21 Januari 2010

Oedipus Rex

Kisah Oedipus adalah tragedi. Ia melakukan perjalanan panjang menjauhi takdir, mengembara jauh melintasi perbatasan, tapi takdir jua yang ditemuinya. Tragedi tak berkesudahan Oedipus sangat mirip dengan kisah Sangkuriang. Pada akhirnya keduanya membunuh ayah kandung dan menikahi ibunya sendiri.

Raja Thebes, Lauis dan permaisurinya Jocasta sudah lama menikah dan tidak memiliki anak. Keduanya lalu menghadap orakel (peramal) di Delphi untuk meminta petunjuk. sang Orakel meramalkan jika Laius memiliki anak laki-laki, anak tersebut akan membunuhnya dan menikahi Jocasta. Ketika pada akhirnya Jocasta melahirkan anak laki-laki, Laius melukai kaki anak tersebut dan membuang si anak ke rimba belantara agar si anak mati dimangsa hewan buas dan ramalan tersebut tidak terpenuhi. Seorang gembala menemukan anak tersebut dan memberikannya ke penggembala istana dari Corinthus. Anak itu kemudian diberinama Oedipus (kaki yang luka), dan dibawa ke istana Corinthus. Oedipus kemudian diangkat anak oleh raja Polybus dan istrinya Merope, yang memang tidak memiliki anak.

Ketika beranjak dewasa Oedipus mendengar desas-desus mengenai ramalannya. Iapun menemui orakel Delphi dan menanyakan hal tersebut. Sang Orakel mengatakan bahwa Oedipus suatu saat akan membunuh ayahnya dan menikahi ibunya sendiri. Gundah akan dosa besar jika ramalan terjadi, Oedipus pun melarikan diri dari Corinthus dan mengembara, hingga akhirnya ia sampai ke persimpangan Davlia, dekat perbatasan Thebes. Di situ dia bertengkar dan berebut jalan dengan seorang bangsawan tua yang menaiki kereta. Oedipus tak sengaja membunuh bangsawan tua tersebut. Orang itu tak lain adalah Laius, Raja Thebes, ayahnya sendiri.
Tentu saja Oedipus tidak menyadari hal tersebut. Ia bahkan tidak tahu identitas orang yang dibunuhnya.

Image result for oedipus the hero

Oedipus melanjutkan perjalanannya. Ia berhadapan dengan Sphinx, yang selalu menghentikan siapapun yang bepergian ke Thebes. Sphinx selalu memberikan teka-teki, jika terjawab dengan benar bisa tetap hidup dan memasuki Thebes. Sphinx akan memakan hidup-hidup siapa saja yang tidak bisa menjawab teka-tekinya. Teka-tekinya : "Siapa yang berjalan dengan 4 kaki di pagi hari, dua kaki di siang hari dan tiga kaki di malam hari?" Oedipus menjawab : "Manusia, sebagai bayi ia merangkak, pada saat dewasa ia berjalan dengan dua kaki, dan pada masa tua ia berjalan dibantu tongkat." Oedipus adalah orang pertama yang bisa menjawab teka-teki tersebut dengan benar. Mendengar jawaban Oedipus, Sphinx merasa terkejut lalu tewas bunuh diri dengan meloncat dari tebing yang tinggi.

Peristiwa tewasnya Sphinx disambut dengan rasa sukur oleh rakyat Thebes dan Oedipus dialu-alukan sebagai pahlawan. Ia dibawa ke istana untuk dinobatkan menjadi raja dan menikahi ratu Jocasta yang telah menjadi janda. Mereka berdua dikaruniai 2 putra: Polynices dan Eteocles, dan 2 putri: Antigone dan Isemene. Hingga saat itu Oedipus masih belum sadar telah menikahi ibu kandungnya sendiri.

Tak lama setelah Oedipus menjadi raja, wabah aneh melanda negeri Thebes. Ladang dan tanaman tak pernah bisa tumbuh dan dipanen, ibu-ibu tidak bisa hamil dan melahirkan. Sebagai raja, Oedipus bersumpah untuk menghentikan wabah tersebut. Ia mengutus Creon, adik Jocasta, untuk menghadap orakel Delphi meminta petunjuk. Orakel mengatakan bahwa "tidak akan selamat rakyat sebuah negara jika dipimpin oleh seorang yang penuh dengan dosa, dan bencana akan datang silih berganti tiada henti"

Selain itu Orakelpun menyampaikan pesan lewat Creon dan Tiresias.

Orakel berpesan agar pembunuh raja Laius ditemukan dan dibunuh atau diusir. Oedipus pun menyuruh Tiresias untuk mencari tahu siapa pembunuh raja Laius. Tiresias mengingatkan agar jangan dicari siapa pembunuh Laius. Dalam situasi yang genting, Tiresias akhirnya membuka rahasia kata-kata Orakel dan mengatakan kemungkinan besar Oedipus lah yang telah membunuh Raja Laius. Bahwa Oedipus hidup dalam kenistaan karena tidak tahu siapa orangtuanya yang sejati. Oedipus menyalahkan Creon atas kata-kata Tiresias, dan keduanya bertengkar hebat hingga ingin membunuh satu sama lain. Jocasta menengahi dan menyabarkan Oedipus, dan menceritakan ciri-ciri Laius. Oedipuspun gundah karena ia mulai percaya bahwa dia sendirilah yang telah membunuh Laius dan karenanya mendatangkan bencana dan wabah.

Lalu, bagai petir di siang bolong, datang pembawa pesan dari Corinthis menyampaikan kabar bahwa Raja Polybus telah meninggal karena penyakit dan rakyat Corinthus ingin agar Oedipus pulang dan naik tahta. Oedipuspun teringat akan ramalan bahwa ia akan membunuh ayahnya sendiri, sadar bahwa Polybus telah meninggal dengan wajar, berarti Polybus memang bukan ayah kandungnya.
Jocastapun sadar dengan tragedi yang menyakitkan ini. Ia telah menikahi anak kandungnya sendiri, yang juga telah membunuh suaminya. Dengan hati yang pedih dan hancur, Oedipus pun menyadari hal ini dan mengutuk dirinya. Oedipus kemudian menemukan Jocasta yang telah tewas gantung diri. Dengan menggunakan tusuk konde dari Jocasta, Oedipus melukai kedua matanya sendiri hingga buta.
Image result for oedipus the hero
Oedipus memohon pada Creon agar menjaga putri-putrinya karena ia tidak ingin lagi menjadi raja, Oedipus hanya ingin mengembara sambil menyesali dosa-dosanya. Putrinya, Antigone, membimbingnya dalam pengembaraan hingga akhirnya Oedipus meninggal di Colonus, dalam perlindungan kerajaan Athena yang diperintah oleh raja Theseus.

Tragedi Oedipus berasal dari naskah-naskah yang ditulis sekitar abad ke 5 Sebelum Masehi. Naskah yang lebih lengkap ditulis oleh dramawan Yunani Sophocles. Sophocles menulis tragedi yang melingkupi Oedipus dalam 3 naskah, yakni Oedipus Rex (Oedipus Sang Raja), Oedipus Di Colonus, dan Kisah Antigone.

Dramawan WS Rendra dengan Bengkel Teater nya pernah mementaskan ketiga naskah Sophocles itu. Ada yang berujar, sebuah teater belumlah lengkap dan mumpuni jika belum pernah mementaskan Oedipus.

Sigmund Freud menggunakan istilah Oedipus Complex untuk menjelaskan gangguan kejiwaan manakala seorang laki-laki sangat mencintai ibunya dan tidak mau berpisah dengan ibunya bahkan setelah ia menikah dengan wanita lain. Pada kondisi yang ekstrim, 'anak mami' tersebut bahkan menganggap ayahnya sendiri sebagai musuh.

"...Dan bila kau sentuh pelipisku, dan kau usap daguku
Akan kau dapati parasku, pada paras anak lelakimu
Yang tak lagi mengenalmu sebagai ibu yang kudus
Tapi mengenalmu sebagai rahim dunia
Tempat kebaikan dan kejahatan, berawal dan berakhir

Kini dengan segenap kegilaan, kita terima segala kutukan
Mataku yang terbakar membuta
Dan hatimu yang berapi menghancur di hatiku."

Baca selengkapnya di www.ferdot.com

Tulisan lain: 10 Alasan Saya Menyukai Piringan Hitam | Reuni | Radio 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar