25 September 2016

Reuni



Reuni ialah merajut kembali
benang-benang memori
menyusun kenangan 
merangkai silaturahmi
dalam suka dan duka
aroma bakso, bakwan dan bunga

aku mengingat dalam ribuan hari
tentang langkah-langkah kecil
menuju kelas
langkah-langkah bergegas
ketika terlambat
pe-er yang tak kunjung selesai
dan merdunya lonceng pulang

reuni adalah jalinan memori
tentang sekolah, guru, sahabat,
dan canda tawa

reuni adalah rambahan ingatan
tentang arti tulus seorang guru
yang selalu mengukir senyum
dalam benak bebal kita
menebar sabar pada beban hari kita

reuni memberi kita ruang
untuk ucapan sukur dalam doa-doa hening
untuk kita saling mengingat
saling menguatkan
dan saling mendoakan

reuni adalah tentang sekolah,
kelas, guru, sahabat, mereka, kita
aku dan kamu

(Jakarta, 25 September 2016)
Ferdiansyah

Tulisan lain : Radio | Jiydref | Menunggu Godot  | Boya

21 September 2016

10 Alasan Saya Menyukai Piringan Hitam

Di saat orang lain senang mendengar musik digital berformat CD audio maupun mp3, kenapa saya beralih ke sistem audio jadul berbentuk piringan hitam, atau disebut juga vinyl, atau flat, atau record? Bahkan, juga penjualan CD yang kualitas dan efektifitasnya “lebih baik” saja sudah sangat menurun. CD atau Mp3 juga lebih memuat banyak lagu, lebih gampang dibawa kemana-kemana ketimbang vinyl yang ribet. Tapi kenapa saya toh kembali ke sistem audio jadul yang telah lama ditinggalkan orang? Musik digital gampang didapat, bisa gratis mendownload di internet, kenapa saya harus bersusah payah memakai turntable dan piringan hitam/vinyl? Inilah 10 alasannya. 



  • 1. Suaranya Lebih Alami
Percaya atau tidak, piringan hitam memberikan kualitas suara yang lebih ‘real’ dan alami. Karena proses rekamannya yang dilakukan secara analog. Media musik yang direkam secara analog akan terdengar lebih alami karena telinga kita bekerja secara analog juga. Berbeda dengan CD yang tidak merekam gelombang suara. CD hanya merekam data digital berupa angka binary; 0 dan 1. Angka-angka ini akan merepresentasikan frekuensi, tetapi bukan merupakan frekuensi yang sebenarnya. Sama halnya seperti kamu bermain permainan bongkar pasang semacam Lego. Kamu bisa membuat bentuk yang menyerupai apa saja, tetapi tidak akan pernah bisa mirip banget dengan aslinya. Vinyl memang tidak lebih jernih dari CD, tapi suaranya terasa lebih natural. Saya seorang audiophile yang merasa nyaman mendengarkan musik analog yang alami, 

Image result for natural analog wave vinyl
Perbandingan gelombang suara original, analog, dan digital

  • 2. Nostalgia
Piringan hitam atau vinyl mewakili masa lalu. Dan sudah menjadi takdir bahwa manusia selalu merindukan masa lalu. Ingin kembali ke saat-saat indah ketika kita masih kecil, kenangan sekilas masa lalu, dan sebagainya. Dengan kualitas suara vinyl yang terkesan jadul, turntable yang memutar vinyl seolah-olah menjelma menjadi mesin waktu yang membawa kita ke masa lalu. Jadi menikmati musiknya lebih dihayati dan berkualitas banget. Karena selain kuping dimanjakan dengan suara yang penuh karakter, pikiran dan perasaan juga. Anda akan mengerti jika Anda mendengarkan langsung suara piringan hitam.
  • 3. Koleksi
Setiap orang mengkoleksi sesuatu sebagai hobby, ada yang mengkoleksi perangko, ada yang mengkoleksi pokemon, dan lain-lain. Setiap barang koleksi, terutama yang jadul pasti punya nilai ekonomis yang tinggi. Meskipun rekaman-rekaman musik terbaru juga masih dirilis dalam bentuk piringan hitam, rekaman jaman dulu lah yang paling diburu orang karena langka. 
  • 4. Nilai Seni
Selain kualitas suaranya, desain jacket (cover) dari rekaman vinyl juga sangat unik. Karena itulah tak jarang orang membeli vinyl hanya karena bentuk desain covernya yang keren. Amat sangat cocok untuk dekorasi ruangan di cafe, atau di rumah. Tak cuma covernya, kadang vinyl yang rusak pun masih dibeli orang untuk dipakai hiasan. Selain ituw, vinyl memiliki nilai estetika yang tinggi dibandingkan CD player yang digital namun tidak berkarakter. Oh iya, sekarang piringan hitam juga tidak melulu berwarna hitam, bisa saja warnanya putih, biru, warna-warni, bahkan transparan. Makin cantik kan?

Image result for colorful vinyl records

  • 5. Berpengaruh ke Otak
Konon katanya vibrasi dari rekaman vinyl sangat cocok dengan gelombang di otak. Hal ini terjadi karena Vinyl direkam secara analog yang kebetulan cocok pula dengan fungsi kerja tubuh kita seperti telinga dan otak yang analog juga. Persamaan gelombang ini menimbulkan rasa nyaman tersendiri yang hanya bisa dirasakan oleh pendengar Vinyl. Kalau mau membuktikan, coba deh dengerin lagu lewat piringan hitam beneran.

Image result for brain wave

  • 6. Mendukung Hak Cipta
Dengan adanya internet, dunia musik memang terkena imbasnya. Penjualan CD sangat menurun. Banyak artis yang merugi karena karyanya tidak lagi dibeli orang padahal mereka harus mengeluarkan uang untuk rekaman, latihan, produksi, dan lain-lain. Banyak toko musik CD yang tutup karena orang tidak lagi membeli musik, tapi mendownloadnya dengan gratis di internet, baik dalam bentuk video maupun mp3. Sekarang artis-artis dan musisi, terutama di Indonesia, jualan CD hasil karya cipta mereka lewat KFC, SPBU, dan minimarket, bahkan sering digabung menjadi paket makanan, kasihan ya, padahal karya cipta itu membutuhkan bakat, kerja keras dan kejeniusan tersendiri. Beberapa waktu belakangan ini ada sebuah gerakan yang mengajak orang untuk “kembali ke toko rekaman”. Intinya mengajak anak-anak muda untuk membeli karya musisi berupa CD, kaset, atau vinyl. Dan mudah ditebak, vinyl lah primadonanya. Membeli musik di toko rekaman baik offline maupun online dan mendengarkannya di rumah membuat kita merasakan sesuatu yang bernilai, sekaligus menghargai hak cipta dan kekayaan intelektual.

  • 7. Bisa Diputar Terbalik
Secara manual, vinyl bisa diputar terbalik, sehingga kita bisa mendengarkan piringan hitam yang direkam secara backmasking. Backmasking adalah fenomena di tahun 1970-an di mana group-group papan atas menyelipkan pesan-pesan dalam bentuk lagu atau kata-kata jika audionya diputar secara backward, terkadang kita bisa mendengar hal-hal yang unik bahkan seram, dan bahkan bikin merinding.

  • 8. Makin Gampang Dicari
Berbeda dengan beberapa waktu yang lalu, dengan adanya toko-toko online, piringan hitam collectible yang jadul-jadul makin gampang dicari. Buka saja Tokopedia, Bukalapak, OLX dan sebagainya, Anda akan menemukan ada saja yang menjual piringan hitam. Tentu saja, makin legendaris artis atau group band nya, akan makin mahal harganya. Tapi biayanya tetap lebih murah daripada biaya merokok. 

  • 9. Speed Control dan Pitch Control
Selain bisa diputar terbalik, pemutar piringan hitam (turntable) bisa diatur kecepatannya; bisa 16 2/3 rpm (round per minute), 33 1/3 rpm, 45 rpm dan 78 rpm. Piringan hitam bisa diputar di kedua sisinya, dan memiliki ukuran diameter yang variatif, misalnya 7", 10" dan 12". Selain itu turntable juga memiliki pitch control untuk mengatur tempo dalam hitungan BPM (beat per minute).

  • 10. Turntable Bisa Disambung ke Speaker Aktif
Image result for new turntable

Sekarang sudah diproduksi turntable-turntable baru yang portable berbentuk koper, sehingga bisa dibawa ke mana-mana. Juga konektifitasnya semakin baik karena bisa langsung disambung dengan speaker aktif tanpa harus ribet memakai amplifier dan sound system. 

Nah, tertarik untuk juga mengkoleksi piringan hitam? Coba dengar dulu suaranya secara langsung, dan putuskan.