14 Mei 2008

The Last Supper

reposted
Jika kita bisa kembali ke masa lalu, berada di Austria pada tahun 1907 dan bertemu dengan Adolf Hitler yang masih kecil, maukah kita membunuhnya?

Sekelompok mahasiswa pasca sarjana berpaham liberal setiap minggu mengundang orang untuk berdiskusi sambil makan malam. Pada suatu malam secara tidak sengaja mereka mendapat tamu seorang mantan prajurit yang berhaluan fasis. Diskusi dan perdebatan di meja makan berakhir dengan terbunuhnya mantan prajurit bernama Zack tersebut (Bill Paxton). Belakangan diketahui Zack adalah tersangka penculikan beberapa gadis. Insiden tersebut menimbulkan ide gila pada mereka bahwa mereka bisa mencegah kejadian-kejadian buruk dengan cara membunuh orang yang menyebabkan kejadian-kejadian buruk tersebut. Jude (Cameron Diaz) melontarkan pertanyaan, jika kita bisa kembali ke masa lalu dan punya kesempatan untuk membunuh Adolf Hitler selagi dia masih kecil, apakah kita mau membunuhnya? Kemungkinan untuk merubah sejarah dan untuk membuat dunia lebih baik inilah yang membuat mereka mulai mengundang tokoh-tokoh yang jalan pikirannya dinilai membahayakan. Mulai dari pendeta yang menyatakan bahwa homoseksualitas adalah penyakit dan AIDS merupakan penyembuhnya, tokoh yang antifeminisme, dan tokoh-tokoh lain yang terlalu kiri atau terlalu kanan, satu persatu diundang makan malam, berdiskusi, dan diberi racun arsenik yang dicampurkan dalam minuman anggur dalam botol biru. Kemudian mayat mereka ditanam di halaman belakang, dibuat bedeng dan di atasnya ditanami tomat yang ajaibnya tumbuh dengan sangat subur.

Aksi mereka mula-mula lancar, dalam diskusi-diskusi dengan calon korban di tengah makan malam yang lezat mereka selalu sepakat untuk dengan segera memberikan racun tersebut, kadang-kadang dengan melewatkan desert. Sampai suatu saat mereka mengundang tokoh oposan bermulut besar yang selalu muncul di televisi, Norman Artbuthnot (Ron Perlman), yang tentu saja bersilangan dengan jalan pikiran mereka yang moderat dan liberal. Pada saat berdiskusi dengan Arbuthnot inilah mereka menjadi terpecah dan bertengkar. Luke (Courtney B Vance) menyatakan bahwa Arbuthnot harus mati, sementara Jude dan temannya yang lain menyimpulkan bahwa Arbuthnot hanyalah orang biasa bermulut besar yang ingin ketenaran dan masuk tv.

Film ini diproduksi tahun 1995, sejenis komedi hitam seperti film Very Bad Things (Christian Slater, Cameron Diaz), tapi dengan isi yang lebih berbobot. Diskusi-diskusi di meja makan sangat panas, tegang dan bikin kita betah nonton. Jangan mengharapkan adegan laga di film ini, tapi dialog-dialog yang ada justru yang bikin kita tegang. Tomat-tomat yang tumbuh subur dan ranum di atas mayat-mayat menjadi bumbu yang pedas. "Saya belum pernah merasakan ada tomat seenak ini dimanapun.." demikian komentar Sheriff wanita yang mencicipi tomat tersebut langsung dari pohonnya tanpa menyadari bahwa mayat-mayatlah yang menjadi penyubur tanaman tersebut.

Ironi-ironi juga muncul. Kelompok mahasiswa pasca sarjana yang menjadi sentra di film ini menganggap mereka berpaham moderat dan liberal, bukankah liberal dan moderat juga berarti menghargai pendapat yang berbeda, seekstrim apapun pendapat tersebut.

Saya tidak ingat apakah film ini pernah muncul di bioskop Indonesia beberapa tahun yang lalu. Judulnya mengingatkan kita akan lukisan terkenal Leonardo Da Vinci yang berjudul sama. Film-film bergenre komedi hitam yang mengejek tatanan yang mapan dan penuh dengan adegan atau dialog intropeksi bagus juga ditambahkan pada koleksi. Yang saya ingat antara lain American Beauty, Suicide King, Very Bad Things dan lain-lain.

Main site : www.ferdiansyah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar