Tampilkan postingan dengan label Nostalgia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nostalgia. Tampilkan semua postingan

20 Maret 2023

BECAK IKLAN BIOSKOP


Ini adalah sebuah becak, yang sekitar pukul 4 sore berkeliling di jalan-jalan utama kota Tembilahan, sambil mengiklankan film bioskop yang akan tayang malam itu. Becak ini dilengkapi dengan toa, ada orang di dalam becak sambil cuap-cuap mengumumkan judul film, sinopsis, dan bintang-bintang utama dari film yang diiklankan. 

Di foto ini kebetulan becak tersebut sedang mengiklankan film klasik Arnold Schwarzenegger dan James Belushi, yang berjudul Red Heat sekitaran tahun 1989.

Iklan keliling seperti ini digunakan oleh Bioskop Indra, bioskop theater yang dulu ada di Jalan Jenderal Sudirman di Tembilahan. (Kira-kira letaknya di samping Plaza Gemilang, dulu hanya disebut "Pasar Bertingkat"). Ada satu lagi bioskop misbar di daerah Tembilahan Hulu yang dikelola oleh angkatan darat, namanya Bioskop Taman Hiburan Kartika. 

Bioskop Indra sendiri memiliki layar lebar yang mengesankan, dan sound systemnya juga lumayan. Ada 3 kelas tiket kalau tidak salah, yaitu kelas kambing (lantai bawah paling depan dengan kursi kayu), lalu kelas loge seat (dari bahasa Belanda, dibaca 'lose', dengan kursi  lumayan empuk) di arah belakang, lalu kelas paling mahal yaitu balkon, terletak di lantai dua.

Harga tiketnya pada zaman itu adalah berkisar antara Rp250,- hingga Rp700,- , tergantung kepopuleran film yang diputar. Jaman itu kebetulan memang jamannya film one man hero dengan aktor yang berotot, sehingga film-filmnya Arnold Schwarzenegger, Sylvester Stallone, Jean Claude Van Damme, Dolph Lundgrend, Barry Prima, George Rudy menjadi sangat populer dan tiketnya dijual semahal mungkin. Film-film genre silat semacam Jaka Sembung dan Si Buta Dari Goa Hantu juga sangat populer waktu itu. Juga film-filmnya Chen Lung, alias Jacky Chan yang berantemnya lucu kalo lagi mabok nenggak arak satu kendi. 

Di sekitaran bioksop ada tukang catut. Tukang catut ini kerjaannya memborong tiket banyak-banyak, lalu dijual dengan harga lebih mahal kepada orang-orang yang kebelet nonton, namun kehabisan tiket ataupun kehabisan seat yang diinginkan. Di sekitar bioskop juga marak pedagang asongan yang menjual kacang goreng, kacang asin, tisu cologne, dan permen pagoda pastilles. 

Meskipun pada masa itu rental kaset video dengan format Betamax sudah mulai marak, namun orang tetap datang ke bioskop. Karena gambar dan suaranya lebih bagus, dan film-film baru belum ada kaset videonya. Lagian mutu gambar dan suara di kaset-kaset Betamax tidak begitu bagus seperti DVD dan Bluray sekarang, gambarnya sekelas VGA dan dialognya sering tidak sinkron. Orangnya sudah mengatupkan mulut tapi dialognya masih terdengar.  Baru pada jaman munculnya laser disc dan kemudian diikuti oleh VCD, bioskop-bioskop tunggal mulai bangkrut dan tutup. Yang bertahan adalah franchisenya Studio 21.

Nah, jaman itu pada jam 4 sore di Kota Tembilahan, akan ada iklan bioskop keliling, dan juga akan ada seseorang membawa nampan di atas kepala, berkeliling kota sambil meneriakkan nama-nama kue seperti amparan tatak, paparik, kue lapis, dan lain-lain. Siapakah itu? Al Fatihah buat beliau.


13 Maret 2023

MAGIC MUSHROOM

Waktu masih bekerja di Bali dulu, ada suatu hari di mana saya dan dua rekan berniat mencoba magic mushroom. Waktu itu tahun 2011, magic mushroom dijual bebas di gang-gang dan tepi jalan di Bali. Dulu saya sering melihat papan iklan kecil di tepi jalan, yang isinya dalam bahasa Inggris menyatakan hal-hal seperti: "We Sell Magic Mushroom", atau "Have A Lovely Dream with Magic Mushroom".

Intinya waktu itu saya berkesimpulan bahwa magic mushroom masih merupakan hal yang legal, terbukti dengan banyaknya iklan-iklan di sepanjang jalan di Legian dan Kuta, dan lebih banyak lagi di gang-gang seperti Poppies Lane. Artinya magic mushroom adalah komoditi yang tidak saja dijual bebas, mengkonsumsinya pun tidak melanggar hukum. 

Jadi pergilah kami ke Jalan Legian yang terkenal itu. Tak jauh dari Monumen Peringatan Bom Bali (Ground Zero) ada perempatan menuju Poppies Lane II, kami bertiga masuk ke gang tersebut. Seperti biasa di kiri kanan terdapat toko-toko yang menjual souvenir, resto-resto kecil, dan lain-lain. Di depan salah satu warung makan kami menemukan papan iklan itu. Segera kami menghubungi penjaga warung dan menanyakan magic mushroom. Harganya Rp 25 ribu per satu porsi. Kami membeli tiga untuk dikonsumsi langsung, tapi mesti dicampur dengan makanan dan minuman tertentu. Toto (bukan nama sebenarnya, teman dari Jakarta) minta dicampur dengan mie goreng, Ni Wayan (cewek, orang Bali asli) minta dicampur dengan Fanta. Sayapun mengikuti ide Wayan, magic mushroomnya dicampur dengan Fanta biar lebih praktis dan langsung diminum. 

Setelah mengkonsumsi barang laknat tersebut, kami memutuskan berjalan kaki ke arah pantai Kuta melewati Poppies Lane II. Sepanjang jalan saya belum merasakan efek apapun. Setelah lewat setengah jam saya mulai merasakan efeknya. Mula-mula langit terlihat berubah warna, yang tadinya biru perlahan-lahan menjadi hijau, lalu kecoklatan, lalu tiba-tiba ada corak mirip batik di langit. Ya benar, langitnya bermotif batik seperti batik parang rusak dan gambar-gambar terong, lalu berubah jadi ungu. Melihat itu saya tertawa ngakak, dan memanggil Toto dan Wayan, menunjuk-nunjuk ke langit. Kedua rekan saya bingung melihat saya dan langit, sepertinya mereka belum mendapatkan efeknya. 

Lalu anehnya, saya lihat orang-orang bergerak lambat. Seperti slow motion di film-film gitu. Atau seperti sloth atau kukang di film kartun Zootopia. Saya ngakak sejadi-jadinya melihat semua orang terlihat lambat begitu. Saya lihat Toto, dan saya ngakak lagi. Rahang Toto jatuh ke lehernya, mulutnya melar ke bawah. Kemudian saya lihat tangan saya tiba-tiba memanjang, menjuntai ke bawah seperti permen karet. Sayapun ngakak.

"Hey bro, kenapa tangan saya seperti Mr. Fantastic di komik Fantastic Four? Hahahahaha..."

Pada saat Toto dan Wayan memandang saya, merekapun tertawa gelak-gelak. Menurut Toto saya berjalan meloncat-loncat seperti astronot di bulan, padahal saya tidak merasa demikian. Saya merasa leher saya memanjang, dan tiap kali saya berjalan, kepala saya tertinggal sekitar dua meter di belakang karena leher panjang tersebut. Alhasil saya harus berhenti tiap sebentar agar kepala saya bisa menyusul. Begitu kepala saya berada di atas badan, saya berjalan lagi, dan kepala saya tertinggal lagi, jadi saya harus berjalan pelan-pelan. 

Waktu itu kemungkinan kami sampai di Jalan Pantai Kuta. Di seberang jalan ada tembok panjang yang menutupi pemandangan ke pantai. Saya waktu itu sempat mikir bagaimana cara kami pulang. Kami bertiga sudah terkena efek magic mushroom. 

Tiba-tiba saya lihat Wayan menarik tangan kami berdua. "Ayo kabur!!" katanya. Saat ditarik Wayan, tangan saya tentu melar lebih panjang, dan saya tertinggal di belakang, sementara Wayan dan Toto tiga atau empat meter di depan. Tetap saja mereka bergerak seperti slow motion. Saya bertanya ada apa? Rupanya Wayan baru saja melihat T-Rex yang berjalan ke arah kami. Bayangkan, ada dinosaurus predator di Jalan Pantai Kuta. 

Setelah merasa aman, kami duduk-duduk di depan Circle K, itupun dengan susah payah. Tiba-tiba Toto berdiri, lalu berjalan slow motion ke sudut halaman, tak jauh dari trotoar. Dia berdiri mematung di situ. Lamaaaaaa banget. Setengah sadar saya berteriak," Toto, kamu ngapain di situ?"

"Aku kan tiang bendera. Tapi udah nunggu lama, belum ada yang pasang bendera niiih." Hahahahaaha. Wayan pun beranjak dengan cara slow motion juga. Akhirnya ia sampai di depan Toto, dan berlagak memasang dan menaikkan bendera. Toto ngakak kesenangan karena sudah berhasil menjadi tiang bendera. Lama setelah itu mereka kembali duduk. 

Sementara itu langit berubah warna lagi, kali ini berwarna-warni seperti lukisan abstrak. Orang-orang masih bergerak slow motion. Tiba-tiba Wayan memegang tanganku. Dia seperti ketakutan. "T-Rex lewat! T-Rex lewat,"katanya kuatir. Kami tidak bergeming, kemudian Wayan tenang kembali. Ternyata T-Rex hanya lewat.

Entah kenapa Wayan kemudian berhasil memanggil taksi. Saya tak ingat bagaimana, tiba-tiba kami sudah di dalam taksi menuju rumah Wayan. Sepanjang perjalanan di taksi, Toto membuka jendela kaca mobil dan menjulurkan lidahnya ke orang-orang di pinggir jalan. Saya dan Wayan udah mulai merasa normal.

Tapi ternyata efek magic mushroom masih ada. Entah kenapa, pendengaran kami lebih tajam. Bunyi air keran menetes di kamar mandi terasa keras. Kami tertawa ngakak hanya karena mendengar bunyi keran, bunyi pintu, dan bunyi angin menggerakkan gorden. Pokoknya begitu ada suara atau bunyi sekecil apapun, kami lantas tertawa ngakak. Terus ada beberapa lama kami kehilangan Toto. Dicari ke sana kemari di dalam rumah tidak ketemu. Akhirnya Wayan menemukannya sedang merapat di balik pintu. Rupanya Toto merasa dia adalah gantungan baju, dan sedang menunggu seseorang menggantungkan baju ke tubuhnya. 

Setelah enam jam, efek magic mushroom sudah mulai berkurang. Kami bertiga bengong beberapa lama, sampai Wayan nyelutuk bilang bahwa dia lapar. Saya sendiri mengantuk parah, lalu ketiduran. 

Saat ini, magic mushroom masuk dalam kategori Narkotika Golongan I dalam UU Narkotika No.35. Tapi semua orang sebenarnya bisa mendapatkannya. Magic mushroom atau Psilocybin Mushrooms adalah sejenis jamur yang mengandung zat aktif bernama psilosibina yang bisa menimbulkan efek halusinasi tingkat tinggi sesuai dengan situasi psikologis saat mengonsumsinya. Orang yang mengonsumsi magic mushrom ini bisa mengalami efek berupa bingung, halusinasi, panik, psikosis dan ketidakmampuan membedakan fantasi dari kenyataan.

Saya bersumpah tidak akan mengkonsumsinya lagi.

10 Januari 2017

Turntables

1. Maginon Turntable - IDR 2,200,000.-
Spesifikasi:
  • Memutar segala jenis piringan hitam/vinyl ukuran 7" maupun 12"
  • Memiliki pilihan kecepatan: 33 1/3, 45 dan 78.
  • Ada radio FM dan cassette tape
  • USB dan memory card
  • Audio out ke headphone
  • Audio out ke speaker active/amplifier
  • Built in speaker
  • Bisa convert vinyl ke mp3
  • Garansi 6 bulan









2. Portable Suitcase Turntable - IDR 1,900,000.
Spesifikasi:
  • Memutar segala jenis piringan hitam/vinyl ukuran 7" maupun 12"
  • Memiliki pilihan kecepatan: 33 1/3, 45 dan 78.
  • Audio out ke headphone
  • Audio out ke speaker active/amplifier
  • Built in speaker
  • Bisa convert vinyl ke mp3
  • Garansi 6 bulan
  • 4 pilihan warna: merah, hijau, pink dan hitam
  • Rechargable battery
  • Bisa dibawa ke mana saja, portable






3. Maginon Elegance Turntable - IDR 2,300,000.-
Spesifikasi:
  • Memutar segala jenis piringan hitam/vinyl ukuran 7" maupun 12"
  • Memiliki pilihan kecepatan: 33 1/3, 45 dan 78.
  • Audio out ke headphone
  • Audio out ke speaker active/amplifier
  • Built in speaker
  • Bisa convert vinyl ke mp3
  • Garansi 6 bulan
  • Elegance cocok untuk ruang tamu.




4. Boytone Vintage Turntable - IDR 5,200,000 (USA)
Spesifikasi:
  • Memutar segala jenis piringan hitam/vinyl ukuran 7" maupun 12"
  • Memiliki pilihan kecepatan: 33 1/3, 45 dan 78.
  • Ada radio FM dan cassette tape
  • USB dan memory card
  • Audio out ke headphone
  • Audio out ke speaker active/amplifier
  • Built in speaker
  • Bisa convert vinyl ke mp3
  • Garansi 6 bulan
  • Bahan kayu solid dengan vintage style







5. Generic Turntable - IDR 1,500,000.
Spesifikasi
  • Memutar segala jenis piringan hitam/vinyl ukuran 7" maupun 12"
  • Memiliki pilihan kecepatan: 33 1/3, 45 dan 78.
  • Audio out ke headphone
  • Audio out ke speaker active/amplifier
  • Built in speaker
  • Bisa convert vinyl ke mp3
  • Garansi 6 bulan






Untuk pemasanan hubungi Ferdy di whatsapp +62 813 71 88 999 6.






23 Desember 2016

Tielman Brothers - Band Rock n Roll Internasional Dari Indonesia


Tidak banyak yang tahu, bahwa ada group band rock n roll yang mendunia dan berasal dari Indonesia. Namanya The Tielman Brothers. Nama The Tielman Brothers lebih dikenal di Eropa, terutama Belanda. Di Indonesia sendiri nama The Tielman Brothers masih menjadi nama yang asing, meski dikenal hanya oleh para kolektor musik, sebuah kenyataan yang sangat disayangkan.

Aksi panggung mereka dikenal selalu atraktif dan menghibur. Mereka tampil sambil melompat-lompat, berguling-guling, serta menampilkan permainan gitar, bass, dan drum yang menawan. Andy Tielman, sang frontman, bahkan dipercaya telah memopulerkan atraksi bermain gitar dengan gigi, di belakang kepala atau di belakang badan jauh sebelum Jimi Hendrix, Jimmy Page atau Ritchie Blackmore.

Coba deh simak aksi panggung mereka di sini:



Andy Tielman dan seluruh keluarga asalnya dari Timor. Waktu mereka masih kecil nama band mereka The Timor Tielman Brothers. Perjalanan musik The Tielman Brothers dimulai di Surabaya pada tahun 1945, di mana empat kakak beradik laki-laki dan seorang adik perempuannya, Jane, sering tampil membawakan lagu-lagu dan tarian daerah. Mereka adalah anak dari Herman Tielman asal Kupang dan Flora Lorine Hess. Musik mereka beraliran rock and roll, namun orang-orang di Belanda biasa menyebut musik mereka Indorock, sebuah perpaduan antara musik Indonesia dan Barat, dan memiliki akar pada musik keroncong. 

The Tielman Brothers merupakan band Belanda-Indonesia pertama yang berhasil masuk internasional pada 1950-an. Mereka adalah salah satu perintis rock and roll di Belanda. Band ini cukup terkenal di Eropa, jauh sebelum The Beatles dan The Rolling Stones. Berawal dari ketertarikan Ponthon untuk memainkan contrabass yang diikuti saudara-saudaranya yang lain. Reggy mempelajari banjo, Loulou mempelajari drum, dan Andy mempelajari gitar. Penampilan pertama mereka pada acara pesta di rumahnya membuat teman-teman ayahnya kagum dengan membawakan lagu-lagu sulit seperti Tiger Rag dan 12th Street Rag. Sejak saat itu mereka sering tampil di acara-acara pribadi di Surabaya. Tawaran tampil pun berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia. Sampai pada akhirnya pada tahun 1957 mereka sekeluarga memutuskan untuk hijrah ke Belanda.

The Tielman Brothers pernah tampil di Istana Negara Jakarta dihadapan Presiden Soekarno. Karier rekaman mereka dimulai ketika keluarga Tielman pada tahun 1957 hijrah dan menetap di Breda, Belanda.

Berikut susunan personilnya:
  • Andy Tielman - vokal, gitar
  • Reggy Tielman - gitar, banjo, vokal
  • Ponthon Tielman - contrabass, gitar, vokal
  • Loulou (Herman Lawrence) Tielman - drum, vokal
  • Jane (Janette Loraine) Tielman - vokal
  • Fauzi (Firdaus Fauzi) Tielman - organ


25 September 2016

Reuni



Reuni ialah merajut kembali
benang-benang memori
menyusun kenangan 
merangkai silaturahmi
dalam suka dan duka
aroma bakso, bakwan dan bunga

aku mengingat dalam ribuan hari
tentang langkah-langkah kecil
menuju kelas
langkah-langkah bergegas
ketika terlambat
pe-er yang tak kunjung selesai
dan merdunya lonceng pulang

reuni adalah jalinan memori
tentang sekolah, guru, sahabat,
dan canda tawa

reuni adalah rambahan ingatan
tentang arti tulus seorang guru
yang selalu mengukir senyum
dalam benak bebal kita
menebar sabar pada beban hari kita

reuni memberi kita ruang
untuk ucapan sukur dalam doa-doa hening
untuk kita saling mengingat
saling menguatkan
dan saling mendoakan

reuni adalah tentang sekolah,
kelas, guru, sahabat, mereka, kita
aku dan kamu

(Jakarta, 25 September 2016)
Ferdiansyah

Tulisan lain : Radio | Jiydref | Menunggu Godot  | Boya

21 September 2016

10 Alasan Saya Menyukai Piringan Hitam

Di saat orang lain senang mendengar musik digital berformat CD audio maupun mp3, kenapa saya beralih ke sistem audio jadul berbentuk piringan hitam, atau disebut juga vinyl, atau flat, atau record? Bahkan, juga penjualan CD yang kualitas dan efektifitasnya “lebih baik” saja sudah sangat menurun. CD atau Mp3 juga lebih memuat banyak lagu, lebih gampang dibawa kemana-kemana ketimbang vinyl yang ribet. Tapi kenapa saya toh kembali ke sistem audio jadul yang telah lama ditinggalkan orang? Musik digital gampang didapat, bisa gratis mendownload di internet, kenapa saya harus bersusah payah memakai turntable dan piringan hitam/vinyl? Inilah 10 alasannya. 



  • 1. Suaranya Lebih Alami
Percaya atau tidak, piringan hitam memberikan kualitas suara yang lebih ‘real’ dan alami. Karena proses rekamannya yang dilakukan secara analog. Media musik yang direkam secara analog akan terdengar lebih alami karena telinga kita bekerja secara analog juga. Berbeda dengan CD yang tidak merekam gelombang suara. CD hanya merekam data digital berupa angka binary; 0 dan 1. Angka-angka ini akan merepresentasikan frekuensi, tetapi bukan merupakan frekuensi yang sebenarnya. Sama halnya seperti kamu bermain permainan bongkar pasang semacam Lego. Kamu bisa membuat bentuk yang menyerupai apa saja, tetapi tidak akan pernah bisa mirip banget dengan aslinya. Vinyl memang tidak lebih jernih dari CD, tapi suaranya terasa lebih natural. Saya seorang audiophile yang merasa nyaman mendengarkan musik analog yang alami, 

Image result for natural analog wave vinyl
Perbandingan gelombang suara original, analog, dan digital

  • 2. Nostalgia
Piringan hitam atau vinyl mewakili masa lalu. Dan sudah menjadi takdir bahwa manusia selalu merindukan masa lalu. Ingin kembali ke saat-saat indah ketika kita masih kecil, kenangan sekilas masa lalu, dan sebagainya. Dengan kualitas suara vinyl yang terkesan jadul, turntable yang memutar vinyl seolah-olah menjelma menjadi mesin waktu yang membawa kita ke masa lalu. Jadi menikmati musiknya lebih dihayati dan berkualitas banget. Karena selain kuping dimanjakan dengan suara yang penuh karakter, pikiran dan perasaan juga. Anda akan mengerti jika Anda mendengarkan langsung suara piringan hitam.
  • 3. Koleksi
Setiap orang mengkoleksi sesuatu sebagai hobby, ada yang mengkoleksi perangko, ada yang mengkoleksi pokemon, dan lain-lain. Setiap barang koleksi, terutama yang jadul pasti punya nilai ekonomis yang tinggi. Meskipun rekaman-rekaman musik terbaru juga masih dirilis dalam bentuk piringan hitam, rekaman jaman dulu lah yang paling diburu orang karena langka. 
  • 4. Nilai Seni
Selain kualitas suaranya, desain jacket (cover) dari rekaman vinyl juga sangat unik. Karena itulah tak jarang orang membeli vinyl hanya karena bentuk desain covernya yang keren. Amat sangat cocok untuk dekorasi ruangan di cafe, atau di rumah. Tak cuma covernya, kadang vinyl yang rusak pun masih dibeli orang untuk dipakai hiasan. Selain ituw, vinyl memiliki nilai estetika yang tinggi dibandingkan CD player yang digital namun tidak berkarakter. Oh iya, sekarang piringan hitam juga tidak melulu berwarna hitam, bisa saja warnanya putih, biru, warna-warni, bahkan transparan. Makin cantik kan?

Image result for colorful vinyl records

  • 5. Berpengaruh ke Otak
Konon katanya vibrasi dari rekaman vinyl sangat cocok dengan gelombang di otak. Hal ini terjadi karena Vinyl direkam secara analog yang kebetulan cocok pula dengan fungsi kerja tubuh kita seperti telinga dan otak yang analog juga. Persamaan gelombang ini menimbulkan rasa nyaman tersendiri yang hanya bisa dirasakan oleh pendengar Vinyl. Kalau mau membuktikan, coba deh dengerin lagu lewat piringan hitam beneran.

Image result for brain wave

  • 6. Mendukung Hak Cipta
Dengan adanya internet, dunia musik memang terkena imbasnya. Penjualan CD sangat menurun. Banyak artis yang merugi karena karyanya tidak lagi dibeli orang padahal mereka harus mengeluarkan uang untuk rekaman, latihan, produksi, dan lain-lain. Banyak toko musik CD yang tutup karena orang tidak lagi membeli musik, tapi mendownloadnya dengan gratis di internet, baik dalam bentuk video maupun mp3. Sekarang artis-artis dan musisi, terutama di Indonesia, jualan CD hasil karya cipta mereka lewat KFC, SPBU, dan minimarket, bahkan sering digabung menjadi paket makanan, kasihan ya, padahal karya cipta itu membutuhkan bakat, kerja keras dan kejeniusan tersendiri. Beberapa waktu belakangan ini ada sebuah gerakan yang mengajak orang untuk “kembali ke toko rekaman”. Intinya mengajak anak-anak muda untuk membeli karya musisi berupa CD, kaset, atau vinyl. Dan mudah ditebak, vinyl lah primadonanya. Membeli musik di toko rekaman baik offline maupun online dan mendengarkannya di rumah membuat kita merasakan sesuatu yang bernilai, sekaligus menghargai hak cipta dan kekayaan intelektual.

  • 7. Bisa Diputar Terbalik
Secara manual, vinyl bisa diputar terbalik, sehingga kita bisa mendengarkan piringan hitam yang direkam secara backmasking. Backmasking adalah fenomena di tahun 1970-an di mana group-group papan atas menyelipkan pesan-pesan dalam bentuk lagu atau kata-kata jika audionya diputar secara backward, terkadang kita bisa mendengar hal-hal yang unik bahkan seram, dan bahkan bikin merinding.

  • 8. Makin Gampang Dicari
Berbeda dengan beberapa waktu yang lalu, dengan adanya toko-toko online, piringan hitam collectible yang jadul-jadul makin gampang dicari. Buka saja Tokopedia, Bukalapak, OLX dan sebagainya, Anda akan menemukan ada saja yang menjual piringan hitam. Tentu saja, makin legendaris artis atau group band nya, akan makin mahal harganya. Tapi biayanya tetap lebih murah daripada biaya merokok. 

  • 9. Speed Control dan Pitch Control
Selain bisa diputar terbalik, pemutar piringan hitam (turntable) bisa diatur kecepatannya; bisa 16 2/3 rpm (round per minute), 33 1/3 rpm, 45 rpm dan 78 rpm. Piringan hitam bisa diputar di kedua sisinya, dan memiliki ukuran diameter yang variatif, misalnya 7", 10" dan 12". Selain itu turntable juga memiliki pitch control untuk mengatur tempo dalam hitungan BPM (beat per minute).

  • 10. Turntable Bisa Disambung ke Speaker Aktif
Image result for new turntable

Sekarang sudah diproduksi turntable-turntable baru yang portable berbentuk koper, sehingga bisa dibawa ke mana-mana. Juga konektifitasnya semakin baik karena bisa langsung disambung dengan speaker aktif tanpa harus ribet memakai amplifier dan sound system. 

Nah, tertarik untuk juga mengkoleksi piringan hitam? Coba dengar dulu suaranya secara langsung, dan putuskan. 




31 Maret 2016

Asal Usul Nama Indonesia


Kapan nama Indonesia pertamakali dipergunakan? Siapa sang penemunya? Dan bagaimana nama tersebut diadopsi menjadi nama sebuah nation dan negara? Mungkin diantara kita masih ada yang belum mengetahuinya. 

Nama “Indonesia” pertamakali muncul di tahun 1850, di sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di Singapura. Penemunya adalah dua orang Inggris: James Richardson Logan dan George Samuel Windsor Earl. Saat itu, nama Hindia—nama wilayah kita saat itu—sering tertukar dengan nama tempat lain. Karena itu, keduanya berpikir, daerah jajahan Belanda ini perlu diberi nama tersendiri. Earl mengusulkan dua nama: Indunesia atau Malayunesia. Earl sendiri memilih Malayunesia. Sedangkan Logan yang memilih nama Indunesia. Belakangan, Logan mengganti huruf “u” dari nama tersebut menjadi “o”. Jadilah: INDONESIA.

Nama Indonesia kemudian dipopulerkan oleh seorang etnolog Jerman, Adolf Bastian. Dia mempopulerkan nama Indonesia melalui bukunya, Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipelsdan Die Volkev des Ostl Asien. Bastian sendiri mengunjungi Indonesia empat kali. Di bukunya, Bastian menggunakan kata Indonesia untuk merujuk pulau besar—Jawa, Sumatera, Borneo (Kalimantan), Celebes (Sulawesi), Molukken (Maluku), Timor, hingga Flores—dan gugusan pulau-pulau yang mengitari pulau tersebut.

Penjajah Eropa, baik Belanda maupun Portugis, menamai negeri kita ini: India. Namun, agar tidak sama dengan nama India, maka ditambahi huruf ‘H’ di depannya menjadi: Hindia. Di bawah penjajahan Belanda, negeri kita disebut Nederlandsch-Indie, yang berarti ‘Hindia kepunyaan Belanda’. Di bawah penjajahan Portugis, namanya ‘Hindia kepunyaan Portugis’. (Pramoedya Ananta Toer, Angkatan Muda Sekarang, 1999).

Tahun 1913, Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara mendirikan Kantor Berita untuk bumiputera di Den Haag, belanda. Namanya: Indonesische Persbureau, disingkat IP. Saat itu Ki Hajar sedang menjalani pembuangan di negeri Belanda akibat aktivitas politiknya di tanah air.Sebelumnya, di tahun 1912, Ki Hajar bersama dua kawannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangkukusumo, mendirikan partai politik bernama Indische Partij (IP). IP merupakan organisasi politik pertama yang terang-terangan memperjuangkan kemerdekaan Hindia—terpisah dari kolonialisme Belanda. Saat itu, IP mengusulkan agar nama negeri kita ini adalah Hindia. Slogan IP yang terkenal: Hindia untuk Hindia! Sayang, usulan IP ini kurang berterima luas di kalangan kaum pergerakan.

Pada bulan Februari 1922, para pelajar Indonesia di negeri Belanda sepakat mengadopsi nama Indonesia. Mereka mengubah nama organisasinya dari Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging. Kemudian, di tahun 1924, koran organisasi ini, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Setahun kemudian, giliran nama Indonesische Vereeniging resmi diubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Di tanah air, organisasi politik yang pertama sekali menggunakan nama Indonesia adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Itu terjadi pada tahun 1924. PKI sendiri berdiri tanggal 23 Mei 1920, dengan nama Perserikatan Komunis Hindia. Baru pada bulan Juni l924, melalui sebuah Kongres di Weltevreden, Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia.

Pada tahun 1927, Soekarno bersama Tjipto Mangunkusumo serta kawan-kawannya di Algemene Studieclub mendirikan gerakan politik nasionalis bernama Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Setahun kemudian, Perserikatan Nasional Indonesia berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Soekarno dan PNI punya kontribusi besar dalam mempopulerkan nama Indonesia di kalangan rakyat jelata: petani, buruh, dan kaum melarat lainnya.

Pada tahun 1928, Kongres Pemuda Indonesia ke-2 mengikrarkan ‘satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa: INDONESIA”. Sejak itulah Indonesia sebagai nama dari sebuah negeri yang diperjuangkan makin berterima luas di kalangan kaum pergerakan dan rakyat banyak. Dua tahun sebelumnya, Wage Rudolf Supratman menciptakan lagu berjudul “Indonees, Indonees”, yang kemudian di tahun 1944 diubah menjadi “Indonesia Raya”. Lagu itu diperdengarkan tanpa lirik oleh WR Soepratman di Kongres Pemuda Indonesia ke-2 di gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106, Jakarta, tahun 1928. Sejak itulah cita-cita “Indonesia Raya” bergema di hampir semua pulau-pulau sepanjang Semenanjung Malaya hingga Papua. Tahun 1937, di Malaya (sekarang Malaysia), berdiri organisasi nasional bernama Kesatuan Melayu Muda (KMM). Dalam programnya, KMM menyatakan ingin mempersatukan Malaya ke dalam satu ikatan dengan ‘Indonesia Raya’.

Tetapi Pramoedya Ananta Toer kurang setuju dengan nama Indonesia. Menurutnya, penggunaan nama itu kurang politis dan ahistoris. Kata Pram, Indonesia berarti kepulauan India; belum keluar dari cara kolonialis menamai negeri kita. Pram sendiri mengusulkan dua nama yang dilahirkan oleh sejarah bangsa ini, yaitu Nusantara dan Dipantara. Nusantara muncul semasa dengan Majapahit, yang berarti: kepulauan Antara (dua benua). Sedangkan Dipantara muncul di era Singasari, yang berarti: Benteng Antara (dua benua).

Disarikan dari Berdikari Online.

04 November 2015

Madihin

Madihin (berasal dari kata madah dalam bahasa Arab yang berarti "nasihat", tapi bisa juga berarti "pujian") adalah sebuah genre puisi dari suku Banjar. Madihin ini cuma ada di kalangan etnis Banjar saja. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan dengan perspektif dan khasanah di luar kultur Banjar. Tajuddin Noor Ganie (2006) mendefinisikan Madihin dengan rumusan sebagai berikut: puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan penampilan fisik dan mental tertentu sesuai dengan konsep yang berlaku secara khusus dalam khasanah budaya Banjar.

Bentuk fisik Madihin merupakan pengembangan lebih lanjut dari pantun berkait. Setiap barisnya dibentuk dengan jumlah kata minimal 4 buah. Jumlah baris dalam satu baitnya minimal 4 baris. Pola sajaknya merujuk kepada pola sajak akhir vertikal :
a/a/
a/a 
a/a/b/b 
a/b/a/b. 

Contoh:
Laki bagawi iringi dua rastu 
supaya bagawi kada taganggu 
bulik ka rumah kira-kira pukul satu 
jaga di pintu wan bari sanyum dahulu 

(Suami bekerja, iringi doa restu
supaya bekerja tidak terganggu
pulang ke rumah kira-kira jam satu
jaga di pintu dan beri senyum dahulu)

Amun balajar jangan angin-anginan 
bahanu rancak, bahanu kada mangaruwan 
Buku mambuku pina bahilangan 
bahimad balajar bila handak ulangan 
pikiran kalut awak gagaringan 
bulik ka rumah disariki kuitan 

(kalau belajar jangan angin-anginan
kadang sering, kadang tidak karuan
buku-buku sering kehilangan
rajin belajar jika mau ulangan
pikiran kalut, badan sakit-sakitan
pulang ke rumah, di marahi orang tua)

Semua baris dalam setiap baitnya berstatus isi (tidak ada yang berstatus sampiran sebagaimana halnya dalam pantun Melayu) dan semua baitnya saling berkaitan secara tematis. Madihin dituturkan di depan publik dengan cara dihapalkan (tidak boleh membaca teks) oleh 1 orang, 2 orang, atau 4 orang seniman Madihin. 

Tradisi penuturan Madihin (bahasa Banjar: Bamadihinan) sudah ada sejak masuknya agama Islam ke wilayah Kerajaan Banjar pada tahun 1526. Madihin dituturkan sebagai hiburan rakyat untuk memeriahkan malam hiburan rakyat yang digelar dalam
rangka memperintai hari-hari besar kenegaraan, kedaerahan, keagamaan, kampanye partai politik, khitanan, menghibur tamu agung, menyambut kelahiran anak, pasar malam, penyuluhan, perkawinan, pesta adat, pesta panen, upacara tolak bala, dan upacara adat membayar hajat (kaul, atau nazar). 

Orang yang menekuni profesi sebagai seniman penutur Madihin disebut Pamadihinan, seniman penghibur rakyat yang bekerja mencari nafkah secara mandiri, baik secara perorangan maupun secara berkelompok. Setidak-tidaknya ada 6 kriteria profesional yang harus dipenuhi oleh seorang Pamadihinan, yakni: 

  1. keahlian mengolah kata sesuai dengan tuntutan struktur bentuk fisik Madihin yang sudah dibakukan secara stereotype 
  2. keahlian mengolah tema dan amanat Madihin yang dituturkannya 
  3. keahlian olah vokal ketika menuturkan Madihin secara hapalan (tanpa teks) di depan publik 
  4. keahlian mengolah lagu dan irama ketika menuturkan Madihin 
  5. keahlian mengolah musik penggiring penuturan Madihin (menabuh gendang Madihin), 
  6. keahlian mengatur keserasian penampilan ketika menuturkan Madihin di depan publik. 
Tidak hanya di tempat asalnya, Kalimantan Selatan, Madihin juga menjadi sarana hiburan alternatif yang banyak diminati orang, terutama sekali di pusat-pusat pemukiman etnis Banjar di luar daerah seperti di Tembilahan, Indragiri Hilir, di Kuala Tungkal, Jambi, atau bahkan di luar negeri seperti di Malaysia dan Singapura. Namanya juga tetap Madihin. 

Rupa-rupanya, orang Banjar yang pergi merantau ke luar daerah atau ke luar negeri tidak hanya membawa serta keterampilannya dalam bercocok tanam, bertukang, berniaga, berdakwah, bersilat lidah (berdiplomasi), kuntaw (seni bela diri), tetapi juga membawa serta keterampilannya bamadihinan. Pada zaman dahulu kala, ketika etnis Banjar masih belum begitu akrab dengan sistem pembayaran menggunakan uang, imbalan jasa bagi seorang Pamadihinan diberikan dalam bentuk Pinduduk. Pinduduk terdiri dari sebatang jarum dan segumpal benang, selain itu juga berupa barang-barang hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. 

Madihin tidak hanya disukai oleh para peminat domestik di daerah bersuku Banjar saja, tetapi juga oleh para peminat yang tinggal di berbagai kota besar di tanah air kita. Salah seorang di antaranya adalah Pak Harto, Presiden RI di era Orde Baru ini pernah begitu terkesan dengan pertunjukan Madihin yang penuh humor yang dituturkan oleh pasangan Pamadihinan dari kota
Banjarmasin Jon Tralala dan Hendra. Saking terkesannya, beliau ketika itu berkenan memberikan hadiah berupa ongkos naik haji plus (ONH Plus) kepada Jon Tralala.

Pada zaman dahulu kala, Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena para pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan bantuan kekuatan supranatural yang disebut Pulung. Pulung ini konon diberikan oleh seorang tokoh gaib yang tidak kasat mata yang mereka sapa dengan sebutan hormat Datuk Madihin. Pulung difungsikan sebagai kekuatan supranatural yang dapat memperkuat atau mempertajam kemampuan kreatif seorang Pamadihinan. Berkat tunjangan Pulung inilah seorang Pamadihinan akan dapat mengembangkan bakat alam dan kemampuan intelektualitas kesenimanannya hingga ke tingkat yang paling kreatif. Faktor Pulung inilah yang membuat tidak semua orang Banjar dapat menekuni profesi sebagai Pamadihinan, karena Pulung hanya diberikan oleh Datu Madihin kepada para Pamadihinan yang secara genetika masih mempunyai hubungan darah dengannya. Datuk Madihin yang menjadi sumber asal-usul Pulung diyakini sebagai seorang tokoh mistis yang bersemayam di Alam Banjuran Purwa Sari, yang tidak kasat mata, tempat tinggal para dewa kesenian rakyat dalam konsep tradisonal etnis Banjar purba. Datuk Madihin diyakini sebagai orang pertama yang menjadi cikal bakal keberadaan Madihin di kalangan etnis Banjar. 

Konon, Pulung harus diperbarui setiap tahun sekali, jika tidak, tuah magisnya akan hilang tak berbekas. Proses pembaruan Pulung dilakukan dalam sebuah ritus adat yang disebut Aruh Madihin. Aruh Madihin dilakukan pada setiap bulan Rabiul Awal atau Zulhijah. Dalam ritual tersebut konon Datuk Madihin diundang dengan cara membakar dupa dan memberinya sajen berupa nasi ketan, gula kelapa, 3 biji telur ayam kampung, dan minyak likat baboreh. Jika Datu Madihin berkenan memenuhi undangan, maka Pamadihinan yang mengundangnya akan kesurupan selama beberapa saat. Pada saat kesurupan, Pamadihinan yang bersangkutan akan menuturkan syair-syair Madihin yang diajarkan secara gaib oleh Datuk Madihin yang merasukinya ketika itu. Sebaliknya, jika Pamadihinan yang bersangkutan tidak kunjung kesurupan sampai dupa yang dibakarnya habis semua, maka hal itu merupakan pertanda mandatnya sebagai Pamadihinan telah dicabut oleh Datuk Madihin. Tidak ada pilihan bagi Pamadihinan yang bersangkutan, kecuali mundur teratur secara sukarela dari panggung pertunjukan Madihin.

Kesenian tradisional seni bertutur Madihin di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, terancam punah karena tidak adanya regenerasi baru seni tersebut. Pemain Madihin di Indragiri Hilir, Ahmad Alatas pernah menyatakan kebimbangannya bahwa seni tradisional tersebut bakal punah karena langkanya penutur. Menurut dia, Madihin merupakan seni yang telah menjadi ikon Kabupaten Indragiri Hilir yang dibawa masyarakat Banjar. "Seni Madihin ini juga tidak mendapat perhatian dari pemerintah daerah untuk melestarikannya," ungkap Ahmad.

Ia mengatakan, tidak adanya perhatian dan bantuan dari pemerintah ini membuat mereka kesulitan melakukan pembinaan bagi generasi muda yang tertarik menekuni dan belajar Madihin. "Perhatian pemerintah daerah Inhil terhadap seni Madihin ini tidak ada sama sekali, bahkan kami pernah meminta bantuan pakaian seragam dan gendang tidak dibantu. Padahal kalau sanggar tari, Pemda Inhil sanggup memberangkatkannya sampai ke Perancis," ungkapnya.

Para pemain Madihin yang tersebar di Kecamatan Tembilahan, Tembilahan Hulu, Batang Tuaka dan Kempas selama ini hanya mengandalkan orderan dari peminat seni ini, yang biasanya digelar saat ada hajatan perkawinan, terutama di kalangan masyarakat suku Banjar. Kadang-kadang juga menerima tawaran pementasan saat ada acara pengukuhan paguyuban.

"Selama ini kami menerima tawaran manggung dari masyarakat yang tertarik dengan seni Madihin, seperti pada hajatan perkawinan. Kami pernah manggung sampai ke Batam, Kepulauan Riau, Jambi, Palu (Sulut), bahkan sampai ke Malaysia dan Singapura," sebutnya.

Biasanya ia mempertunjukkan seni Madihin ini bersama rekan wanitanya, Masniah dan juga rekannya Abdurrahman.

Bayaran atas pementasan Madihin, dihitung berdasarkan jauh atau dekatnya tempat pementasan. Kalau masih dalam kota biasanya mereka dibayar Rp 300 sampai 400 ribu untuk sekitar 2-3 jam pementasan. Sedangkan jika keluar kota biaya carterannya Rp2,5 sampai Rp3 juta.

"Biaya yang kita tawarkan tergantung jauh dekatnya tempat manggung, kalau masih didalam kota biasanya Rp300 ribu masih kita terima. Kalau jauh, seperti Kuala Enok, Kecamatan Tanah Merah Rp2 juta, Kuala Tungkal, Jambi Rp3 juta, Tanjung Pinang, Kepri Rp4 juta, ini diluar ongkos keberangkatan dan akomodasi kita," imbuh Ahmad Alatas.

Saat ini kesenian bertutur yang positif ini makin tenggelam di tengah maraknya kultur digital dan ketertarikan generasi muda pada budaya Korea, Jepang dan Barat.


06 Februari 2015

10 Alasan Kenapa Anda Harus Mencoba Scuba Diving

Pernah membayangkan diri anda melakukan scuba diving? Yang tadinya anda cuma bisa melihat adegan bawah air di film-film James Bond, Into the Blue dan lain-lain, hal-hal yang menurut anda tidak terjangkau, sebenarnya jauh lebih mudah dan terjangkau, dan anda akan mendapatkan pengalaman tak terlupakan. 



Tadinya saya juga terpesona dengan adegan-adegan bawah air di film-film tersebut, dan merasa hal tersebut jauh dari jangkauan saya. Pada saat bekerja di Bali, salah satu teman mengajak saya dan ternyata scuba diving itu jauh lebih mudah dari yang saya bayangkan sebelumnya. Hingga saya pun mengambil lisensi menyelam. Ada beberapa lisensi selam, yaitu open water diver, advanced open water diver, advanced adventure diver, dan di atasnya masih banyak lagi, hingga instructor. Saat ini saya memegang lisensi Advanced Adventure Diver dari asosiasi SDI (Scuba Diving International). Selain itu lisensi semacam itu juga bisa diperoleh dari asosiasi PADI (Professional Association of Diving Instructors), atau SSI (Scuba Schools International). 

Saya jadi tergila-gila dengan suasana underwater, dan berusaha setidaknya dua bulan sekali saya harus menyelam. Suasana bawah air yang tenang, kebiruan, misterius, segalanya seperti slow-motion, tidak ada rush atau terburu-buru, dan waktu seakan berhenti. Terkadang suasana bawah air membuat saya terharu. Belum lagi kesempatan bertemu langsung dengan makhluk-makhluk unik dan aneh yang tadinya cuma bisa kita lihat di National Geographic atau Discovery Chanel. Menyelam merupakan salah satu cara saya untuk escape dari dunia yang penuh drama dan kepalsuan, gunjing menggunjing, kebanggaan semu, berita tentang politik dan perang yang bertubi-tubi, yang seakan membuat kita skeptis bahwa dunia sedang menuju ke arah kebaikan.

Di dalam air, itu semua lenyap, yang ada adalah keindahan ciptaan Tuhan. Diam, tenang, slow motion, misterius, dan majestic!

Saya mencoba menjabarkan kenapa anda harus mencoba scuba diving. Tapi sebelumnya, mari kita bahas dulu apa itu sebenarnya scuba diving.

Scuba diving adalah kegiatan menyelam di bawah air dengan menggunakan peralatan scuba, singkatan dari self contained underwater breathing apparatus. Penggunaan scuba adalah agar kita dapat bernafas di dalam air. Jadi tidak perlu menahan nafas, tapi kita bernafas dengan menggunakan udara yang dikompres dengan tekanan tertentu di dalam tangki. 

Inilah sepuluh alasan kenapa anda harus mencoba scuba diving.

1. Lebih Mudah Dari Yang Anda Bayangkan
Scuba diving mungkin sejenis olahraga ekstrim, karena tetap ada bahaya yang mengancam, tapi tidak seekstrim olahraga balap mobil, motor, parasut dan lain-lain. Secara statistik, scuba diving tidak lebih berbahaya dari mengendarai mobil atau sepeda motor ke tempat kerja. Asalkan kita selalu mengikuti prosedur keamanan yang telah distandarkan. Selain itu, ada aturan yang menggariskan bahwa tidak ada penyelam yang boleh menyelam sendirian. Dan skill yang diperlukan cuma anda bisa berenang, dan bernafas. Pertama kali anda menyelam, anda didampingi instruktur berlisensi yang akan menjelaskan hal-hal yang harus anda ketahui. Begitu anda di air, beratnya peralatan scuba diving, terutama tangki udaranya, tidak akan terasa. Yang harus anda ingat adalah untuk melakukan equalising, dan selalu tetap bernafas dengan tenang. Bernafas, dan nikmati pemandangan.


2. Anda Akan Bertemu Makhluk Yang Belum Pernah Anda Bayangkan
Begitu di dalam air, anda akan bertemu dengan berbagai macam ikan dan makhluk laut. Bertemu dengan ikan besar maupun kecil yang berwarna warni dan unik adalah pengalaman favorit, tapi anda akan terpukau bertemu dengan makhluk-makhluk lain yang belum pernah dilihat sebelumnya, semuanya unik dan aneka ragamnya luar biasa. Anda akan tahu, ada jagat lain di bumi yang berbeda dengan di darat. Untuk bertemu alien, tidak perlu keluar angkasa. Di dalam air banyak banget.


3. Anda Akan Ikut Melindungi Biota dan Terumbu Karang 
Dengan menjelajahi bawah air, anda otomatis ikut dalam melindungi keanekaragaman hayati samudra. Dengan melihat dan menikmati keindahan terumbu karang, dolphin, penyu laut, clown fish (Nemo), anda akan otomatis ikut berusaha melindungi makhluk-makhluk tersebut dari kepunahan. Anda otomatis akan membenci polusi laut, dan jadinya juga akan bangga dengan kekayaan bawah laut Indonesia. Melihat lumba-lumba dan penyu laut berusia puluhan dan ratusan tahun dalam jarak dekat, seakan anda bermain dengan mereka dan pengalaman ini tidak akan bisa dilukiskan dengan kata-kata, dan pengalaman tersebut menjadi milik anda.


4. Indah dan Damai

Dunia bawah air sangat tenang dan damai. Selain bunyi nafas anda, anda tidak akan mendengar bunyi yang lain. Bawah air merupakan tempat yang tepat untuk relax dan untuk sementara melupakan hiruk pikuk dunia. Tinggalkan beban dan rasa kuatir anda di darat. 


5. Seperti Terbang
Bayangkan, anda bisa bergerak 360 derajat, ke atas, ke bawah, ke kiri, ke kanan, anda seakan Superman yang sedang terbang, hanya anda terbangnya dalam air. Anda bisa menjelajahi terumbu karang warna warni, atau mengikuti gurita yang melayang dengan tenang. 


6. Diving Bikin Liburan Anda Menjadi Luarbiasa.
Ke mana liburan? Ke mall? Tidakkah anda bosan, bahwa mall di mana-mana isinya sama saja. Adanya kopi yang mahal, donat yang penuh kalori, orang-orang yang memaksakan diri untuk terlihat berkelas, membuat kita konsumtif, dan semua kebanggaan palsu dan semu yang lain. Diving membuat kita dekat dengan alam, menghargai kehidupan, menghargai ciptaan Tuhan, dan membuat liburan kita menjadi lebih bermakna.


7. Anda Menjadi Bagian Dari Komunitas Elite.
Hey, tidak semua orang bisa diving, terutama anak-anak mall dan dugem. Sementara, semua orang yang punya uang atau tidak punya uang, tetap bisa ke mall dan nongkrong di situ. Begitu anda melakukan scuba diving, anda akan merasa menjadi bagian dari komunitas rahasia yang tidak semua orang bisa menjadi anggotanya. Lisensi nya berlaku seumur hidup dan berlaku internasional. Punya video dan foto bawah air jauh lebih keren dari pada punya foto nongkrong di mall. Bener kan?


8. Anda Mendapatkan Teman Baru.
Scuba diving sama seperti hobi yang lain, yang memberikan kita peluang untuk mendapatkan teman baru. Jadi walaupun anda tidak bisa mengajak teman dekat yang hobbynya ke mall untuk ikut scuba diving, teman-teman baru dalam komunitas yang keren sedang menanti anda.


9. Anda Akan Terbiasa dan Berusaha Hidup Sehat

Scuba diving membutuhkan tubuh yang sehat. Orang pilek dilarang scuba diving, jadi kita akan berusaha untuk hidup sehat, menjauhi rokok, menjauhi dunia malam yang semu, dan kesehatan merupakan harta yang paling berharga.


10. Tidak Mahal.

Scuba diving tidaklah semahal golf, balap motor, tennis, balap mobil ataupun yang lain. Dan harga perlengkapannya tidak semahal biaya rokok anda setahun. 


Jadi, scuba diving adalah olahraga yang sehat, relax, rekreasional dan sangat bermanfaat. 

Surabaya, 6 February 2015.
(C) Ferdy
Diposting pertama kali di www.ferdot.com 



10 Juni 2014

Melacak Jejak Peninggalan Tentara Jepang di Batam

Mengapa kawasan bisnis di Batam disebut Nagoya, tentu menimbulkan rasa penasaran di benak kita. Dari mana nama tersebut berasal? Kenapa namanya sama persis dengan nama sebuah kota besar di negeri Sakura? Siapakah yang memberi nama, karena nama atau istilah nagoya tidak ada sama sekali dalam kosa kata bahasa Melayu.

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Batam bersama pulau Rempang dan Galang merupakan salah satu basis pertahanan pasukan Jepang di Kepulauan Riau dan Singapura. Mereka mendirikan markas darurat dan barak di beberapa kawasan, seperti di Nongsa, Pulau Moi Moi, Tanjung Piayu Laut, Pulau Sambu, Pulau Belakang Padang, termasuk juga di kawasan pulau-pulau di selatan, seperti Pulau Rempang, Pulau Galang, Pulau Galang Baru, dan beberapa pulau kecil di sekitarnya.

Pada masa-masa itu, konon sebagian dari mereka menyusuri daerah perbukitan Batam di tempat yang sekarang menjadi pusat bisnis. Dan salah satu komandan pasukan Jepang itu menamakan daerah perbukitan tersebut Nagoya, sesuai dengan nama daerah asal sang komandan. Siapa persisnya nama komandan tentara Jepang yang memberi nama Nagoya tersebut, hingga sekarang masih belum diketahui. Namun kondisi Nagoya dulu dan sekarang telah banyak mengalami perubahan, beberapa bukit telah dipangkas dan berubah menjadi kompleks pertokoan, dan sebagian lagi menjadi mall.

Minggu lalu saya bersama Okta dan Ojie melakukan perjalanan touring ke sebuah kampung pesisir di Pulau Galang, yang menurut sejarah, merupakan salah satu basis pertahanan Jepang yang kuat. Tujuan kami adalah Kampung Pasir Merah, yang terletak di Sembulang, berjarak sekitar 35 kilometer dari Pulau Batam. Lokasi nya adalah setelah Jembatan ke IV dan sebelum Jembatan ke V.

Di Kampung Pasir Merah inilah kami menemukan apa yang disebut penduduk setempat sebagai Misesebo, yang letaknya tidak jauh dari jalan, dinaungi oleh rimbunnya pohon-pohon mangga. Misesebo adalah sebuah tugu peringatan yang didirikan oleh Rempang Friendship Association, yaitu sebuah organisasi sosial yang dibentuk oleh eks tentara Jepang yang dulunya bertugas di barak-barak darurat di Pulau Galang dan sekitarnya. Menurut plakat yang terdapat pada Tugu Jepang tersebut, tugu itu didirikan pada 23 Agustus 1981. Lebih lanjut, plakat tersebut menjelaskan bahwa sebanyak 112,708 tentara Jepang yang bermarkas di Pulau Rempang dan Galang dipulangkan ke negaranya antara tahun 1945 - 1946. Sebanyak 128 lagi meninggal. "Monumen ini dibangun oleh para kontributor yang namanya tercantum di sini, dengan harapan baik akan persahabatan antara Indonesia dan Jepang dan perdamaian dunia." , demikian lebih lanjut tertulis di plakat.




Pada plakat kedua, di bagian bawah, terdapat 21 foto para kontributor yang dulu setiap tahun mengunjungi Kampung Pasir Merah, sekedar untuk bernostalgia, mengenang masa-masa suram ketika Jepang kalah dalam Perang Dunia ke 2, dan mereka yang tinggal di barak-barak dengan fasilitas dan sanitasi seadanya, menunggu proses pemulangan ke negera mereka.

Tak jauh dari Misesebo, kami menemukan sebuah warung, dan sambil membeli minuman, kami pun bertanya-tanya kepada pemilik warung, seorang mantan guru bernama Bu Rosni. Menurut Bu Rosni, hampir setiap tahun Kampung Pasir Merah didatangi oleh orang-orang Jepang. Mereka datang bersama kerabat-kerabatnya, dan biasanya langsung berkunjung ke rumah Pak Amin Bujur. Rumah Pak Amin Bujur, yang oleh penduduk setempat biasa dipanggil Pak Long ini memang terletak bersebelahan dengan Misesebo. Menurut Bu Rosni, Pak Long banyak memiliki informasi mengenai keberadaan tentara Jepang di Pulau Rempang dan Galang menjelang berakhirnya Perang Dunia ke 2. Ketika kami menyampaikan niat untuk mengunjungi Pak Long, Bu Rosni mengatakan bahwa Pak Long hanya bisa ditemui hari Jumat, karena pada hari lainnya beliau akan ada berada di Batam, dan hanya pulang setiap hari Jumat ke Kampung Pasir Merah.


Karena tidak bisa mengunjungi Pak Long, kamipun bertanya-tanya lebih lanjut pada Bu Rosni. Informasi yang kami dapat adalah bahwa dulu memang ada barak-barak tentara Jepang tak jauh dari pantai, tapi sekarang sudah hancur. Namun petunjuk mengenai keberadaan mereka bisa dilihat dari adanya dua buah sumur, yang sekarang sudah tertutup belukar. Penduduk setempat menamakannya perigi buta. Keadannya sangat tidak terawat, dan nyaris tidak bisa lagi disebut sebagai perigi, namun menurut sejarah, kedua perigi tersebut dibuat oleh tentara Jepang sebagai bagian dari logistik mereka.

Jejak lain yang masih bisa dilihat dari bekas markas tentara Jepang adalah adanya jalan tanah setapak yang lebarnya lebih kurang 3 meter. Jalan itu masih digunakan penduduk hingga kini, sebagian diaspal dan sebagian diberi paving block. Jalan peninggalan Jepang tersebut melintasi beberapa kampung, mulai dari Kampung Camping, Kampung Pasir Merah, Kampung Hulu, Kampung Sungai Raya, Tanjung Banun hingga Kuala Buluh. Posisinya melingkar dan membentang hingga ratusan hektar, mengelilingi hampir seluruh wilayah Sembulang.




Dengan adanya jalan ini, bisa dipastikan bahwa barak mereka dulunya tersebar di beberapa titik. Dan mereka juga membangun dermaga kecil, yang bernama Takara port, yang lokasinya di Sungai Lujin. Dulu ada bangkai dua kapal Jepang di situ, yang sekarang, menurut Bu Rosni, tidak ada lagi sisanya karena dijarah oleh beberapa warga dari pulau lain.

Banyak kisah menarik yang bisa digali lebih lanjut, antara lain misteri di mana tepatnya lokasi kuburan tentara Jepang yang 128 orang itu, yang menurut penduduk setempat meninggal karena luka, penyakit kolera, dan malaria. Mayat-mayat mereka konon tidak dipulangkan ke negaranya. Juga kemungkinan adanya bunker, karena menurut riset, kebanyakan tentara Jepang yang ditempatkan di pulau-pulau mulai dari lautan Pasifik hingga Asia Tenggara, mereka menggali lubang untuk menyimpan ransum dan logistik, juga amunisi. Lubang-lubang ini terkadang cukup besar untuk didiami. Salah satu desas-desus yang beredar di antara warga setempat adalah adanya bunker Jepang di bukit Kandap, yang bentuknya seperti gunung. Bukit ini terlihat jelas pada saat kami berkunjung ke Pulau Labun untuk snorkeling dan menyelam.

Lebih lanjut, jika para eks tentara Jepang tersebut datang ke Kampung Pasir Merah untuk bernostalgia, biasanya mereka mengunjungi tempat-tempat tertentu, seperti Pantai Serangoon, Pantai Niki Sakai, juga Pulau Semukit. Nama-nama tempat yang disebut ini asing bagi kami, dan menimbulkan rasa penasaran. Pada saat ditanya di mana lokasi pantai-pantai tersebut, menurut Bu Rosni tidak jauh dari jalan masuk ke kawasan Sembulang. Menurut Bu Rosni, di Pulau Semokit kita bisa menemukan air terjun. Nah lho.

Jadi kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan melacak jejak peninggalan tentara Jepang. Target berikutnya adalah Pantai Serangoon. Namun sebelum itu, tak jauh dari Misesebo kami menemukan sebuah vihara yang terletak di atas bukit. Ternyata pemandangan dari vihara itu indah sekali, di mana pantai dan laut kelihatan dengan jelas.

Awalnya perjalanan menuju Pantai Serangoon sangatlah mudah, namun makin lama, jalan yang dilalui makin terjal dan berbatu, serta banyak lobang di sana-sini. Melintasi bukit-bukit yang curam, dan sempat kehilangan arah sebentar, kami akhirnya menemukan Pantai Serangoon, yang ternyata sangat indah. Pantai tersebut terletak di bawah bukit, di mana dari bukit tersebut pemandangannya luar biasa, dengan angin semilir yang seketika membuat lelah, lapar, dan dahaga menjadi hilang.



Pantai Serangoon tidak bisa diakses langsung dengan kendaraan roda empat. Untung kami mengendarai dua buah moge yang tahan banting, yaitu Yamaha Vixion 2009 yang telah dimodifikasi, dan Yamaha Byson 2014, dengan ban yang sesuai. Sebelumnya di perjalanan kami menemukan pengendara Kawasaki Ninja yang berbalik arah karena tidak sanggup melewati perbukitan terjal yang berbatu-batu dan sangat licin.




Di lereng bukit arah ke pantai, kami menemukan sebuah pendopo yang dibangun permanen. Kami pun beristirahat di pendopo tersebut, dan makan siang. Setelah makan siang, kantukpun menyerang, ditambah dengan angin semilir yang bertiup dari arah laut. Pemandangannya yang indah memaksa saya untuk tidak menyerah pada kantuk. Lalu sayapun turun menyusuri lereng bukit yang lumayan curam, dan berhasil ke pantai. Saya menyusuri Pantai Serangoon yang panjang dan melingkar, hingga ke kawasan yang berawa-rawa. Saya menemukan beberapa pondok rusak, joran kayu yang patah,  juga kaleng-kaleng berkarat yang kemungkinan besar dulunya adalah ransum eks tentara Jepang. Setelah puas menyusuri pantai, sayapun kembali ke arah pendopo. 

Tadinya kami bermaksud melanjutkan perjalanan untuk mencari lokasi pantai Niki Sakai dan juga Pulau Semokit. Namun berhubung hari sudah sore, kami memutuskan untuk pulang ke Batam. Begitu sampai di kediaman Okta, saya melihat odometer yang tadinya saya reset ke angka nol. Ternyata pada perjalanan ini, kami telah menempuh jarak 118 kilometer. Hmmm., not bad.

Kami akan kembali untuk mencari lokasi Pulau Semukit yang katanya ada air terjunnya, dan juga Pantai Niki Sakai.

Video mengenai touring ini bisa dilihat di sini: http://www.youtube.com/watch?v=UosmOyaVa5U