02 Agustus 2007

Ompong : A Story of Abang Becak

Setelah lama tidak bersua, tiba-tiba saya dapati bang Joni sudah ompong giginya. Tetangga saya yang selalu penuh semangat ini, yang sehari-hari bekerja sebagai penarik becak, baru ketahuan ompongnya setelah menyapa saya dengan senyum lebar. Ada dua celah gelap di situ, senyumnya yang biasanya sumringah ngah ngah tiba-tiba menjadi berubah jengah.

"Eh udah ompong ya Bang?.."

Langsung Bang Joni menutup mulutnya malu-malu. Ia menjelaskan bahwa giginya tanggal dua biji sejak seminggu yang lalu. Dia tidak menyalahkan siapapun, atau apapun, bang Joni menganggap tanggalnya gigi adalah proses alamiah yang akan dialami oleh siapapun seusia dirinya. Maklum, Bang Joni ini umurnya udah masuk 50-an. Walaupun begitu, Bang Joni masih giat mencari nafkah, menghidupi 4 orang anaknya yang masih sekolah dan istrinya yang semata wayang (soalnya Bang Joni bukan pejabat yang suka punya istri 2 mata wayang, atau 3 mata wayang, atau lebih lebih mata wayang).

Dua minggu kemudian, 2 gigi Bang Joni tanggal lagi, ompongnya pun semakin lebar. Tapi Bang Joni kelihatan lebih sehat, lebih gemukan. Sebulan kemudian wajahnya tidak saja semakin cerah, tapi juga kelihatan lebih muda. Nah lo, apa rahasianya?

Karena ompong, Bang Joni makan lebih hati-hati. Jika sebelumnya dia mengunyah lebih cepat, tentu saja sekarang dia mengunyah lebih lambat. Untuk satu sendok makanan, dia mengunyah pelan-pelan, menggunakan gigi-gigi yang masih tersisa, hingga makanan tersebut lumat. Mat! Makanan yang lumat sempurna tentu saja lebih gampang dicerna usus. Gizinya pun terserap lebih banyak. Bang Joni yang tadinya makan suka terburu-buru karena takut rejekinya kurang, sekarang udah belajar santai melakoni hidup. Wajahnya menjadi cerah dan senyumnya jadi sumringah plus megah walaupun ada celah. Dia juga ngaku kalau porsi makannya berkurang, yang tadinya makan kudu dua piring, sekarang 1 piring cukup. Kalau diakumulasi sebulan, penghematan 2 piring perhari ternyata cukup berasa. Jadi punya uang lebih untuk nambah-nambah tabungan.

Memang, segala sesuatu ada hikmahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar