Sudah terlalu banyak bencong-bencong bergentayangan di stasiun TV. Show-show dengan rating tinggi selalu menampilkan tokoh yang kebanci-bancian, atau banci asli, atau bencong kaleng. Mungkin para produsernya menganggap acara tersebut tidak akan laku kalau tidak ada bencongnya. Makhluk jadi-jadian sejenis Ivan Gunawan dkk laris manis, tidak saja di reality show, juga di iklan-iklan. Sekarang seolah-olah banci atau bencong adalah idola yang mampu menarik minat penonton, dan menaikkan rating.
Bayangkan anak atau adik kita yang masih sehat dan jelas jenis kelaminnya, karena terlalu seringnya nonton reality show di Indosiar, tiba-tiba mengidolakan Ivan Gunawan, dan kalau sudah besar pengen jadi seperti Ivan Gunawan. Mau?
Kehadiran para banci, gay, dan para bencong kaleng di TV dapat berdampak buruk bagi anak-anak yang menontonnya. Seharusnya mereka didampingi orangtua pada saat menonton, dan orangtua memberikan penjelasan. Tapi selalu ada kemungkinan mereka nonton pada saat orangtua tidak di tempat. Sementara di stasiun-stasiun TV swasta kita begitu banyak para banci bertaburan. Saya heran, seharusnya Komisi Penyiaran Indonesia mengambil tindakan atas hal ini. Singkirkan para gay, banci, bencong, dan bencong kaleng dari layar TV.
Saya bukan jenis orang yang diskriminatif, saya juga punya teman gay, dan kenal juga dengan bencong, tapi kehadiran mereka di TV sudah melewati porsi yang wajar.
Mungkin memang inilah trend di negara kita. Masing ingat dengan Ambalat dan Sipadan-Ligitan? Dengan mudahnya Malaysia mencaplok pulau-pulau tersebut tanpa adanya hambatan berarti dari negara kita. Tidak ada perjuangan berarti dari pemerintah kita untuk mempertahankan kawasan yang penuh dengan minyak dan gas alam tersebut. Dan pada saat wasit karate Indonesia yang tidak bersalah dipukuli oleh pihak berwenang Malaysia, tidak ada respon yang berarti dari negara kita, padahal jelas-jelas itu penistaan, karena itu adalah tim kontingen yang membawa nama negara. Tidak ada pengusiran diplomat Malaysia dari Indonesia, tidak ada kasus persona non grata seperti yang selayaknya terjadi dalam dunia diplomasi. Tidak ada kata maaf resmi dari pemerintah Malaysia. Dalam kasus lain, kita melihat, alangkah tunduknya pemerintahan kita terhadap kebijakan-kebijakan dan tekanan negara lain. Politik luar negeri Indonesia adalah politik banci.
Semoga negara kita tidak terperosok menjadi negara para banci.
Main site: www.ferdiansyah.com
Bayangkan anak atau adik kita yang masih sehat dan jelas jenis kelaminnya, karena terlalu seringnya nonton reality show di Indosiar, tiba-tiba mengidolakan Ivan Gunawan, dan kalau sudah besar pengen jadi seperti Ivan Gunawan. Mau?
Kehadiran para banci, gay, dan para bencong kaleng di TV dapat berdampak buruk bagi anak-anak yang menontonnya. Seharusnya mereka didampingi orangtua pada saat menonton, dan orangtua memberikan penjelasan. Tapi selalu ada kemungkinan mereka nonton pada saat orangtua tidak di tempat. Sementara di stasiun-stasiun TV swasta kita begitu banyak para banci bertaburan. Saya heran, seharusnya Komisi Penyiaran Indonesia mengambil tindakan atas hal ini. Singkirkan para gay, banci, bencong, dan bencong kaleng dari layar TV.
Saya bukan jenis orang yang diskriminatif, saya juga punya teman gay, dan kenal juga dengan bencong, tapi kehadiran mereka di TV sudah melewati porsi yang wajar.
Mungkin memang inilah trend di negara kita. Masing ingat dengan Ambalat dan Sipadan-Ligitan? Dengan mudahnya Malaysia mencaplok pulau-pulau tersebut tanpa adanya hambatan berarti dari negara kita. Tidak ada perjuangan berarti dari pemerintah kita untuk mempertahankan kawasan yang penuh dengan minyak dan gas alam tersebut. Dan pada saat wasit karate Indonesia yang tidak bersalah dipukuli oleh pihak berwenang Malaysia, tidak ada respon yang berarti dari negara kita, padahal jelas-jelas itu penistaan, karena itu adalah tim kontingen yang membawa nama negara. Tidak ada pengusiran diplomat Malaysia dari Indonesia, tidak ada kasus persona non grata seperti yang selayaknya terjadi dalam dunia diplomasi. Tidak ada kata maaf resmi dari pemerintah Malaysia. Dalam kasus lain, kita melihat, alangkah tunduknya pemerintahan kita terhadap kebijakan-kebijakan dan tekanan negara lain. Politik luar negeri Indonesia adalah politik banci.
Semoga negara kita tidak terperosok menjadi negara para banci.
Main site: www.ferdiansyah.com
mudah mudahan para penguasa sadar.... sebelum banci banci bangsat ini mempengaruhi bangsa ini
BalasHapussame point of view here... salute
BalasHapus