20 Oktober 2013

DAN BROWN: INFERNO

Photo (C) Ferdy
Setelah Digital Fortress, Deception Point, Angels & Demons, The Da Vinci Code, dan The Lost Symbol, Dan Brown menulis novel berikutnya, Inferno, yang beberapa hari yang lalu diterbitkan oleh Penerbit Mizan, dan bukunya tersedia dalam edisi hardcover maupun paperback.

Inferno didasarkan pada bagian pertama dari The Divine Comedy, sebuah mahakarya yang ditulis oleh Dante Alighieri pada abad ke 14, yaitu kumpulan canto puisi yang terdiri atas 3 bagian, yaitu Inferno (neraka), Purgatorio (tempat penyucian), dan Paradiso (surga). Isinya mengenai perjalanan Dante menelusuri ke tiga tempat tersebut ditemani oleh Virgil. Gambaran Dante tentang neraka, terutama, menjadi acuan bagi generasi berikutnya mengenai siksa-siksa neraka yang digambarkan secara mengerikan, fantastis, dan membuat bulu kuduk merinding. Selama tujuh abad sejak penerbitannya, visi neraka Dante yang terus bertahan telah menginspirasi penghormatan, rujukan, penerjemahan dan variasi oleh berbagai otak kreatif terhebat dalam sejarah, Longfellow, Chaucher, Marx, Milton, opera Wagner, dan lain-lain.

Bagi yang ingin membaca The Divine Comedy bagian pertama yang membahas Inferno, anda bisa membacanya di sini.

Seperti Angels & Demons, The Da Vinci Code dan The Lost Symbol, banyak bagian-bagian dalam Inferno yang mengingatkan saya pada salahsatu buku favorit: "A Short History of Nearly Everything", yaitu ketika Dan Brown, yang dalam hal ini diwakili oleh tokoh utama Robert Langdon, menjelaskan tentang sebuah karya seni, siapa pembuatnya, dan hal-hal yang terjadi pada karya seni tersebut. Robert Langdon, tokoh utama dalam 4 novel terakhir, adalah profesor simbologi dan seni dari Harvard, dan petualangannya telah dituangkan dalam dua film oleh sutradara Ron Howard. Dalam film Angels & Demons dan The Da Vinci Code, Robert Langdon diperankan oleh Tom Hanks.

Inferno dimulai ketika Langdon terjaga di rumah sakit di Florence, Italia, setelah sebuah pembunuhan terhadapnya gagal, dan Dan Brown mengalami amnesia jangka pendek. Dia tidak tahu mengapa dia berada di rumah sakit tersebut, kenapa ada luka di kepalanya, mengapa dia hendak dibunuh, dan mengapa dia selalu mendapatkan mimpi yang berulang mengenai seorang wanita tua yang berada di seberang sungai berair merah darah, dan mengapa ada sebuah tabung bertanda biohazard di saku jaketnya. Dengan bantuan Dr. Sienna Brooks, wanita Inggris pelarian yang juga terdampar di Florence, Langdon menelusuri petunjuk-petunjuk yang ada dan mendapatkan bahwa dunia terancam kiamat karena satu fakta: overpopulation. 

Populasi dunia perlu ribuan tahun--mulai dari awal mula manusia hingga awal 1800an--untuk mencapai 1 milyar penduduk. Lalu secara menakjubkan, hanya perlu waktu satu abad untuk melipatduakan jumlah populasi tersebut menjadi dua milyar pada tahun 1920-an. Setelah itu, hanya perlu limapuluh tahun untuk berlipatdua lagi menjadi empat milyar tahun 1970-an. Tak lama lagi jumlah penduduk dunia akan mencapai 8 milyar. Saat ini setiap tahun penduduk bumi bertambah sekitar seperempat juta orang. Dalam waktu tak sampai 50 tahun ke depan, jumlah yang ada sekarang akan berlipat tiga, sekitar 24 milyar. Ini menurut perhitungan progresi geometris. 

Dengan jumlah penduduk seperti itu, spesies hewan akan punah dengan tingkat percepatan yang drastis, permintaan akan sumber daya alam yang sudah menyusut akan meroket, air bersih akan makin sulit ditemukan, dan bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, akan habis dalam percepatan yang luarbiasa, seiring dengan jumlah manusia pemakainya. Dalam waktu tak lama lagi, segala sumberdaya ini akan punah, pohon-pohon akan semakin sedikit seiring pertumbuhan perumahan dan bangunan untuk manusia. Hewan-hewan liar akan kerap memasuki pemukiman, dan dengan sendirinya mempercepat kepunahan hewan-hewan tersebut. Anak dan cucu kita, akan hidup di dunia yang padat manusia, di mana sumberdaya alam adalah sebuah kemewahan besar. Udara yang kita hirup akan beracun, lebih banyak karbon dioksida daripada oksigen, dan sampah di mana-mana, menjadi racun bagi tanah, laut, dan udara.

Maka visi dalam film-film seperti Elysium, Oblivion, Wall-E, dan lirik dalam lagu The Final Countdown nya Europe, di mana manusia meninggalkan bumi dan membentuk peradaban di planet lain, akan menjadi kenyataan sejarah yang muram.

Machiaveli pernah menulis, bahwa: "ketika semua tempat di dunia penuh sesak oleh penghuni sehingga mereka tak bisa bertahan hidup di tempat mereka berada namun juga tidak bisa pindah ke tempat lain, maka dunia akan membersihkan dirinya sendiri."

Machiavelli berbicara tentang wabah sebagai cara alami dunia untuk membersihkan dirinya sendiri.

Thomas Robert Maltus dalam tulisannya yang berjudul An Essay on the Principle of Population, mengatakan: "kekuatan populasi sangat mengungguli kekuatan bumi untuk menghasilkan penghidupan bagi manusia, sehingga kematian prematur harus mengunjungi umat manusia. Sifat jahat manusia bersifat aktif dan dapat berfungsi untuk mengurangi populasi. Sifat-sifat alami manusia bisa menyebabkan pemusnahan besar, dan seringkali menjadi solusi bagi overpopulasi. Namun, seandainya kejahatan gagal melancarkan perang dan pemusnahan, masih ada musim penyakit, epidemi, wabah yang mampu menyapu puluhan ribu manusia, dan lalu wabah kelaparan besar yang tak terhindarkan akan membuntuti dari belakang, dengan satu pukulan kuat akan menyeimbangkan populasi dengan jumlah makanan dan sumberdaya yang tersedia di dunia."

Dalam novel Inferno, Bertrand Zorbist, ilmuwan yang memiliki kekuasaan luarbiasa, menyewa sebuah organisasi rahasia yang dikenal sebagai Konsorsium, untuk melaksanakan pemusnahan masal manusia, dengan langkah-langkah yang telah direncanakan secara matang. Berdasarkan rasio sumberdaya dan populasi, populasi ideal manusia di bumi untuk setiap orang dapat hidup secara sejahtera adalah 4 milyar. Dan Bertrand Zorbist bermaksud memusnahkan separuh dari populasi manusia sekarang, dengan tujuan untuk menghindari kiamat di masa datang dan menyelamatkan bumi. Walaupun kemudian ia meninggal karena bunuh diri, namun pelaksanaan ide gila tersebut tidak menjadi batal, karena pelaksananya adalah organisasi rahasia Konsorsium, yang keberadaannya juga misterius, namun memiliki koneksi yang kuat dengan beberapa lembaga dan pemerintahan negara-negara besar.

Dan hanya Robert Langdon, dengan bantuan dr. Sienna Brooks yang cerdas lah, yang memegang petunjuk untuk mencegah ide gila Bertrand Zorbist itu terlaksana. Langdon, berpacu dengan waktu dan detik-detik menegangkan, menelusuri jalanan dan bangunan indah di Florence yang penuh mahakarya seni dari jaman Renaissance untuk menemukan petunjuk-petunjuk dan mencegah separuh umat manusia dari kepunahan. (Ferdy - Batam 20102013)

"Tempat tergelap di neraka disediakan bagi mereka yang tetap bersikap netral di saat terjadi krisis moral." (Dan Brown: Inferno)