01 Februari 2008

Humor Daripada Soeharto

"Bacaken saja humor daripada saya.."
Humor adalah sebuah "safety valve" bagi masyarakat dalam menyalurkan kemarahan dan kejengkelannya kepada sesuatu yang menekannya. Ketika Suharto masih berada di puncak kekuasaannya, kita tentu sering mendengar humor yang berkaitan dengan Suharto dan keluarganya. Beberapa dari humor tersebut sampai sekarang masih melekat di kepala saya:

Larangan Merger Terhadap Beberapa Bank

Ketika Indonesia dilanda krisis moneter, maka IMF menyarankan agar bank-bank yang banyak itu saling merger saja. Suharto pun menyetujui saran tersebut.
Hanya, ia meminta ada 4 bank yang tidak boleh merger, yaitu Bank PaPAN, Bank TATa, Bank BUkopin dan Bank Has-TIN.

Kasih-ken, Tut!

Di puncak krisis moneter di awal tahun 1998, Suharto dan Tutut bermobil bersama-sama. Kebetulan mobil mereka terhenti di lampu merah. Seorang pengemis mendekati mobil dan menadahkan tangannya.
Suharto yang jatuh iba, berkata kepada puterinya,

"Kasih ken, Tut!"

Dengan serta-merta Tutut memberikan selembar uang seratus ribuan baru yang bergambar bapaknya itu. Kemudian mobil kembali melaju. Si Pengemis yang terheran-heran dengan sedekah yang begitu besar hanya bisa berteriak, "Busyet, deh. Kentutnya saja segini besar. Gimana beraknya.... ya?!"

Tak Punya Kwalifikasi Untuk Berganti Pekerjaan

Sebenarnya di tahun 1992, Suharto sudah bosan menjadi Presiden dan ingin berganti pekerjaan. Karena itu pada suatu malam ia mendiskusikan keinginannya itu dengan Ibu Tien.
Lalu Ibu Tien memberi nasehat:

"Apa? Mau ganti pekerjaan? Coba Bapak pikir baik-baik. Bapak tidak bisa komputer. Bapak tidak bisa bahasa Inggeris. Lalu Bapak mau kerja apa? Sudahlah, Pak, teruskan saja pekerjaan yang lama....."

I'm Late Three

Lee Kwan Yew, Mahathir Muhammad dan Suharto berjalan memasuki ruangan untuk bertemu dengan Presiden Gerald Ford. Mereka sama-sama terlambat dari jadwal pertemuan yang telah disepakati.


"Sorry, I'm late," kata Lee Kwan Yew kepada Gerald Ford.

"Sorry, I'm late too," kata Mahathir yang berada di belakang Lee Kwan Yew.

"Sorry, I'm late three," kata Suharto yang berada di belakang Mahathir.
---------------------------------------------------------

Ah, kalau saya boleh mengenang hal-hal yang indah semasa Orde Baru hanya ini: Bahwa di masa itu kita dipenuhi oleh humor yang lucu-lucu tentang para pemimpin.

(Dikutip Dari Milis HKBP)


Artikel Terkait :
Kleptokrat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar