Satu lagi tontonan cerdas yang tidak hanya bagus untuk anak-anak, tetapi juga layak ditonton orang dewasa. Mengikuti tradisi film-film Toy Story, Finding Nemo, Monster Inc., dan The Incredibles, sekali lagi Disney dan Pixar Animation Studio menelurkan film animasi yang kualitasnya di atas rata-rata, yaitu WALL-E. Seperti biasa, film-film Disney tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat dengan pesan moral, yang hebatnya, dipaparkan dengan baik sekali sehingga tidak berkesan klise.
Film ini miskin dialog, tapi begitu kaya dengan ungkapan dan sentuhan emosi. Jangan ragu bahwa anak-anak tidak akan mengerti jalan cerita film ini, walaupun dialognya minim. WALL-E berhasil menjangkau daya tarik dan keingintahuan anak-anak (sekaligus menghibur mereka) sehingga ketika menonton film ini bersama anak-anak, kita 'melihat' terjadinya dialog 3 dimensi antara WALL-E, kisah yang dibangunnya, dan anak-anak itu sendiri. Pengaruh yang sama terjadi dalam film animasi Disney/Pixar sebelumnya, yakni Finding Nemo.
Dikisahkan WALL-E (Waste Allocation Load Lifter-Earth class) adalah robot terakhir yang tugasnya adalah mengumpulkan dan mengalokasikan sampah-sampah di bumi masa depan yang ditinggalkan manusia. Manusia sudah ratusan tahun meninggalkan bumi karena polusi dan radiasi, dan hidup bermalas-malasan di pesawat raksasa Axiom di luar tata surya. [Dalam istilah logika dan matematika, axiom (aksioma) adalah sesuatu yang tidak dipertanyakan lagi dan diterima apa adanya]. WALL-E yang kesepian menghibur diri dengan kaset video Betamax berjudul Hello Dolly!, sebuah film lama yang dibintangi Barbra Streisand. WALL-E mendapat teman ketika EVE (Extraterrestrial Vegetation Evaluator) datang ke bumi. EVE dikirim dari Axiom untuk menemukan keberadaan tumbuh-tumbuhan (pertanda surutnya polusi dan radiasi). Interaksi antara WALL-E dan EVE dengan begitu manis diterjemahkan dengan bantuan film Hello Dolly! dan soundtracknya. Ketika WALL-E menghadiahkan sebuah tanaman yang ditemukannya kepada EVE, EVE menerima tanaman tersebut, mengevaluasinya, kemudian mengirim sinyal kepada Axiom untuk dijemput.
Ketika pesawat kecil datang untuk mengirim EVE kembali ke Axiom, WALL-E bergegas ikut, dan dari sinilah dimulai petualangan WALL-E untuk menemukan EVE yang pada akhirnya mengubah peradaban manusia. Jadi ini sekali lagi bukan film animasi biasa. Film ini mempertanyakan eksistensi manusia di masa depan, dengan tingkat polusi dewasa ini, boleh jadi manusia memang tidak bisa lagi tinggal di bumi yang rusak lingkungannya. Dan boleh jadi ketika terbiasa dan nikmat dengan hal-hal yang serba otomatis, manusia jadi malas bergerak dan bahkan malas berinteraksi dengan sesamanya sendiri. Di film ini manusia digambarkan bertubuh tambun, gendut, dan lupa caranya bercocok tanam, bahkan malas bersosialisasi. Sebuah gambaran suram sebenarnya, tapi kesan ini hampir tertutup dengan warna-warna cerah animasi Pixar yang penuh dengan detil.
Saya jadi ingat dengan lagu lawas dari band Europe yang berjudul The Final Countdown, tentang kita yang meninggalkan bumi kita:
We're leaving together,
but still it's a farewell
and maybe well come back to earth,
who can tell?
I guess there is no one to blame
we're leaving ground
will things ever be the same again?
Its the final countdown...
Film ini miskin dialog, tapi begitu kaya dengan ungkapan dan sentuhan emosi. Jangan ragu bahwa anak-anak tidak akan mengerti jalan cerita film ini, walaupun dialognya minim. WALL-E berhasil menjangkau daya tarik dan keingintahuan anak-anak (sekaligus menghibur mereka) sehingga ketika menonton film ini bersama anak-anak, kita 'melihat' terjadinya dialog 3 dimensi antara WALL-E, kisah yang dibangunnya, dan anak-anak itu sendiri. Pengaruh yang sama terjadi dalam film animasi Disney/Pixar sebelumnya, yakni Finding Nemo.
Dikisahkan WALL-E (Waste Allocation Load Lifter-Earth class) adalah robot terakhir yang tugasnya adalah mengumpulkan dan mengalokasikan sampah-sampah di bumi masa depan yang ditinggalkan manusia. Manusia sudah ratusan tahun meninggalkan bumi karena polusi dan radiasi, dan hidup bermalas-malasan di pesawat raksasa Axiom di luar tata surya. [Dalam istilah logika dan matematika, axiom (aksioma) adalah sesuatu yang tidak dipertanyakan lagi dan diterima apa adanya]. WALL-E yang kesepian menghibur diri dengan kaset video Betamax berjudul Hello Dolly!, sebuah film lama yang dibintangi Barbra Streisand. WALL-E mendapat teman ketika EVE (Extraterrestrial Vegetation Evaluator) datang ke bumi. EVE dikirim dari Axiom untuk menemukan keberadaan tumbuh-tumbuhan (pertanda surutnya polusi dan radiasi). Interaksi antara WALL-E dan EVE dengan begitu manis diterjemahkan dengan bantuan film Hello Dolly! dan soundtracknya. Ketika WALL-E menghadiahkan sebuah tanaman yang ditemukannya kepada EVE, EVE menerima tanaman tersebut, mengevaluasinya, kemudian mengirim sinyal kepada Axiom untuk dijemput.
Ketika pesawat kecil datang untuk mengirim EVE kembali ke Axiom, WALL-E bergegas ikut, dan dari sinilah dimulai petualangan WALL-E untuk menemukan EVE yang pada akhirnya mengubah peradaban manusia. Jadi ini sekali lagi bukan film animasi biasa. Film ini mempertanyakan eksistensi manusia di masa depan, dengan tingkat polusi dewasa ini, boleh jadi manusia memang tidak bisa lagi tinggal di bumi yang rusak lingkungannya. Dan boleh jadi ketika terbiasa dan nikmat dengan hal-hal yang serba otomatis, manusia jadi malas bergerak dan bahkan malas berinteraksi dengan sesamanya sendiri. Di film ini manusia digambarkan bertubuh tambun, gendut, dan lupa caranya bercocok tanam, bahkan malas bersosialisasi. Sebuah gambaran suram sebenarnya, tapi kesan ini hampir tertutup dengan warna-warna cerah animasi Pixar yang penuh dengan detil.
Saya jadi ingat dengan lagu lawas dari band Europe yang berjudul The Final Countdown, tentang kita yang meninggalkan bumi kita:
We're leaving together,
but still it's a farewell
and maybe well come back to earth,
who can tell?
I guess there is no one to blame
we're leaving ground
will things ever be the same again?
Its the final countdown...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar