29 Mei 2007

The Legend of Chaos Country

Indonesia dari dulu selalu sibuk memuji diri sendiri. Negara yang kaya lah, punya banyak hasil tambang, ada emas, minyak, dan alamnya subur dsb dsb, penduduknya ramah tamah dsb dsb. Sekarang coba lihat, di kota saya dan kota-kota lain buat beli minyak tanah kudu antre karena langka. Terus ada mentri idiot yang bilang, makanya jangan pake minyak tanah, kenapa ga pake gas aja? Nah dia pasti malu sendiri karena gas juga mahal dan langka. Harga beras mahal dan langka. (Ada desas-desus gudang beras milik Bulog itu udah kosong, karena beras-berasnya udah dijual duluan ke cukong. Kalo benar begitu, semoga pimpinan Bulog di kota saya mampus disambar petir!). Eit, pohon sawit di mana-mana, pohon kelapa di mana-mana, tapi minyak goreng melambung selangit harganya.

Sejak dulu segala hal serba tak beres. Soal korupsi kita selalu ranking satu. Begitu merebak virus flu burung, Indonesia tiba-tiba berada di tempat tertinggi untuk kasus kematian terbanyak.
Pesawat bisa hilang sampai sekarang tak tentu rimbanya. Kemungkinan diculik alien sekaligus dengan penumpangnya (orang Indonesia) untuk dibawa ke Venus, mungkin makhluk-makhluk Venus ingin meneliti bentuk otak orang Indonesia. "Gimana sih bentuknya sampai banyak hal menjadi chaos dan kacau balau?" Naik kereta api tut tut tut, siapa hendak turut, karena kemungkinan kecelakaannya fifty-fifty. Berlayar pun kita bisa terbakar dan hilang ditelan samudra. Saya heran kok mentri goblok yang berambut putih itu masih tetap dipake ya? Sekarang dia jadi Sekretaris, entah kekacauan apalagi yang akan dibuatnya. Pernah saya melihat si goblok itu datang ke stasiun kota dan menyuruh orang-orang turun dari atap kereta api, tak satupun penumpang-penumpang gelap itu menggubris. Ya yang nyuruh turun juga goblok, kenapa untuk tugas seperti itu kudu mentri yang turun tangan, otomatis wibawanya jatuh nungsep ke bawah rel kereta api.

Nah, siapa bilang kita bangsa yang ramah tamah? Bangsa kita adalah bangsa yang terkenal mudah tersinggung. Kalau ada satu pihak yang merasa tersinggung atas perkataan atau tingkah laku pihak lain, ultimatum segera keluar, kalau tidak minta maaf, akan ada tindakan dekonstruktif yang akan terjadi. Coba lihat kalau ada mobil yang menyenggol kendaraan lain, sopirnya akan turun dan sambil berkacak pinggang dan siap berantem akan memeriksa kendaraannya, lecet atau tidak. Bukan penumpangnya dulu yang dicek, terluka atau tidak. Lebih berharga materi daripada nyawa. Di Poso ada orang-orang yang penuh kebencian suka membom orang lain, juga di Bali, tak peduli korbannya cuma orang awam yang sedang cari nafkah.

Kalau menurut saya, di Indonesia harus ada revolusi. Pemerintahan sekarang harus dibabat abis, semua turun, mulai dari Presidennya, Si Kumis Kaya Jusuf Kala, semua yang ada di kabinet. Diganti dengan pemerintahan yang benar-benar bersih, yang dana kampanyenya tidak bermasalah, jadi langkah dasarnya aja udah bersih duluan. Tidak perlu menunggu sampai habis masa jabatan, karena entah bencana apa lagi yang bisa terjadi sementara menunggu Pemilu berikutnya. Pendapat ini ekstrim memang, tapi begitulah suara yang ada di kepala saya. Saya tidak bisa memberi alasan apa hubungannya pemerintah yang ada sekarang dengan bencana dan kekacauan yang terjadi sejak dimulainya pemerintahan ini. Tapi bencana dimulai sejak pemerintahan yang ini dimulai. Kayaknya mereka semua harus diruwat. Orang Melayu bilang harus disemah, ditepung-tawar. Harus ada tobat nasional, tapi yang memulai pertobatan tentu saja harus pemimpin.

Saya tidak pro Soeharto, tapi kehidupan ternyata sangat-sangat jauh lebih baik di masa pemerintahan beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar