16 Agustus 2008

Si Bangsat Haram Jadah

Di setiap lingkungan kerja, pasti ada satu orang yang ingin kita beri label si bangsat haram jadah. Inilah jenis orang yang kerjanya paling sedikit, tetapi dapat penghargaan paling banyak. Skillnya sedikit, tapi gajinya paling besar. Pada saat rekan-rekan lain mendapat makian, dia mendapat pujian. Dan entah kenapa, walaupun semua orang tau kerjanya nggak pernah beres, tapi karirnya selalu menanjak. Inilah orang yang berdiri dan menjulang dengan memijak kepala orang lain. Ciri-ciri lain, orang ini selalu menilai diri sendiri terlalu tinggi.

Selalu ada si bangsat haram jadah seperti ini dalam lingkungan kerja kita.

Juga ada jenis bangsat haram jadah yang lain. Jenis ini tidak selalu kelihatan, hanya bisa terdeteksi oleh orang-orang yang peka. Jenis ini biasanya banyak ngomongnya, dan mati-matian berusaha (kelihatan) ramah pada orang lain. Tegur sana, tegur sini, tapi coba perhatikan wajahnya, sama sekali tidak ada ketulusan di situ. Dia berbuat demikian hanya untuk memberikan kesan. Dan kadang-kadang, untuk membuat orang yakin betapa berkualitasnya dia,terlontarlah omongan-omongan klise seperti, :".. sejak kecil saya sudah diajarkan supaya seperti padi, makin berisi makin.....bla.. bla.. bla.." Maksudnya mau bilang bahwa dia sudah tinggi tingkatan keinsanan dan ilmunya (boro boro, baca laporan statistik aja ora mudeng). Lah, mana ada orang yang betul-betul punya ilmu padi ngaku-ngaku punya ilmu padi? Terus ungkapan klise lain, ".. sejak kecil kita sudah diajarkan untuk bersikap ramah, apalagi kita orang Indonesia...bla.. bla.. bla.." Pokoknya miriplah dengan ungkapan-ungkapan klise pemimpin Indonesia jadul, atau ungkapan-ungkapan klisenya Rhoma Irama yang hipokrit itu. Lah, kalau mau dicermati, mana ada orang ramah mengaku-ngaku ramah. Apalagi kalau ramahnya terkesan dibuat-buat. Membungkukkan kepala berlebih-lebih seperti mantan penjajah dari Jepun. Jadinya malah mirip ketoprak. Atau boneka kecil yang mengangguk-angguk yang suka ada di dashboard angkutan umum.

Karena seringnya muncul klise-klise seperti inilah, ditambah keramahtamahan yang dibuat-buat, plus banyak omong, rasanya peribahasa klasik tong kosong nyaring bunyinya sungguh terasa pas.

Nah, jenis inilah, yang kepada siapa tadinya kita mungkin menaruh respek, sekarang derajat respeknya itu udah nyungsep ke titik nol. Zero Respect. Alangkah sayangnya.

Mau diapakan ke dua jenis bangsat haram jadah seperti ini? Jangan diapa-apakan, biarkan saja. Hidup ini tidak lengkap tanpa kehadiran orang-orang seperti itu. Lingkungan kerja jadi serasa dinamis dan menantang karenanya. Dalam hati kita menebak-nebak, dagelan apa lagi yang kita hadapi hari ini dari si bangsat itu. Anggaplah ini bagian dari acara menonton film. Dan kedua jenis bangsat haram jadah inilah tokoh utamanya. Kita penontonnya. Dengan demikian, jika biasanya kita keki, sekarang malah terhibur. Lumayan kan, hiburan gratis, di tengah naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok. Yang tadinya kita cemberut karena ulahnya, sekarang kita bisa tersenyum. Mudah-mudahan kitapun jadi awet muda.

Tidak semua hal harus dipandang negatif, karena hal yang jelek sekalipun tetap ada nilai positifnya, termasuklah para bangsat haram jadah tersebut.

Artikel Terkait: Ompong | Hypnerotomachia Poliphili | Jambul | Ada Apa Dengan Kentut?

Main site : www.ferdiansyah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar