Tampilkan postingan dengan label Musik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Musik. Tampilkan semua postingan

12 Agustus 2022

Backmasking


Dalam tulisan tentang kisah absurd yang surealis Radio, saya menceritakan sekilas tentang adanya fenomena backmasking. Yaitu sebuah teknik perekaman suara di mana sebuah pesan tersembunyi direkam ke dalam sebuah lagu dan pesan itu baru bisa terdengar jika lagu tersebut diputar secara terbalik.

Saya menyebutkan lagunya Led Zeppelin, Stairway to Heaven sebagai salah satu lagu yang mengandung backmasking. Lagu tersebut dirilis pada tahun 1971, di mana pada tahun 1970-an orang-orang masih banyak yang menggunakan piringan hitam sebagai media penyimpan dan pemutar lagu. Nah, piringan hitam ini berputar searah jarum jam untuk playback yang normal. Namun kita bisa memutarnya berlawanan arah jarum jam secara manual, dengan demikian lagu yang dimainkan akan terdengar terbalik. Dan ini kalimat yang bisa kita dengar jika kita memainkan lagu Stairway to Heaven secara terbalik:

Pada lirik "If there's a bustle in your hedgerow, don't be alarmed now..."  jika diputar terbalik akan terdengar referensi tentang setan, yang berbunyi kira-kira:



Sebenarnya masih banyak lagi lagu-lagu yang mengandung backmasking. Justru pelopornya adalah band legendaris paling populer di dunia, The Beatles. John Lennon menyelipkan sebuah pesan tersembunyi dalam lagu Rain di album Revolver yang dirilis tahun 1966. Pesan yang terselip adalah dalam kalimat “...when the rain comes, they run and hide their heads.”

Eminem, rapper kulit putih itu juga menggunakan backmasking di lagunya yang berjudul My Name Is yang dirilis tahun 1999. "Why? / My Name is / What? / My Name is / Who? / My Name is," adalah penggalan lirik yang diputar secara normal. Ternyata ketika diputar secara mundur, kata-kata tersebut berubah yang semula pertanyaan menjadi sebuah jawaban. "It is Slim / It's Eminem/ It's Eminem/ It's Eminem."

Tentu hampir semua orang kenal dengan band The Eagles. Mereka adalah pelantun tembang hits berjudul Hotel California, band asal Los Angeles, California. Lagu yang dirilis pada tahun 1977 ini pernah merajai puncak di chart Billboard Hot 100. Liriknya berkisah seputar perjalanan surealis dari para pelancong ke sebuah hotel mewah. Para pelancong ini digambarkan sangat menikmati tempat yang diinapinya dengan menggambarkan kata 'lovely place' dan 'lovely face'. Namun semua kenyamanan berubah ketika mereka tak diperbolehkan untuk keluar dari tempat yang nyaman ini. Ketika dimainkan secara reverse lewat pemutar piringan hitam ternyata lagu ini adalah salah satu karya yang mempunyai pesan rahasia, berbunyi sebagai berikut: "Yeah satan had us. How he organized his own religion. Eh, would he know she should? Oh man, it was delicious!" dan "Yeah satan hear this! He had me believe in him."

Band asal Inggris, Pink Floyd juga menyelipkan backmasking dalam lagunya yang berjudul Empty Space yang dirilis tahun 1979. David Gilmore dan rekan seband di Pink Floyd menyelipkan pesan ringan sebagai berikut: "Congratulations. You have just discovered the secret message. Please send your answer to Old Pink, care of the Funny Farm, Chalfont... Roger! Carolyne's on the phone! Okay,"

Jadi mengapa para musisi tersebut menggunakan backmasking, dan apa tujuannya?

Metode ini sangat populer di kalangan artis Amerika untuk memberikan suatu pesan secara tidak langsung dalam lagunya. Unsur pembentukan kata secara mundur ini dapat didukung dari lirik yang telah ada ataupun dari musik lagu tersebut. Kata-kata yang terbentuk ini tidak selalu jelas, beberapa terdengar berbisik, sangat pelan, sedikit ribut sehingga perlu mendengarkannya beberapa kali dengan seksama. Namun, tidak sedikit pula yang terdengar sangat jelas sehingga dengan mendengarnya seperti biasa sudah bisa ditangkap. 

Dengan tercetusnya konsep backmasking pada lagu band terkenal ini, tidak sedikit band-band terkenal berikutnya menggunakan metode ini untuk berbagai tujuan. Backmaskingpun menjamur di dunia musik Amerika. Seringkali, metode ini digunakan untuk menyembunyikan pesan yang tidak baik di kalangan musik rock, seringkali untuk mempromosikan satanisme, dan menyebutkan kata-kata kotor. Seperti beberapa lagu yang dibawakan oleh Styx, Queen, Judas Priest, Pink Floyd, Slayer, dan masih banyak lagi. Karena banyaknya penyanyi yang menyelipkan pesannya dengan cara ini, banyak dari penyiar-penyiar radio Amerika pada saat itu yang mecoba-mencoba untuk memutar lagu secara terbalik dan tidak jarang dari lagu-lagi tersebut memang mengandung pesan terselubung. Dengan perkembangan teknologi yang kian maju, keberadaan pesan terbalik ini menjadi sulit untuk diidentifikasi. Pemutaran terbalik kebanyakan menggunakan sumber suara dari perekaman magnetic sound tape dan piringan hitam yang merupakan teknologi yang tidak digunakan lagi pada jaman sekarang. Perekaman di CD membuat hal ini menjadi sulit untuk dilakukan. Hal ini jugalah yang menyebabkan pesan terbalik tidak terdeteksi. Namun, hal ini tidak berarti backmasking juga berhenti dilakukan oleh si pembuat.

Band masa kini, sejauh yang saya tahu yang menggunakan metode ini adalah Linkin Park dan Avril Lavigne. Pasti masih banyak lagi atau bahkan bertambah banyak penggunaan metode ini dalam berbagai jenis genre musik, band apapun dengan tujuan yang berlainan pula.

Ferdot 12082022.


Artikel Terkait : Radio | Radio 2 | Atheis | Traveling Adalah Hak Segala Bangsa | Boya 


10 Januari 2017

Turntables

1. Maginon Turntable - IDR 2,200,000.-
Spesifikasi:
  • Memutar segala jenis piringan hitam/vinyl ukuran 7" maupun 12"
  • Memiliki pilihan kecepatan: 33 1/3, 45 dan 78.
  • Ada radio FM dan cassette tape
  • USB dan memory card
  • Audio out ke headphone
  • Audio out ke speaker active/amplifier
  • Built in speaker
  • Bisa convert vinyl ke mp3
  • Garansi 6 bulan









2. Portable Suitcase Turntable - IDR 1,900,000.
Spesifikasi:
  • Memutar segala jenis piringan hitam/vinyl ukuran 7" maupun 12"
  • Memiliki pilihan kecepatan: 33 1/3, 45 dan 78.
  • Audio out ke headphone
  • Audio out ke speaker active/amplifier
  • Built in speaker
  • Bisa convert vinyl ke mp3
  • Garansi 6 bulan
  • 4 pilihan warna: merah, hijau, pink dan hitam
  • Rechargable battery
  • Bisa dibawa ke mana saja, portable






3. Maginon Elegance Turntable - IDR 2,300,000.-
Spesifikasi:
  • Memutar segala jenis piringan hitam/vinyl ukuran 7" maupun 12"
  • Memiliki pilihan kecepatan: 33 1/3, 45 dan 78.
  • Audio out ke headphone
  • Audio out ke speaker active/amplifier
  • Built in speaker
  • Bisa convert vinyl ke mp3
  • Garansi 6 bulan
  • Elegance cocok untuk ruang tamu.




4. Boytone Vintage Turntable - IDR 5,200,000 (USA)
Spesifikasi:
  • Memutar segala jenis piringan hitam/vinyl ukuran 7" maupun 12"
  • Memiliki pilihan kecepatan: 33 1/3, 45 dan 78.
  • Ada radio FM dan cassette tape
  • USB dan memory card
  • Audio out ke headphone
  • Audio out ke speaker active/amplifier
  • Built in speaker
  • Bisa convert vinyl ke mp3
  • Garansi 6 bulan
  • Bahan kayu solid dengan vintage style







5. Generic Turntable - IDR 1,500,000.
Spesifikasi
  • Memutar segala jenis piringan hitam/vinyl ukuran 7" maupun 12"
  • Memiliki pilihan kecepatan: 33 1/3, 45 dan 78.
  • Audio out ke headphone
  • Audio out ke speaker active/amplifier
  • Built in speaker
  • Bisa convert vinyl ke mp3
  • Garansi 6 bulan






Untuk pemasanan hubungi Ferdy di whatsapp +62 813 71 88 999 6.






23 Desember 2016

Tielman Brothers - Band Rock n Roll Internasional Dari Indonesia


Tidak banyak yang tahu, bahwa ada group band rock n roll yang mendunia dan berasal dari Indonesia. Namanya The Tielman Brothers. Nama The Tielman Brothers lebih dikenal di Eropa, terutama Belanda. Di Indonesia sendiri nama The Tielman Brothers masih menjadi nama yang asing, meski dikenal hanya oleh para kolektor musik, sebuah kenyataan yang sangat disayangkan.

Aksi panggung mereka dikenal selalu atraktif dan menghibur. Mereka tampil sambil melompat-lompat, berguling-guling, serta menampilkan permainan gitar, bass, dan drum yang menawan. Andy Tielman, sang frontman, bahkan dipercaya telah memopulerkan atraksi bermain gitar dengan gigi, di belakang kepala atau di belakang badan jauh sebelum Jimi Hendrix, Jimmy Page atau Ritchie Blackmore.

Coba deh simak aksi panggung mereka di sini:



Andy Tielman dan seluruh keluarga asalnya dari Timor. Waktu mereka masih kecil nama band mereka The Timor Tielman Brothers. Perjalanan musik The Tielman Brothers dimulai di Surabaya pada tahun 1945, di mana empat kakak beradik laki-laki dan seorang adik perempuannya, Jane, sering tampil membawakan lagu-lagu dan tarian daerah. Mereka adalah anak dari Herman Tielman asal Kupang dan Flora Lorine Hess. Musik mereka beraliran rock and roll, namun orang-orang di Belanda biasa menyebut musik mereka Indorock, sebuah perpaduan antara musik Indonesia dan Barat, dan memiliki akar pada musik keroncong. 

The Tielman Brothers merupakan band Belanda-Indonesia pertama yang berhasil masuk internasional pada 1950-an. Mereka adalah salah satu perintis rock and roll di Belanda. Band ini cukup terkenal di Eropa, jauh sebelum The Beatles dan The Rolling Stones. Berawal dari ketertarikan Ponthon untuk memainkan contrabass yang diikuti saudara-saudaranya yang lain. Reggy mempelajari banjo, Loulou mempelajari drum, dan Andy mempelajari gitar. Penampilan pertama mereka pada acara pesta di rumahnya membuat teman-teman ayahnya kagum dengan membawakan lagu-lagu sulit seperti Tiger Rag dan 12th Street Rag. Sejak saat itu mereka sering tampil di acara-acara pribadi di Surabaya. Tawaran tampil pun berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia. Sampai pada akhirnya pada tahun 1957 mereka sekeluarga memutuskan untuk hijrah ke Belanda.

The Tielman Brothers pernah tampil di Istana Negara Jakarta dihadapan Presiden Soekarno. Karier rekaman mereka dimulai ketika keluarga Tielman pada tahun 1957 hijrah dan menetap di Breda, Belanda.

Berikut susunan personilnya:
  • Andy Tielman - vokal, gitar
  • Reggy Tielman - gitar, banjo, vokal
  • Ponthon Tielman - contrabass, gitar, vokal
  • Loulou (Herman Lawrence) Tielman - drum, vokal
  • Jane (Janette Loraine) Tielman - vokal
  • Fauzi (Firdaus Fauzi) Tielman - organ


21 September 2016

10 Alasan Saya Menyukai Piringan Hitam

Di saat orang lain senang mendengar musik digital berformat CD audio maupun mp3, kenapa saya beralih ke sistem audio jadul berbentuk piringan hitam, atau disebut juga vinyl, atau flat, atau record? Bahkan, juga penjualan CD yang kualitas dan efektifitasnya “lebih baik” saja sudah sangat menurun. CD atau Mp3 juga lebih memuat banyak lagu, lebih gampang dibawa kemana-kemana ketimbang vinyl yang ribet. Tapi kenapa saya toh kembali ke sistem audio jadul yang telah lama ditinggalkan orang? Musik digital gampang didapat, bisa gratis mendownload di internet, kenapa saya harus bersusah payah memakai turntable dan piringan hitam/vinyl? Inilah 10 alasannya. 



  • 1. Suaranya Lebih Alami
Percaya atau tidak, piringan hitam memberikan kualitas suara yang lebih ‘real’ dan alami. Karena proses rekamannya yang dilakukan secara analog. Media musik yang direkam secara analog akan terdengar lebih alami karena telinga kita bekerja secara analog juga. Berbeda dengan CD yang tidak merekam gelombang suara. CD hanya merekam data digital berupa angka binary; 0 dan 1. Angka-angka ini akan merepresentasikan frekuensi, tetapi bukan merupakan frekuensi yang sebenarnya. Sama halnya seperti kamu bermain permainan bongkar pasang semacam Lego. Kamu bisa membuat bentuk yang menyerupai apa saja, tetapi tidak akan pernah bisa mirip banget dengan aslinya. Vinyl memang tidak lebih jernih dari CD, tapi suaranya terasa lebih natural. Saya seorang audiophile yang merasa nyaman mendengarkan musik analog yang alami, 

Image result for natural analog wave vinyl
Perbandingan gelombang suara original, analog, dan digital

  • 2. Nostalgia
Piringan hitam atau vinyl mewakili masa lalu. Dan sudah menjadi takdir bahwa manusia selalu merindukan masa lalu. Ingin kembali ke saat-saat indah ketika kita masih kecil, kenangan sekilas masa lalu, dan sebagainya. Dengan kualitas suara vinyl yang terkesan jadul, turntable yang memutar vinyl seolah-olah menjelma menjadi mesin waktu yang membawa kita ke masa lalu. Jadi menikmati musiknya lebih dihayati dan berkualitas banget. Karena selain kuping dimanjakan dengan suara yang penuh karakter, pikiran dan perasaan juga. Anda akan mengerti jika Anda mendengarkan langsung suara piringan hitam.
  • 3. Koleksi
Setiap orang mengkoleksi sesuatu sebagai hobby, ada yang mengkoleksi perangko, ada yang mengkoleksi pokemon, dan lain-lain. Setiap barang koleksi, terutama yang jadul pasti punya nilai ekonomis yang tinggi. Meskipun rekaman-rekaman musik terbaru juga masih dirilis dalam bentuk piringan hitam, rekaman jaman dulu lah yang paling diburu orang karena langka. 
  • 4. Nilai Seni
Selain kualitas suaranya, desain jacket (cover) dari rekaman vinyl juga sangat unik. Karena itulah tak jarang orang membeli vinyl hanya karena bentuk desain covernya yang keren. Amat sangat cocok untuk dekorasi ruangan di cafe, atau di rumah. Tak cuma covernya, kadang vinyl yang rusak pun masih dibeli orang untuk dipakai hiasan. Selain ituw, vinyl memiliki nilai estetika yang tinggi dibandingkan CD player yang digital namun tidak berkarakter. Oh iya, sekarang piringan hitam juga tidak melulu berwarna hitam, bisa saja warnanya putih, biru, warna-warni, bahkan transparan. Makin cantik kan?

Image result for colorful vinyl records

  • 5. Berpengaruh ke Otak
Konon katanya vibrasi dari rekaman vinyl sangat cocok dengan gelombang di otak. Hal ini terjadi karena Vinyl direkam secara analog yang kebetulan cocok pula dengan fungsi kerja tubuh kita seperti telinga dan otak yang analog juga. Persamaan gelombang ini menimbulkan rasa nyaman tersendiri yang hanya bisa dirasakan oleh pendengar Vinyl. Kalau mau membuktikan, coba deh dengerin lagu lewat piringan hitam beneran.

Image result for brain wave

  • 6. Mendukung Hak Cipta
Dengan adanya internet, dunia musik memang terkena imbasnya. Penjualan CD sangat menurun. Banyak artis yang merugi karena karyanya tidak lagi dibeli orang padahal mereka harus mengeluarkan uang untuk rekaman, latihan, produksi, dan lain-lain. Banyak toko musik CD yang tutup karena orang tidak lagi membeli musik, tapi mendownloadnya dengan gratis di internet, baik dalam bentuk video maupun mp3. Sekarang artis-artis dan musisi, terutama di Indonesia, jualan CD hasil karya cipta mereka lewat KFC, SPBU, dan minimarket, bahkan sering digabung menjadi paket makanan, kasihan ya, padahal karya cipta itu membutuhkan bakat, kerja keras dan kejeniusan tersendiri. Beberapa waktu belakangan ini ada sebuah gerakan yang mengajak orang untuk “kembali ke toko rekaman”. Intinya mengajak anak-anak muda untuk membeli karya musisi berupa CD, kaset, atau vinyl. Dan mudah ditebak, vinyl lah primadonanya. Membeli musik di toko rekaman baik offline maupun online dan mendengarkannya di rumah membuat kita merasakan sesuatu yang bernilai, sekaligus menghargai hak cipta dan kekayaan intelektual.

  • 7. Bisa Diputar Terbalik
Secara manual, vinyl bisa diputar terbalik, sehingga kita bisa mendengarkan piringan hitam yang direkam secara backmasking. Backmasking adalah fenomena di tahun 1970-an di mana group-group papan atas menyelipkan pesan-pesan dalam bentuk lagu atau kata-kata jika audionya diputar secara backward, terkadang kita bisa mendengar hal-hal yang unik bahkan seram, dan bahkan bikin merinding.

  • 8. Makin Gampang Dicari
Berbeda dengan beberapa waktu yang lalu, dengan adanya toko-toko online, piringan hitam collectible yang jadul-jadul makin gampang dicari. Buka saja Tokopedia, Bukalapak, OLX dan sebagainya, Anda akan menemukan ada saja yang menjual piringan hitam. Tentu saja, makin legendaris artis atau group band nya, akan makin mahal harganya. Tapi biayanya tetap lebih murah daripada biaya merokok. 

  • 9. Speed Control dan Pitch Control
Selain bisa diputar terbalik, pemutar piringan hitam (turntable) bisa diatur kecepatannya; bisa 16 2/3 rpm (round per minute), 33 1/3 rpm, 45 rpm dan 78 rpm. Piringan hitam bisa diputar di kedua sisinya, dan memiliki ukuran diameter yang variatif, misalnya 7", 10" dan 12". Selain itu turntable juga memiliki pitch control untuk mengatur tempo dalam hitungan BPM (beat per minute).

  • 10. Turntable Bisa Disambung ke Speaker Aktif
Image result for new turntable

Sekarang sudah diproduksi turntable-turntable baru yang portable berbentuk koper, sehingga bisa dibawa ke mana-mana. Juga konektifitasnya semakin baik karena bisa langsung disambung dengan speaker aktif tanpa harus ribet memakai amplifier dan sound system. 

Nah, tertarik untuk juga mengkoleksi piringan hitam? Coba dengar dulu suaranya secara langsung, dan putuskan. 




22 Mei 2012

Devdan: Treasure of the Archipelago

Perlu 3 kali menonton bagi saya untuk dapat menangkap nilai-nilai artistik, olah gerak dan detil-detil plot Devdan dengan lebih maksimal. Tiga kali mendapat undangan dari pihak Bali Nusa Dua Theater (terimakasih buat Ibu Ramelia dan Pak Indra dari Devdan), saya memutuskan untuk menuliskan kesan saya, yang seharusnya saya lakukan berbulan-bulan yang lalu.

Devdan (dari bahasa Sansekerta yang artinya pemberian atau anugrah), bercerita tentang anugrah Tuhan kepada Indonesia, melalui kacamata dua orang bocah yang terpisah dari rombongan saat mengikuti tur ke Monkey Forrest. Monkey Forrest adalah kawasan wisata di daerah Ubud yang elegan.

Pertunjukan dimulai tepat pukul 19 wita, pada hari Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu. Kisahnya dimulai dengan dua bocah yang mengikuti tur dan mulai bosan dengan aktifitas yang ada. Mereka menjelajahi sendiri Monkey Forrest dan di atas sebuah bukit, menemukan peti harta karun. Dari sinilah perjalanan artistik yang indah, luarbiasa, dan spektakular dimulai.

Dari dalam peti harta karun, sang anak lelaki menemukan udeng (penutup kepala tradisional Bali) dan secara ajaib mereka berpindah ke sebuah suasana kehidupan sosial Bali, di mana para petani sedang memanen, para remaja putri nya menari, ibu-ibu membawa sesembahan yang indah, dan seorang pendeta Hindu sedang berdoa untuk Bali. Kemudian tari-tarian  menampilkan suasana festival layang-layang, yang biasa dilaksanakan setelah panen. Lalu sesi Bali ini ditutup dengan pertunjukan kecak, dengan special effect yang canggih, di mana pusat panggung tiba-tiba berputar, lalu api muncul di sekeliling mereka, bahkan air kolam di depan panggung menggelegak hingga terbakar. Fantastis.

Dari Bali, penonton kemudian diajak mengikuti perjalanan ke Jawa, dengan tari-tarian yang lembut, pertunjukan sejenis debus, diikuti dengan parade perang yang menampilkan prajurit-prajurit Jawa dan kemunculan Nyi Roro Kidul yang tingginya yang tingginya lebih dari dua meter. Ada hal yang unik di sini, ketika beberapa pasang penari menghilang ke balik kelir dan berubah menjadi karakter wayang. Empat penari tersebut kemudian lenyap dari panggung, bahkan pada saat panggung wayang tempat di mana para penari tersebut menghilang berputar sehingga bagian belakangnya terlihat oleh penonton, ke empat penari tersebut tidak kelihatan lagi. Saya jadi teringat pada pertunjukan David Copperfield. Sewaktu saya tanya pada pak Indra ke mana keempat gadis tersebut menghilang, secara diplomatis dia menjawab bahwa itu adalah rahasia perusahaan. 

Berikutnya penonton diajak ke pulau Sumatera. Di sini dipertunjukan tarian Saman Aceh yang luarbiasa indah dan memukau serta membuat bulu kuduk merinding. Penonton juga terpukau pada saat panggung menampilkan special effect dan sound effect ketika sebuah negeri di Sumatera dilanda kemarau dan kebakaran hutan, lalu tiba-tiba turunlah hujan dari langit-langit panggung, dan suasana yang tadinya panas, kerontang dan merah membara, tiba-tiba menjadi sejuk dan menyegarkan. 

