12 September 2010

Pembunuhan Atas Mus Musculus

Saya sudah melihat tanda-tandanya sejak tiga atau empat hari yang lalu. Istri saya sering terlihat sedang tercenung, seolah-olah memikirkan sesuatu. Atau sedang merencanakan sesuatu. Tadinya saya ingin bertanya apa yang ada di dalam kepalanya saat ini. Tapi melihat keseriusan wajahnya, sayapun urung bertanya. Tak selang berapa lama, saya jadi tahu apa yang dipikirkannya. Istri saya tercinta sedang merencanakan sebuah pembunuhan.

Saya jadi tahu dengan mengingat-ingat permasalahan akhir-akhir ini. Apalagi putri saya yang bungsu, Ana, pernah berbisik pada saya mengatakan, "Mama mau membunuh Jerry, Pa. Katanya Mama sudah tidak tahan lagi." Ketiga anak saya sebenarnya menentang rencana tersebut, tapi mereka tidak berani membantah mamanya. Dan, sayapun mau tidak mau harus mendukung istri saya.

Istri saya ingin membunuh Mus Musculus. Makhluk tersebut tidak ada hubungannya dengan musisi Mus Mujiono, atau Mus Mulyadi. Bagi saya itu tidak masalah, karena Mus Musculus juga tidak memiliki hubungan kekerabatan apapun dengan Pak Mustapha, tetangga sebelah. Dengan demikian tidak ada alasan bagi saya untuk melarang sang istri, bahkan, saya harus membantunya melaksanakan rencananya tersebut.

Waktu itu anak-anak sedang pergi sekolah, jadi pukul 8 pagi itu tinggal saya berdua dengan istri saya. Istri saya menyiapkan tangkai sapu, dan saya memegang raket yang senarnya sudah putus-putus. Kami meletakkan nasi goreng sisa di lantai, dan menunggu. Makhluk itupun muncul. Dengan kumis melintang, wajah berbentuk segitiga, mata kecil hitam, dan ekor panjang terseret di lantai. Ana menyebutnya Jerry, atau Mickey, atau Minnie, apapun jenis kelaminnya. Dunia ilmiah mengenalnya dalam bahasa latin sebagai Mus Musculus. Kami berdua menyebutnya tikus. Dan tikus sialan itu sudah divonis mati oleh istri saya. Yah, kehidupan memang kejam, terutama bagi tikus-tikus.

Selama ini si Mus Musculus memang sering mengganggu ketenteraman dan ketertiban. Istri saya fobia terhadap cacing, ulat bulu, ulat kaki seribu dan tikus. Selera makannya bisa langsung hilang jika melihat makhluk-makhluk tersebut. Entah berapa kali terjadi istri saya berhenti makan begitu melihat si Mus Musculus melintas. Si Fay sering menjerit tiba-tiba di kamarnya, berteriak, "Mamaaaa, tikuuuuss." Dia pernah melintas di kaki saya, yang membuat saya kaget setengah hidup. Bahkan si Mus Musculus ini sering lewat pada saat anak-anak saya sedang belajar, dan membuat anak-anak menjerit. Walaupun cuma seekor, makhluk pengerat ini mampu membuat hidup kami tidak tenteram.


Jadi, ketika melihat kemunculan si Mus Musculus di dekat piring styrofoam nasi goreng, istri sayapun mengangkat tangkai sapu tinggi-tinggi, dan sambil berteriak "Ciyaaaatttt" layaknya tokoh silat perempuan dalam serial Wiro Sableng, diapun menghunjamkan sapu tersebut ke arah si makhluk malang. Tangkai sapu patah, si Mus Musculus lenyap entah ke mana. "Itu!" kata istri saya menunjuk ke lantai samping rak buku. Maka sayapun mengayunkan raket ke sana, terlihat sekilas si tikus diam tak berkutik. Tapi ternyata itu tikus bukanlah tikus kemarin sore, dia mengelak. Dia melarikan diri ke arah kamar tidur, maka sayapun mengejarnya, diikuti oleh istri saya dengan tangkai sapunya yang sudah patah itu.

Istri sayapun mengunci pintu kamar dari dalam. Jadi di kamar ada saya, istri saya, dan makhluk malang itu. Sudah jelas si tikus tidak akan bisa keluar dari sini hidup hidup. Saya iseng menirukan film The Wizard of Oz, bilang "Yuuhuu where are you.... come out come out wherever you are...." . Saya mencari-cari di bawah lemari, tidak terlihat apapun. Istri saya ternyata sudah siap dengan senternya. Ia menyorotkan senter ke bawah lemari, dan di situlah, si makhluk pengerat yang menjengkelkan itu, terlihat sedang meringkuk ketakutan.

Tiba-tiba tikus itu meloncat ke arah saya dan hinggap di pipi saya. Sayapun berteriak, lalu tikus itu meloncat ke arah pintu yang terkunci. Tapi istri saya lebih sigap, belum sempat si tikus mendarat ke lantai, istri saya sudah menghantamnya dengan tangkai sapu. Sekali hantam, bam!, dan si tikuspun tergeletak dengan kaki ke atas.

Pembunuhan pun terlaksana. Misi selesai. Selesai? Belum. Masih ada hal yang menjengkelkan yang harus dikerjakan. Yaitu menyingkirkan bangkai tikus tersebut. Demi ketertiban dan kesehatan lingkungan, bangkainya saya kuburkan di halaman.

Mudah-mudahan tidak ada lagi Mus Musculus yang berani mengganggu ketenteraman hidup kami.

Baca selengkapnya di www.ferdot.id
Baca tulisan lainnya di Coffee Break With Ferdy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar