20 Maret 2023

BECAK IKLAN BIOSKOP


Ini adalah sebuah becak, yang sekitar pukul 4 sore berkeliling di jalan-jalan utama kota Tembilahan, sambil mengiklankan film bioskop yang akan tayang malam itu. Becak ini dilengkapi dengan toa, ada orang di dalam becak sambil cuap-cuap mengumumkan judul film, sinopsis, dan bintang-bintang utama dari film yang diiklankan. 

Di foto ini kebetulan becak tersebut sedang mengiklankan film klasik Arnold Schwarzenegger dan James Belushi, yang berjudul Red Heat sekitaran tahun 1989.

Iklan keliling seperti ini digunakan oleh Bioskop Indra, bioskop theater yang dulu ada di Jalan Jenderal Sudirman di Tembilahan. (Kira-kira letaknya di samping Plaza Gemilang, dulu hanya disebut "Pasar Bertingkat"). Ada satu lagi bioskop misbar di daerah Tembilahan Hulu yang dikelola oleh angkatan darat, namanya Bioskop Taman Hiburan Kartika. 

Bioskop Indra sendiri memiliki layar lebar yang mengesankan, dan sound systemnya juga lumayan. Ada 3 kelas tiket kalau tidak salah, yaitu kelas kambing (lantai bawah paling depan dengan kursi kayu), lalu kelas loge seat (dari bahasa Belanda, dibaca 'lose', dengan kursi  lumayan empuk) di arah belakang, lalu kelas paling mahal yaitu balkon, terletak di lantai dua.

Harga tiketnya pada zaman itu adalah berkisar antara Rp250,- hingga Rp700,- , tergantung kepopuleran film yang diputar. Jaman itu kebetulan memang jamannya film one man hero dengan aktor yang berotot, sehingga film-filmnya Arnold Schwarzenegger, Sylvester Stallone, Jean Claude Van Damme, Dolph Lundgrend, Barry Prima, George Rudy menjadi sangat populer dan tiketnya dijual semahal mungkin. Film-film genre silat semacam Jaka Sembung dan Si Buta Dari Goa Hantu juga sangat populer waktu itu. Juga film-filmnya Chen Lung, alias Jacky Chan yang berantemnya lucu kalo lagi mabok nenggak arak satu kendi. 

Di sekitaran bioksop ada tukang catut. Tukang catut ini kerjaannya memborong tiket banyak-banyak, lalu dijual dengan harga lebih mahal kepada orang-orang yang kebelet nonton, namun kehabisan tiket ataupun kehabisan seat yang diinginkan. Di sekitar bioskop juga marak pedagang asongan yang menjual kacang goreng, kacang asin, tisu cologne, dan permen pagoda pastilles. 

Meskipun pada masa itu rental kaset video dengan format Betamax sudah mulai marak, namun orang tetap datang ke bioskop. Karena gambar dan suaranya lebih bagus, dan film-film baru belum ada kaset videonya. Lagian mutu gambar dan suara di kaset-kaset Betamax tidak begitu bagus seperti DVD dan Bluray sekarang, gambarnya sekelas VGA dan dialognya sering tidak sinkron. Orangnya sudah mengatupkan mulut tapi dialognya masih terdengar.  Baru pada jaman munculnya laser disc dan kemudian diikuti oleh VCD, bioskop-bioskop tunggal mulai bangkrut dan tutup. Yang bertahan adalah franchisenya Studio 21.

Nah, jaman itu pada jam 4 sore di Kota Tembilahan, akan ada iklan bioskop keliling, dan juga akan ada seseorang membawa nampan di atas kepala, berkeliling kota sambil meneriakkan nama-nama kue seperti amparan tatak, paparik, kue lapis, dan lain-lain. Siapakah itu? Al Fatihah buat beliau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar