26 September 2007

Wadai...

"...Umai nyamannya wadai, hanyar taganang manitik liur..."*

Kalau sudah bulan puasa begini, yang teringat tentu saja kampung halaman, apalagi menjelang lebaran, sudah terbayang serunya suasana. Yang tak terlupakan adalah aneka jajanan, alias wadai. (Dasar saya tukang makan). Kalau sudah di atas jam 4 sore, mandi sudah (kalau bulan puasa waktu kecil saya mandi berkali-kali, biar ngga haussssss..), mandi juga sudah, apalagi mandi, semuanya sudah, lalu jjs. Nah, pada dasarnya yang namanya pasar Ramadhan di mana-mana sama, selalu ada kue-kue tradisional sesuai dengan daerah masing-masing. Di Tembilahan yang saya ingat selalu ada wadai khas banjar, karena penduduknya mayoritas orang Banjar (yang dari Kalsel).

Ada yang namanya papudak, kalo tidak salah bentuknya mirip-mirip jelly, panjang dan berwarna hijau, ada papari', warnanya hijau juga, ada hamparan tatak, hehehehe, ada juga wadai lapis, pundut, bolu babanam, bingka kacung, wadai kipeng, balungan hayam, papuyu, gagatas. Favorit saya yaitu kalalapun, versi lain dari kue klepon, buat main perang-perangan, kalo digigit cairan gula merah di dalamnya akan tersembur keluar, kena lah baju 'kekawanan'. Lumayan lah buat bikin dosa, hehehehe.Ada juga yang namanya wadai dua kali sakit. Kenapa dua kali sakit? Ini versi lain dari dadar gulung, jadi kue jenis ini menderita dua kali, sudah didadar (digilas), digulung pula (dilipat), dua kali lah sakitnya.

Nah ngomong-ngomong soal makanan, kenapa tidak saya sebutkan juga masakan favorit saya. Namanya ayam masak habang. Ini ayam yang dimasak dengan saos tomat, yang lezatnya bukan main. Jadi kalau Anda ke Kalimantan Selatan, atau kesasar ke Tembilahan, cobalah rasakan nikmatnya. Paling pas kalau dimakan dengan nasi lemak. Ada lagi yang namanya gangan bakaruh, sup sayuran yang bahannya terdiri atas keladi, jantung pisang, warnanya keruh, makanya disebut gangan bakaruh. Slurrpppppp.... Jadi kangen sama kampung halaman. Kalau dihitung-hitung, mungkin sudah 10 tahun lebih saya tidak merasakan suasana puasa Ramadhan di Tembilahan.

----------------- *)..Aduh enaknya kue, baru teringat sudah menetes air liur...(bahasa Banjar).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar