30 Mei 2007

I Can't Live Without You?

Di film Rumor Has It yang dibintangi Jennifer Aniston, Kevin Costner dan Mark Ruffalo, ada


kalimat yang sangat bagus dan realistis.

"I came here not to tell you that I can't live without you. I can live without you, but I just don't want to (live without you)."
Wow!

29 Mei 2007

Briefing

Briefing berasal dari kata brief, yang artinya ringkasan. Di tempat kerja saya, briefing nya sama sekali tidak ringkas. Kadang-kadang lewat dari satu jam, so saya bilang ini sih bukan briefing, tapi meeting. Setiap pagi morning briefing nya begitu lama, sehingga banyak hal lain yang tertunda.

Tapi apa boleh buat, I am not the boss here.

The Broker


Baru-baru ini saya membaca The Broker tulisan John Grisham. Ceritanya sangat menarik. 4 mahasiswa Pakistan dengan bermodalkan telepon satelit dan akses internet T1 secara tidak sengaja menemukan rangkaian satelit misterius yang terdiri dari 9 buah satelit. Fungsi satelit tersebut adalah menampilkan citra permukaan bumi dengan kemampuan closeup yang berresolusi tinggi. Singkatnya, itu adalah rangkaian satelit mata-mata. Keempat mahasiswa tersebut berhasil membuat perangkat lunak yang mampu meng -override controlnya, sehingga mereka bisa mengendalikan satelit tersebut untuk memotret daerah manapun yang mereka sukai, sementara negara pemilik asli sistem satelit tersebut kehilangan kontrol atas satelit-satelit mereka.

Ini adalah impian bagi negara-negara yang haus akan sistem persenjataan terbaru. Siapapun yang memiliki sistem ini akan mampu misalnya melongok George Bush sedang lari pagi di area Gedung Putih, melihat Angelina Jolie berjemur di pantai ataupun yang lebih serius lagi: Korea Selatan akan senang jika bisa tahu dengan tepat kapan brigade tank Korea Utara berpindah tempat, atau Saudi Arabia akan bisa melihat posisi terakhir pasukan Israel di perbatasan Lebanon, dan mungkin suatu saat Osama Bin Laden mendongak ke atas, dan kebetulan satelit itu berhasil memotretnya, wow Amerika akan kebakaran jenggot.

Perangkat lunak yang kemudian disebut JAM itu kemudian ditawarkan kepada broker terkenal di Washington DC, untuk dijual kepada pihak yang membayar paling tinggi, dalam hal ini ternyata Saudi Arabia. Sebelum sistem tersebut berpindahtangan, keempat mahasiswa tersebut dibunuh oleh dinas intelijen Cina.

Plotnya bagus, tapi saya kecewa dengan endingnya yang terlalu ringan, padahal kita melewati bagian awal dan tengah yang berbobot dan padat. Masih lebih bagus ending buku sebelumnya, The Last Juror.

The Legend of Chaos Country

Indonesia dari dulu selalu sibuk memuji diri sendiri. Negara yang kaya lah, punya banyak hasil tambang, ada emas, minyak, dan alamnya subur dsb dsb, penduduknya ramah tamah dsb dsb. Sekarang coba lihat, di kota saya dan kota-kota lain buat beli minyak tanah kudu antre karena langka. Terus ada mentri idiot yang bilang, makanya jangan pake minyak tanah, kenapa ga pake gas aja? Nah dia pasti malu sendiri karena gas juga mahal dan langka. Harga beras mahal dan langka. (Ada desas-desus gudang beras milik Bulog itu udah kosong, karena beras-berasnya udah dijual duluan ke cukong. Kalo benar begitu, semoga pimpinan Bulog di kota saya mampus disambar petir!). Eit, pohon sawit di mana-mana, pohon kelapa di mana-mana, tapi minyak goreng melambung selangit harganya.

Sejak dulu segala hal serba tak beres. Soal korupsi kita selalu ranking satu. Begitu merebak virus flu burung, Indonesia tiba-tiba berada di tempat tertinggi untuk kasus kematian terbanyak.
Pesawat bisa hilang sampai sekarang tak tentu rimbanya. Kemungkinan diculik alien sekaligus dengan penumpangnya (orang Indonesia) untuk dibawa ke Venus, mungkin makhluk-makhluk Venus ingin meneliti bentuk otak orang Indonesia. "Gimana sih bentuknya sampai banyak hal menjadi chaos dan kacau balau?" Naik kereta api tut tut tut, siapa hendak turut, karena kemungkinan kecelakaannya fifty-fifty. Berlayar pun kita bisa terbakar dan hilang ditelan samudra. Saya heran kok mentri goblok yang berambut putih itu masih tetap dipake ya? Sekarang dia jadi Sekretaris, entah kekacauan apalagi yang akan dibuatnya. Pernah saya melihat si goblok itu datang ke stasiun kota dan menyuruh orang-orang turun dari atap kereta api, tak satupun penumpang-penumpang gelap itu menggubris. Ya yang nyuruh turun juga goblok, kenapa untuk tugas seperti itu kudu mentri yang turun tangan, otomatis wibawanya jatuh nungsep ke bawah rel kereta api.

Nah, siapa bilang kita bangsa yang ramah tamah? Bangsa kita adalah bangsa yang terkenal mudah tersinggung. Kalau ada satu pihak yang merasa tersinggung atas perkataan atau tingkah laku pihak lain, ultimatum segera keluar, kalau tidak minta maaf, akan ada tindakan dekonstruktif yang akan terjadi. Coba lihat kalau ada mobil yang menyenggol kendaraan lain, sopirnya akan turun dan sambil berkacak pinggang dan siap berantem akan memeriksa kendaraannya, lecet atau tidak. Bukan penumpangnya dulu yang dicek, terluka atau tidak. Lebih berharga materi daripada nyawa. Di Poso ada orang-orang yang penuh kebencian suka membom orang lain, juga di Bali, tak peduli korbannya cuma orang awam yang sedang cari nafkah.

Kalau menurut saya, di Indonesia harus ada revolusi. Pemerintahan sekarang harus dibabat abis, semua turun, mulai dari Presidennya, Si Kumis Kaya Jusuf Kala, semua yang ada di kabinet. Diganti dengan pemerintahan yang benar-benar bersih, yang dana kampanyenya tidak bermasalah, jadi langkah dasarnya aja udah bersih duluan. Tidak perlu menunggu sampai habis masa jabatan, karena entah bencana apa lagi yang bisa terjadi sementara menunggu Pemilu berikutnya. Pendapat ini ekstrim memang, tapi begitulah suara yang ada di kepala saya. Saya tidak bisa memberi alasan apa hubungannya pemerintah yang ada sekarang dengan bencana dan kekacauan yang terjadi sejak dimulainya pemerintahan ini. Tapi bencana dimulai sejak pemerintahan yang ini dimulai. Kayaknya mereka semua harus diruwat. Orang Melayu bilang harus disemah, ditepung-tawar. Harus ada tobat nasional, tapi yang memulai pertobatan tentu saja harus pemimpin.

Saya tidak pro Soeharto, tapi kehidupan ternyata sangat-sangat jauh lebih baik di masa pemerintahan beliau.

28 Mei 2007

Laptop oh laptop


Sekarang jangan bangga dulu kalo punya laptop. Dulu orang yang kerjanya nenteng2 laptop kesannya 'wah', intelek, businessman yang tidak gaptek. Sekarang, sejak Tukul Arawana pakai laptop dalam acara Empat Mata, kesan tadi kayaknya jadi hilang deh. Tak sobek-sobek mulutmu...

Tricky Question?

Tadi pagi rekan saya yang bernama Yati iseng mendatangi saya dan ngomong begini:

Mengapa why tidak pernah never, dan and selalu always?

What can I say, pal?

18 Mei 2007

Start all over again

Well, saya mencoba menulis lagi, setelah website saya www.ferdiansyah.com mati tahun 2005 dan mirror-nya www.ferdiansyah.net mati beberapa bulan yang lalu. Masa berdukacita atas kematian website pribadi saya tersebut sudah mulai habis, dan kata orang life must go on, jadi saya akan mulai menulis lagi, entah itu tetap dibaca orang atau tidak saya tidak peduli.

This is just a place to express myself.
Memang sudah waktunya. Ada banyak hal yang ada di kepala saya dan semua itu memerlukan pelepasan. Seakan-akan mau meledak. Kita menonton berita di TV, membaca koran, dan otomatis kita akan punya opini. Jadi ada segudang materi untuk ditulis, dan celakanya, kalau sudah di depan layar kompie, semuanya jadi hilang. Flop!!!
Melihat keadaan negara ini sekarang, kita jadi gemas. Tapi semakin kita pikirkan, semakin itu merusak kita sendiri, kita jadi tidak bisa menikmati hidup. Hal-hal yang mengganggu seperti itu memang harus ditendang jauh-jauh. Kick it away. So, disinilah tempat menendangnya. Kita bicarakan agar lepas sesak di dada, setelah itu lalu ditendang jauh-jauh.

Kicking it away with me, Ferdy.