04 Juni 2007

Negeri Hantu

Indonesia penuh dengan hantu. Setidaknya itulah persepsi orang jika melihat film-film nasional beberapa tahun belakangan ini. Komersialisasi hantu ini membuat beberapa artis dan produser menjadi lebih kaya. Berbagai macam jenis hantu udah mejeng di layar lebar, sebutlah misalnya kuntilanak, pocong, suster ngesot, jaelangkung, leak, hantu cermin, hantu jeruk purut, hantu lukisan, hantu terowongan Casablanca, hantu mabok de el el.

Jadi dulu ada satu orang yang memulai, yang saya ingat itu film Jaelangkung, setelah film itu populer dan menguntungkan, tentu saja ada pihak lain yang pengen kebagian rejeki dari hantu. Muncullah pocong, tusuk jaelangkung dsb. Nah, yang lain ikut-ikutan latah. Alhasil sekarang sudah ada puluhan film hantu, satupun tidak ada yang berbobot. Datanglah ke bioskop, yang ada cuma cuplikan-cuplikan adegan kaget-kagetan dan orang-orang yang berteriak kaget bahkan sebelum hantunya nongol di layar. Saya perkirakan latah film-film hantu ini akan berlanjut hingga 2 tahun mendatang, setelah itu mudah-mudahan penonton jadi bosan dan sadar bahwa film-film hantu ini takkan membawa kita ke mana-mana selain lebih jelas dan confirmed bahwa hantu memang menakutkan. Dan moga-moga tak ada lagi produser yang cukup idiot untuk mengangkat tema instan-dangkal-dan-pasti-bikin-penonton-terkaget-kaget tersebut. Toh tak ada satupun film-film itu yang diadaptasi oleh insan perfilman negara lain. Beda dengan The Ring, The Grudge, The Dark Water yang membuat Hollywood tertarik membuat adaptasinya.

Di antara banjir film-film hantu tersebut, untunglah masih ada yang mencoba bikin film berbobot seperti Berbagi Suami, Nagabonar Jadi Dua, Daun Di Atas Bantal, Ekspedisi Madewa. Untuk pihak-pihak yang membuat film-film di atas, saya haturkan terimakasih sedalam-dalamnya.

Tema-tema dangkal cukup untuk sinetron aja. Sebaiknya produser-produser film yang uangnya banyak mencoba bikin film-film bermutu. Film-film jelek dan sampah cukup hanya dibuat oleh keluarga dan kroni si penjahat seni Raam Punjabi. Yang lain cobalah berusaha setidaknya film kita mendapat perhatian serius di festival film semacam Cannes, Toronto atau Berlin, seperti yang dilakukan Garin Nugroho.

Tak ada rotan, ram punjabi.

PS Coba baca tulisan tentang Daun Di Atas Bantal di blog milik Puri Kencana Putri di SINI

2 komentar:

  1. Setuju bro, film hantu di bioskop Indonesia ga ada yang berbobot.
    Btw, postingan Juni 2014 kok ga bisa di komen ya? boxnya ga tersedia, padahal pengen komen. Secara ga sengaja saya ketemu sama pantai Nisi Sakai, dan baru baru ini saya main ke bukit Kandap ^-^

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas komentarnya. Sukurlah sudah ketemu pantai Nisi Sakai. Coba sekali-sekali main ke Pulau Labun atau Pulau Abang. Untuk postingan Juni 2014, nanti saya perbaiki comment box nya.

    BalasHapus