Tari-tarian yang muncul adalah tari piring, tari pintal tenun, tari bendera naga dari sumatera selatan dengan atraksi salto dan akrobat di udara. Yang membuat saya menahan napas adalah penampilan seorang laki-laki yang menggantung di ketinggian 10 meter dan menari dengan hanya menggunakan kain sutra yang digantung dari atas panggung. Saya jadi teringat pertunjukan Cirque Du Soleil yang pernah saya tonton di TV.

Lalu ada selipan modern dance, dan juga selipan yang menggelitik dan penuh humor di mana tiga orang pemburu berusaha menangkap seekor monyet, diikuti dengan Monkey Dance yang enerjik dan membuat kita ingin ikut berjingkrak bersama monyet-monyet itu.
Penonton kemudian diajak mengunjungi Kalimantan, di mana sepasang orang Bunian mempertunjukan tarian memukau yang merupakan campuran balet dan akrobatik. Kedua penari tersebut berputar-putar di atas penonton dengan gerak-gerik yang indah dan terkoordinasi. 
Pada saat kedua bocah yang menjadi benang merah dalam menampilkan narasi pertunjukan menemukan sebuah koteka dari dalam peti harta karun, penonton lalu diajak melihat kehidupan sederhana dari Papua, di mana ada tari-tarian yang menggambarkan perburuan menggunakan tombak, lalu tari-tarian menggunakan api yang membuat kita terpesona. 
Lalu pertunjukan ditutup pada saat kedua bocah tadi mengambil kesimpulan, bahwa harta karun Indonesia itu bukan hanya terletak pada kekayaan alam dan barang tambangnya, tapi justru pada keanekaragaman dan perbedaan budayanya. Lalu penonton pun, yang sebagian besar bule dan dari negara-negara lain, berdiri memberikan standing ovation pada saat semua kru Devdan berkumpul di panggung untuk menyampaikan salam perpisahan.
Secara keseluruhan, Devdan adalah pertunjukan memukau yang dikelola secara profesional, melibatkan skill akrobatik, tari-tarian dengan presisi tinggi, timing yang luar biasa, ditambah dengan teknologi canggih yang diterapkan pada panggung, special effect, sound effect dan lighting. 

Devdan mengkombinasikan tari-tarian modern dan kontemporer dengan pertunjukan akrobatik yang terinspirasi dari keindahan tarian tradisional Indonesia. Dalam hal ini, misi Devdan adalah untuk memberikan pendidikan dan pengenalan budaya Indonesia ke penonton Internasional, juga untuk menjaga dan menghidupkan kelangsungan seni dan budaya Indonesia.
Dalam pertunjukan yang hanya ada satu-satunya di Indonesia ini, kita akan menjelajahi dan melihat kembali keindahan seni Indonesia; selain Bali, kita menyaksikan keindahan budaya Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Papua. Untuk alasan inilah kenapa Devdan dipertunjukan di Bali, karena Bali adalah kawasan dan gerbang Internasional.

Pertunjukan berdurasi satu setengah jam ini merupakan hal yang wajib ditonton jika Anda ke Bali. Anda tidak akan bosan menontonnya, karena penampilan penari nya yang energik dan menyenangkan. Tanpa kita sadari, penampilan yang energik dari para penari Devdan mempengaruhi mood kita, dan kitapun serasa ingin jadi bagian dari Devdan, ikut berjingkrak-jingkrak menarikan tari pendet, tari saman, tari tenun, tari hujan, tari berburu dan lain-lain.

(Originally posted on www.ferdot.com)
Artikel terkait: Oedipus | Menunggu Godot | Hypnerotomachia Poliphili

02 Desember 2009

Twilight Saga: New Moon


Seorang sahabat lama pernah meminta saya menulis review tentang film Twilight (2008). Saya menonton filmnya dan memutuskan untuk tidak menuliskan reviewnya, karena komen saya akan lebih banyak negatifnya daripada nilai plusnya. Twilight adalah salah satu film yang tidak saya rekomendasikan ke siapapun.

Sekuelnya, Twilight Saga: New Moon, ternyata sedikit lebih baik. Nilai plus bisa ditambahkan ke efek CGI dan tata artistik. Penyutradaraannya pun sedikit lebih baik, mungkin karena sutradara film pertama sudah diganti. Selain dari ketiga hal itu, film ini sama buruknya dengan prekuelnya. Akting pemeran utamanya, Kristen Stewart dan Robert Pattinson sangat pas-pasan. Sama sekali tidak ada chemistry di situ seperti yang orang-orang bilang. Karakter Bella Swan menghabiskan sebagian besar durasi film dengan merenung, melamun dan mengigau. Keduanya sangat jarang bertatapan mata. Akting Robert Pattinson sangat aneh, mirip dengan akting awalnya Hayden Christiansen dalam Star Wars Episode II: Attack of the Clone. Dari segi akting, keduanya tidak memperoleh kemajuan sejak film pertama. Padahal Kristen Stewart sudah berakting sejak kecil, ingat film Panic Room di mana dia bermain dengan Jodie Foster. Bahkan akting Taylor Lautner yang berperan sebagai Jacob (Jake) Black, lebih lumayan dari kedua pemeran utama.

Justru yang aktingnya memikat adalah Dakota Fanning, walaupun kehadirannya cuma sekian menit, tapi penampilannya meninggalkan kesan. Dakota Fanning lebih muda daripada yang lainnya, tapi memang dari segi pengalaman akting, dia lebih senior daripada Kristen Stewart dan Robert Pattinson.

Seperti yang saya bilang tadi, tidak ada chemistry antara Robert Pattinson dan Kristen Stewart. Bella Swan hampir tidak pernah memandang mata Edward Cullen. Passion antara keduanya juga tidak bisa ditangkap. Coba lihat Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet dalam Titanic, Richard Gere dan Julia Roberts dalam Pretty Woman, John Cussack dan Kate Beckinsale dalam Serendipity, Brad Pitt dan Angelina Jolie dalam Mr. & Mrs. Smith.

Membuat film romans dengan latarbelakang dunia vampir memang tidak gampang. Tapi contoh film vampir yang gemilang bisa dilihat pada Interview With The Vampire (1994). Di film ini, berkumpulah cowok-cowok ganteng Hollywood era 90-an, yaitu Tom Cruise, Brad Pitt, Antonio Banderas, dan Christian Slater. Walaupun aktor-aktor ganteng tersebut dikumpulkan dalam satu film, bukan berarti film ini hanya menjual tampang. Film yang diarahkan oleh Neil Jordan ini mendapat nominasi Oscar untuk tata artistik dan musik latar. Brad Pitt, Tom Cruise dan Neil Jordan mendapat nominasi Saturn Award. Dalam anugerah BAFTA Award, film ini juga memenangkan kategori di bidang sinematografi dan disain produksi.

Kemungkinan, award yang akan diraih film ini adalah semacam popcorn award yang biasanya diadakan oleh MTV. Fim Twilight sendiri memperoleh popcorn award untuk kategori best kiss.
New Moon juga memiliki banyak masalah lain. Plotnya banyak berlubang. Banyak plot yang ada di buku dibuang begitu saja, padahal banyak mengandung adegan penting. Memang tidak mudah menerjemahkan sebuah novel menjadi bahasa gambar, tapi paling tidak jangan sampai membuat dialog-dialog menjadi hambar dan aneh. Franchise Harry Potter berhasil menerjemahkan novel-novelnya ke dalam bahasa gambar tanpa kehilangan plot yang berarti. Film-film Harry Potter memang ditangani sutradara-sutradara yang lebih serius. Daniel Radcliffe dan kawan-kawan beruntung mendapat arahan sutradara-sutradara kelas atas seperti Chris Columbus, Alfonso Cuaron, dan Mike Newell.

Jadi apa yang membuat film ini masuk daftar box office? Padahal ratingnya saja tidak mencapai 5 bintang di situs IMDB. Saya menganalogikannya dengan fenomena boyband-boyband di tahun 90-an. Di era itu banyak band-band vocal bermunculan dengan kualitas musik sangat pas-pasan. Mereka tidak mengaransemen musik sendiri, boro-boro menciptakan lagu. Bahkan mereka tidak memainkan alat musik. Hanya mengangguk-anggukkan kepala dan lip sync. Berbeda dengan band-band jenius seperti Queen, The Beatles, Oasis, Nirvana, The Cranberries, U2 dan The Corrs. Lagu-lagu yang dibawakan kebanyakan hasil daur ulang lagu-lagu pop lama dari ABBA, Bee Gees, Diana Ross. Tapi kenapa boyband-boyband ini bisa meledak? Lihat Five, Backstreet Boys, Westlife, Boyzone, Caught in the Act, Blue? Karena kemasannya. Produser mengemas musik mereka dalam 1 paket berisi gerombolan cowok ganteng yang walaupun kualitas musiknya tidak seberapa, namun penampilan mereka bisa membuat cewek-cewek histeris.

Jeritan-jeritan histeris inilah yang saya dengar di gedung bioskop setiap kali Robert Pattinson muncul. Penampilannya memang dibuat menggetarkan jantung, kulit pucat, bibir merah delima, tatapan mata dingin dan misterius, wajah rupawan bagai patung dewa-dewa Romawi yang dipahat Michaelangelo. Demikianlah, siapa sih cewek, berapapun usianya, yang tidak kepengen lehernya digigit vampir semacam Edward Cullen?

Read more at http://ferdykicking.blogspot.com

18 November 2009

This Is It

Menonton This Is It, benar-benar menggugah ingatan akan sosok Michael sebenarnya. Film ini adalah dokumentasi atas persiapan konser yang sangat rapi dan integral dari seorang yang sangat jenius. Saya tumbuh di era Michael. Dimulai dari video clip Thriller yang ngetop pada saat saya masih SD, hingga jaman kulitnya yang tadinya hitam berubah putih. Menonton film ini, saya terkesima. Hampir tidak bisa percaya, sosok di film ini lah yang selama ini selalu diganggu oleh pers dan diperlakukan laksana setan. Dia tidak kelihatan aneh, sakit, maupun sebagai maniak phaedophil. Jikapun demikian, dia menutupinya dengan baik.

Film ini menunjukkan kepada kita apa yang kita lewatkan jika konsernya benar-benar terjadi. Konser di London yang tiketnya sudah sold-out jauh-jauh hari mestinya akan sangat luar biasa. Dia terlihat santai, bahagia dan bugar di atas panggung, seolah-olah panggung melebur bersamanya. Betapa jeniusnya Michael, seorang perfeksionis hingga ke detil-detil terkecil--film ini berhasil menangkap hal-hal tersebut dengan baik.

Yang membuat saya senang adalah film ini tidak terfokus pada soal kematian dan tragedi yang terjadi pada Michael, tapi melulu pada persiapan konsernya, musiknya, originalitasnya, dan merupakan semacam tribute bagi salah satu musisi terbesar yang dimiliki dunia di jaman kita ini.

Dunia memiliki banyak jenius di bidang masing-masing. Orang-orang yang tiada duanya, yang selalu meningalkan jejak sejarah. Suatu saat kita akan kehilangan Rowan Atkinson, si Mr. Bean, jenius di bidang komedi dan seni peran, Jacky Chan, jenius di bidang martial art, drama dan stunt. Dan masih banyak lagi. Ketika orang-orang seperti itu meninggal, dunia akan tersentak. Satu lagi aset dunia telah hilang.
Rest in peace, Michael.

15 Mei 2008

The Death of Wong Cilik (Jika BBM Naik)

...galang rambu anarki ingatlah
tangisan pertamamu ditandai
bbm membumbung tinggi

maafkan kedua orangtuamu
kalau tak mampu beli susu
bbm naik tinggi
susu tak terbeli
orang pintar tarik subsidi
mungkin bayi kurang gizi..."

(Iwan Fals, Galang Rambu Anarki, Album Opini, 1982)

Diberitakan bahwa Polri akan menindak tegas para provokator yang ada di balik demo-demo menentang kenaikan BBM. Ini ancaman yang absurd, karena dalam konteks kenaikan BBM, tidak perlu provokator untuk melakukan demonstrasi. Justru dengan rencana penguasa negara menaikkan BBM, penguasa negara memprovokasi masyarakatnya secara langsung. Dengan demikian, SBY and the crew lah provokatornya.

Artikel Terkait : Basmi Pemerintah | SBY Please Stop Singing

Main site www.ferdiansyah.com

22 Februari 2008

A Song For My Lovely Wife

Thank you
for the smile that never fails
to brighten my day,

for the tender look
when you gaze at me
with eyes
that warm my heart,

for the music of your laughter,

touch that makes my pulse go faster


Thanks for all the memories of a lifetime


Thank you
for the fire that you have set ablaze within me,
with your kisses you´ve awakened this old heart from its slumber


I feel like 17 again, it´s all because of you
Thanks for choosing me from all the rest

Though I´m far from being the best.


Most of all I want to thank you, love,
for loving me.


Jose Mari Chan "Thank You" (Album "Thank You, Love)

(Dedicated to my outstanding and lovely wife)

11 Juni 2007

It's a bright June afternoon.

Masih ingat dengan lagu lama Roxette yang berjudul June Afternoon? Pada refrain lagu tersebut ada lirik yang bikin penasaran: I't's a bright June afternoon, it's never gets dark wah wah, here comes the sun.."

Saya pernah berdebat dengan rekan saya mengenai lirik lagu tersebut. Apa benar pada bulan Juni hari gak pernah gelap. Well karena Roxette adalah duo Swedia, hal tersebut mungkin saja di sana. Bulan Juni adalah musim panas di negara itu, dan memang hampir tidak pernah gelap. Di utara Swedia pada bulan Juni, matahari terbenam setelah lewat tengah malam, tapi tidak menyebabkan cuaca gelap gulita, dua jam kemudian matahari muncul kembali. Benar-benar siang yang panjang, dan orang bisa bisa beraktifitas lebih lama. Hal ini sudah dikonfirmasi oleh rekan saya Olaf Hemingsson, yang tinggal di Stockholm.

Dia bilang Roxette said it correctly. Aduh kapan saya bisa sampai ke sana, ya. (Mimpi)