28 Mei 2010

Prince of Persia: The Sands of Time

Sebuah karakter film epik yang didasarkan dari sebuah videogame ternyata bisa mengalahkan gegap gempita film dengan karakter yang lebih mapan. Seperti komentar rekan saya, Arief Poernama, film Prince of Persia: The Sands Of Time lebih berkesan daripada Robin Hood nya Ridley Scott dan Russel Crowe. Padahal Prince of Persia diangkat dari videogame berjudul sama, sementara Robin Hood, nah, siapa yang tidak kenal dengan tokoh Robin Hood.

Saya setuju dengan Arief, yang menonton film ini lebih duluan dari saya. Dia nonton premiere, sementara saya nonton ordinary show. Petualangan Pangeran Dastan (bahasa Farsi: pahlawan) lebih penuh gegap gempita daripada petualangan terakhir Robin of Loxley. Film Prince of Persia memiliki setting fotograpi yang luar biasa, kisah sederhana yang penuh intrik, penampilan parkour (sesuai dengan gamenya) yang bikin kita menahan napas, serta bumbu-bumbu humor yang penempatannya begitu apik. Untuk sinematografi saja, film ini patut diacungi jempol. Padang pasir bisa digambarkan buas, kejam, kering kerontang, tapi di saat lain, padang pasir tersebut terlihat indah, merah, dengan semburat senja yang juga kemerahan (lihat panoramanya setelah adegan badai pasir).

Desain produksinya juga bagus, bangunan-bangunan kota, istana, dan benteng di tengah padang pasir. Entah itu CGI atau benar-benar set, pokoknya menghasilkan gambar yang sungguh enak di pandang. Ibukota kerajaan Persia, dengan pasar-pasarnya yang sibuk dan istana yang menjulang, mengingatkan saya dengan setting istana Agrabah di film animasi Aladdin.

Di balik itu semua, ternyata ada nama besar Walt Disney Pictures dan produser kawakan Jerry Bruckheimer. Jerry Bruckheimer adalah produser film-film sukses, seperti trilogi Pirates of Caribean, National Treasure, Bad Boys I dan II, Black Hawk Down, Pearl Harbor, Gone In Sixty Seconds, Armageddon, Con Air, The Rock, Beverly Hills Cop, Top Gun, dan Flashdance.

Jake Gylenhall memainkan karakter utama dengan cukup meyakinkan. Juga ada penampilan bagus aktor veteran pemeran Ghandi, Ben Kingsley, dan Alfred Molina yang terakhir kita lihat bermain sebagai Dr. Octopus di Spiderman 2. Dan, jangan lupakan daya tarik si Bond girl, Gemma Arterton yang sepertinya memang lagi naik daun. Padahal baru beberapa saat yang lalu kita melihat penampilannya sebagai Io di film Clash of the Titans.

Untuk sebuah film yang diangkat dari videogame, Prince of Persia: The Sands of Time melebihi ekspektasi saya.

Baca selengkapnya di www.ferdy.mirrorz.com

19 Mei 2010

Robin Hood

Pertama, jangan ajak anak-anak menonton film ini, film ini untuk dewasa. Kalau kita biasanya mengajak anak-anak kita nonton film selain agar mereka 'having fun'sekaligus juga memperoleh pengajaran, film ini takkan memberikan itu. Kisah Robin Hood dan the Merry Men yang bertualang di hutan sebagaimana yang digambarkan dalam syair-syair dan balada dan adaptasi film-film sebelumnya, mendapatkan bentuk lain di film ini.

Penggambaran karakter Robin Hood dalam film ini untuk konsumsi dewasa. Ridley Scott adalah sutradara yang dikenal bisa menghidupkan sejarah atau fiksi berlatar belakang sejarah dengan dukungan riset yang mendalam. Ingat film Gladiator (yang juga dibintangi Russel Crowe) yang menjadi hits box office di awal 2000-an.  Dalam film Robin Hood versi baru ini, abad pertengahan di Eropa digambarkan kelam, kelabu, kotor, jorok. Bahkan tidak ada warna warni di istana Buckingham, juga di kastil milik Lord Loxley di Nottingham. Pertempuran dan perkelahiannya digambarkan brutal, walaupun tidak sebrutal film Gladiator.


Ibarat film Batman Begins dan Casino Royale, film Robin Hood adalah film reboot atau restart, yang mengulang kembali asal muasal petualangannya, jauh sebelum dia dan 'the merry men' berdiam di hutan Sherwood dan merampok dari yang kaya dan membagi-bagi hasil rampokan ke rakyat miskin. Penduduk Inggris pada jaman itu, mulai dari kaum bangsawan hingga petani, dicekik oleh pajak tinggi untuk membiayai peperangan Raja Richard The Lion Heart di Perancis. Dan pajak serta upeti semakin tinggi paska gugurnya Raja Richard, yang digantikan oleh adiknya Raja John. Soal pajak dan upeti inilah yang kelak menjadi permasalahan utama dalam petualangan Robin Hood. Tapi film ini berfokus pada usaha Robin Hood dan kawan-kawan dalam mempertahankan Inggris dari serangan Perancis.

Banyak perbedaan dengan kisah Robin Hood yang pernah kita baca dan tonton. Pertemuan Robin Hood dengan si raksasa Little John misalnya, yang secara tradisional terjadi di tepi air terjun atau di titian sungai, di film ini mereka bertemu dalam pasukan. Dan banyak lagi perbedaan lain.

Sayangnya, film ini minus theme song. Tidak ada soundtrack seperti film pendahulunya, Robin Hood: Prince of Thieves yang dibintangi Kevin Costner. Lagu dan film Robin Hood versi Costner menjadi hits di awal 90-an dan filmnya menduduki puncak box office selama beberapa bulan. Film Robin Hood versi Ridley Scott dan Russel Crowe kali ini bahkan tidak mampu menggeser posisi Iron Man 2 di puncak tangga box office.

Yang aneh, penampilan Russel Crowe sebagai Robin Hood tidak ada bedanya dengan penampilan Russel Crowe sebagai Jenderal Maximus di film Gladiator. Film ini tidak begitu meninggalkan kesan. Penonton mungkin akan begitu mudah melupakan bahwa di tahun 2010 ada film Robin Hood.