"Kopi Luwak... The rarest beverage in the world," demikian kata Jack Nicholson dalam film The Bucket List. Kopi luwak memang minuman yang paling langka di dunia, dan karenanya merupakan kopi paling mahal. Harganya antara US$120 hingga US$600 per pon (1 pon/pound=0,45kg). Setiap tahunnya, hanya sekitar 1000 pon (450 kg) yang diproduksi, biasanya diekspor ke Amerika dan Jepang. Tentu saja kopi luwak harus dibedakan dengan Kopi Tjap Luwak, karena Kopi Tjap Luwak adalah kopi biasa yang menggunakan merk dagang Tjap Luwak.
Kopi luwak menjadi istimewa karena prosesnya yang unik. Kopinya sendiri berasal dari biji kopi biasa, yang tumbuh di hutan-hutan pedalaman Sumatera. Biji kopi mentah yang masih merah ini kemudian dimakan oleh luwak (asian palm chivet, Paradoxurus hermaphroditus), hewan peloncat yang selain menelan kopi juga memakan serangga, mamalia kecil, reptil kecil, telur dan sarang burung, dan buah-buahan lainnya. Perut luwak tidak bisa mencerna biji kopi mentah tersebut, hingga biji kopi itu, setelah terfermentasi dalam perut luwak, akan dikeluarkan lagi bersama kotoran luwak. Enzim tertentu dalam pencernaan luwak punya andil dalam proses fermentasi ajaib ini, memberikan rasa khas kepada biji kopi tersebut yang kemudian dikumpulkan oleh orang kampung untuk dijual kepada penadah. Kopi inilah yang kemudian diolah, dikemas dan dipasarkan ke luar negeri. Kopi ini menjadi langka karena jumlah luwak saat ini sudah jauh berkurang, karena hewan ini banyak diburu dan dibunuh petani. Apalagi sebagian orang percaya bahwa daging luwak dapat menyembuhkan penyakit.
Tentu saja, karena mahal dan langkanya, hanya orang-orang kaya dan penikmat kopi serius yang sanggup membeli kopi luwak, termasuk Edward Cole, tokoh yang diperankan dengan sangat bagus oleh Jack Nicholson. Edward Cole adalah miliuner yang memiliki jaringan rumah sakit besar di Amerika. Rumah sakit-rumah sakit milik Cole tidak menyediakan kamar pasien yang terdiri atas 1 ranjang. Cole menginginkan jumlah pasien sebanyak-banyaknya, jadi kamar-kamar VIP sekalipun memiliki 2 ranjang pasien. Dan peraturan ini tidak boleh dilanggar karena Cole adalah pengusaha yang teguh menjalankan prinsip. Hingga suatu hari Cole jatuh sakit, dia didiagnosis mengidap kanker serius. Tentu saja Edward Cole kemudian dirawat di salah satu rumah sakitnya sendiri, di kamar dengan dua ranjang. Cole berbagi kamar dengan Carter Chambers, pria kulit hitam dari kelas pekerja yang juga menderita kanker. Mau tak mau, Cole bersahabat dengan Chambers (Morgan Freeman).
Ketika dokter memvonis hidup mereka berdua tinggal beberapa bulan lagi, Chambers menulis sebuah what-to-do list, yang disebut The Bucket List, yaitu daftar hal-hal yang ingin dilakukan sebelum maut menjemput. Cole yang terkesan dengan kepribadian Chambers mengajak Chambers keluar dari rumah sakit dan melakukan hal-hal yang selama ini ia impikan, dari daftar bucket list tadi. Daftar bucket list tersebut berisi keinginan untuk: menyaksikan hal yang paling menakjubkan di dunia, menolong orang asing, mengemudi mobil Shelby Cobra, sky diving, mencium gadis paling cantik di dunia, memiliki tattoo, dan lain-lain. Pada akhir film, semua daftar dalam bucket list berhasil dilakukan.
The Bucket List adalah film yang sangat menyentuh, dengan penjiwaan dan akting yang kuat dari Jack Nicholson dan Morgan Freeman. Nicholson memberikan penampilan terbaik yang sangat menyentuh. Karakter Edward Cole memberi kesan lucu, sedih, keras kepala, marah, tak kenal takut dan bersuara lantang. Freeman tidak kalah menawan aktingnya. Karakter Carter Chambers memberi kesan cerdas, cool, romantis, lucu, dan emosional. Menonton The Bucket List adalah menonton pameran kekuatan akting yang matang dan menawan, didukung oleh skenario apik, dialog yang berisi dan cerdas plus lucu. Ditambah lagi dengan alur cerita yang sangat bagus. Wish list untuk 'mencium gadis paling cantik di dunia' diterjemahkan dengan sangat indah dan mengharukan, sama sekali tidak seperti yang saya pikirkan sebelumnya (mencium Luna Maya, misalnya, atau Nicole Kidman).
Jika ingin menonton film drama kelas satu, The Bucket List lah salah satu pilihannya.
Artikel Terkait: Phitecollobium Jiringa | The Hunt For Mus Musculus | Six Degrees Of Separation
Main site: www.ferdiansyah.com
Kopi luwak menjadi istimewa karena prosesnya yang unik. Kopinya sendiri berasal dari biji kopi biasa, yang tumbuh di hutan-hutan pedalaman Sumatera. Biji kopi mentah yang masih merah ini kemudian dimakan oleh luwak (asian palm chivet, Paradoxurus hermaphroditus), hewan peloncat yang selain menelan kopi juga memakan serangga, mamalia kecil, reptil kecil, telur dan sarang burung, dan buah-buahan lainnya. Perut luwak tidak bisa mencerna biji kopi mentah tersebut, hingga biji kopi itu, setelah terfermentasi dalam perut luwak, akan dikeluarkan lagi bersama kotoran luwak. Enzim tertentu dalam pencernaan luwak punya andil dalam proses fermentasi ajaib ini, memberikan rasa khas kepada biji kopi tersebut yang kemudian dikumpulkan oleh orang kampung untuk dijual kepada penadah. Kopi inilah yang kemudian diolah, dikemas dan dipasarkan ke luar negeri. Kopi ini menjadi langka karena jumlah luwak saat ini sudah jauh berkurang, karena hewan ini banyak diburu dan dibunuh petani. Apalagi sebagian orang percaya bahwa daging luwak dapat menyembuhkan penyakit.
Tentu saja, karena mahal dan langkanya, hanya orang-orang kaya dan penikmat kopi serius yang sanggup membeli kopi luwak, termasuk Edward Cole, tokoh yang diperankan dengan sangat bagus oleh Jack Nicholson. Edward Cole adalah miliuner yang memiliki jaringan rumah sakit besar di Amerika. Rumah sakit-rumah sakit milik Cole tidak menyediakan kamar pasien yang terdiri atas 1 ranjang. Cole menginginkan jumlah pasien sebanyak-banyaknya, jadi kamar-kamar VIP sekalipun memiliki 2 ranjang pasien. Dan peraturan ini tidak boleh dilanggar karena Cole adalah pengusaha yang teguh menjalankan prinsip. Hingga suatu hari Cole jatuh sakit, dia didiagnosis mengidap kanker serius. Tentu saja Edward Cole kemudian dirawat di salah satu rumah sakitnya sendiri, di kamar dengan dua ranjang. Cole berbagi kamar dengan Carter Chambers, pria kulit hitam dari kelas pekerja yang juga menderita kanker. Mau tak mau, Cole bersahabat dengan Chambers (Morgan Freeman).
Ketika dokter memvonis hidup mereka berdua tinggal beberapa bulan lagi, Chambers menulis sebuah what-to-do list, yang disebut The Bucket List, yaitu daftar hal-hal yang ingin dilakukan sebelum maut menjemput. Cole yang terkesan dengan kepribadian Chambers mengajak Chambers keluar dari rumah sakit dan melakukan hal-hal yang selama ini ia impikan, dari daftar bucket list tadi. Daftar bucket list tersebut berisi keinginan untuk: menyaksikan hal yang paling menakjubkan di dunia, menolong orang asing, mengemudi mobil Shelby Cobra, sky diving, mencium gadis paling cantik di dunia, memiliki tattoo, dan lain-lain. Pada akhir film, semua daftar dalam bucket list berhasil dilakukan.
The Bucket List adalah film yang sangat menyentuh, dengan penjiwaan dan akting yang kuat dari Jack Nicholson dan Morgan Freeman. Nicholson memberikan penampilan terbaik yang sangat menyentuh. Karakter Edward Cole memberi kesan lucu, sedih, keras kepala, marah, tak kenal takut dan bersuara lantang. Freeman tidak kalah menawan aktingnya. Karakter Carter Chambers memberi kesan cerdas, cool, romantis, lucu, dan emosional. Menonton The Bucket List adalah menonton pameran kekuatan akting yang matang dan menawan, didukung oleh skenario apik, dialog yang berisi dan cerdas plus lucu. Ditambah lagi dengan alur cerita yang sangat bagus. Wish list untuk 'mencium gadis paling cantik di dunia' diterjemahkan dengan sangat indah dan mengharukan, sama sekali tidak seperti yang saya pikirkan sebelumnya (mencium Luna Maya, misalnya, atau Nicole Kidman).
Jika ingin menonton film drama kelas satu, The Bucket List lah salah satu pilihannya.
Artikel Terkait: Phitecollobium Jiringa | The Hunt For Mus Musculus | Six Degrees Of Separation
Main site: www.ferdiansyah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar