Sebuah digital frame terpampang di area front desk, berisikan slide foto-foto Instagram yang diambil di hotel tersebut. Sebuah foto booth juga disediakan supaya tamu bisa mengambil foto selfie.
Di jaman semua orang memiliki gadget dan smartphone, banyak orang yang eksis di dunia maya, yang selalu memposting kegiatannya, dan men-share photo-photo lewat akun media sosial, termasuk Instagram. Postingan Instagram bisa disetting agar terkoneksi dengan Facebook dan Twitter. Bisa dibayangkan sebuah foto yang bagus akan menjadi viral dalam sekejap.
Jika seseorang memposting sebuah foto makanan, atau selfie di sebuah sudut hotel, artinya tamu itu sudah meng-endorse hotel tersebut, dan itu gratis. Hotel bisa memangkas marketing cost nya hanya dengan memanfaatkan social media. Namun hotel harus didukung dengan koneksi wifi yang cepat dan bisa diandalkan. Alangkah bagusnya jika wifi tersebut gratis, atau diatur dalam room costing. Jika perlu, hotel menyediakan iPad yang bisa dipinjamkan atau direntalkan kepada tamu.
Tingkat occupancy hotel 1888 Hotel Sydney tersebut rata-rata per bulan adalah 98%, dengan harga kamar mulai dari $140 per malam.
Follower Instagram nya lebih dari 10,000 orang.
Praktek ini tentu saja tidak hanya bisa diterapkan di hotel, namun juga coffee house, restaurant, dan lain-lain. Coba cek berapa banyak postingan Instagram oleh orang-orang yang minum kopi di Starbucks, misalnya.
Never underestimate the power of social media.