebelahan dengan Misesebo. Menurut Bu Rosni, Pak Long banyak memiliki informasi mengenai keberadaan tentara Jepang di Pulau Rempang dan Galang menjelang berakhirnya Perang Dunia ke 2. Ketika kami menyampaikan niat untuk mengunjungi Pak Long, Bu Rosni mengatakan bahwa Pak Long hanya bisa ditemui hari Jumat, karena pada hari lainnya beliau akan ada berada di Batam, dan hanya pulang setiap hari Jumat ke Kampung Pasir Merah.


Karena tidak bisa mengunjungi Pak Long, kamipun bertanya-tanya lebih lanjut pada Bu Rosni. Informasi yang kami dapat adalah bahwa dulu memang ada barak-barak tentara Jepang tak jauh dari pantai, tapi sekarang sudah hancur. Namun petunjuk mengenai keberadaan mereka bisa dilihat dari adanya dua buah sumur, yang sekarang sudah tertutup belukar. Penduduk setempat menamakannya perigi buta. Keadannya sangat tidak terawat, dan nyaris tidak bisa lagi disebut sebagai perigi, namun menurut sejarah, kedua perigi tersebut dibuat oleh tentara Jepang sebagai bagian dari logistik mereka.

Jejak lain yang masih bisa dilihat dari bekas markas tentara Jepang adalah adanya jalan tanah setapak yang lebarnya lebih kurang 3 meter. Jalan itu masih digunakan penduduk hingga kini, sebagian diaspal dan sebagian diberi paving block. Jalan peninggalan Jepang tersebut melintasi beberapa kampung, mulai dari Kampung Camping, Kampung Pasir Merah, Kampung Hulu, Kampung Sungai Raya, Tanjung Banun hingga Kuala Buluh. Posisinya melingkar dan membentang hingga ratusan hektar, mengelilingi hampir seluruh wilayah Sembulang.




Dengan adanya jalan ini, bisa dipastikan bahwa barak mereka dulunya tersebar di beberapa titik. Dan mereka juga membangun dermaga kecil, yang bernama Takara port, yang lokasinya di Sungai Lujin. Dulu ada bangkai dua kapal Jepang di situ, yang sekarang, menurut Bu Rosni, tidak ada lagi sisanya karena dijarah oleh beberapa warga dari pulau lain.

Banyak kisah menarik yang bisa digali lebih lanjut, antara lain misteri di mana tepatnya lokasi kuburan tentara Jepang yang 128 orang itu, yang menurut penduduk setempat meninggal karena luka, penyakit kolera, dan malaria. Mayat-mayat mereka konon tidak dipulangkan ke negaranya. Juga kemungkinan adanya bunker, karena menurut riset, kebanyakan tentara Jepang yang ditempatkan di pulau-pulau mulai dari lautan Pasifik hingga Asia Tenggara, mereka menggali lubang untuk menyimpan ransum dan logistik, juga amunisi. Lubang-lubang ini terkadang cukup besar untuk didiami. Salah satu desas-desus yang beredar di antara warga setempat adalah adanya bunker Jepang di bukit Kandap, yang bentuknya seperti gunung. Bukit ini terlihat jelas pada saat kami berkunjung ke Pulau Labun untuk snorkeling dan menyelam.

Lebih lanjut, jika para eks tentara Jepang tersebut datang ke Kampung Pasir Merah untuk bernostalgia, biasanya mereka mengunjungi tempat-tempat tertentu, seperti Pantai Serangoon, Pantai Niki Sakai, juga Pulau Semukit. Nama-nama tempat yang disebut ini asing bagi kami, dan menimbulkan rasa penasaran. Pada saat ditanya di mana lokasi pantai-pantai tersebut, menurut Bu Rosni tidak jauh dari jalan masuk ke kawasan Sembulang. Menurut Bu Rosni, di Pulau Semokit kita bisa menemukan air terjun. Nah lho.

Jadi kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan melacak jejak peninggalan tentara Jepang. Target berikutnya adalah Pantai Serangoon. Namun sebelum itu, tak jauh dari Misesebo kami menemukan sebuah vihara yang terletak di atas bukit. Ternyata pemandangan dari vihara itu indah sekali, di mana pantai dan laut kelihatan dengan jelas.

Awalnya perjalanan menuju Pantai Serangoon sangatlah mudah, namun makin lama, jalan yang dilalui makin terjal dan berbatu, serta banyak lobang di sana-sini. Melintasi bukit-bukit yang curam, dan sempat kehilangan arah sebentar, kami akhirnya menemukan Pantai Serangoon, yang ternyata sangat indah. Pantai tersebut terletak di bawah bukit, di mana dari bukit tersebut pemandangannya luar biasa, dengan angin semilir yang seketika membuat lelah, lapar, dan dahaga menjadi hilang.



Pantai Serangoon tidak bisa diakses langsung dengan kendaraan roda empat. Untung kami mengendarai dua buah moge yang tahan banting, yaitu Yamaha Vixion 2009 yang telah dimodifikasi, dan Yamaha Byson 2014, dengan ban yang sesuai. Sebelumnya di perjalanan kami menemukan pengendara Kawasaki Ninja yang berbalik arah karena tidak sanggup melewati perbukitan terjal yang berbatu-batu dan sangat licin.




Di lereng bukit arah ke pantai, kami menemukan sebuah pendopo yang dibangun permanen. Kami pun beristirahat di pendopo tersebut, dan makan siang. Setelah makan siang, kantukpun menyerang, ditambah dengan angin semilir yang bertiup dari arah laut. Pemandangannya yang indah memaksa saya untuk tidak menyerah pada kantuk. Lalu sayapun turun menyusuri lereng bukit yang lumayan curam, dan berhasil ke pantai. Saya menyusuri Pantai Serangoon yang panjang dan melingkar, hingga ke kawasan yang berawa-rawa. Saya menemukan beberapa pondok rusak, joran kayu yang patah,  juga kaleng-kaleng berkarat yang kemungkinan besar dulunya adalah ransum eks tentara Jepang. Setelah puas menyusuri pantai, sayapun kembali ke arah pendopo. 

Tadinya kami bermaksud melanjutkan perjalanan untuk mencari lokasi pantai Niki Sakai dan juga Pulau Semokit. Namun berhubung hari sudah sore, kami memutuskan untuk pulang ke Batam. Begitu sampai di kediaman Okta, saya melihat odometer yang tadinya saya reset ke angka nol. Ternyata pada perjalanan ini, kami telah menempuh jarak 118 kilometer. Hmmm., not bad.

Kami akan kembali untuk mencari lokasi Pulau Semukit yang katanya ada air terjunnya, dan juga Pantai Niki Sakai.

Video mengenai touring ini bisa dilihat di sini: http://www.youtube.com/watch?v=UosmOyaVa5U